Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Revolusi Kaum Bazaari

Kelompok kaum bazaari, penyumbang terbesar untuk kehidupan agama merupakan ekonomi tradisionil Iran. Pemotongan bantuan bagi ulama & pembuatan jalan raya menerobos pusat bazaar meledakkan kemarahan. (ln)

27 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UANG siapakah di belakang Ayatullah Khomeiny selama ia hidup di luar negeri? Sang ayatullah berkata, kepada TEMPO, dengan suaranya yang pelan: "Kami hidup sederhana dari zakat rakyat Iran." Beratus tahun lamanya di Iran kaum ulama memang menerima bagian dari sumbangan masyarakat. Agama sendiri menentukan bahwa sedekah selain harus diberikan kepada fakir miskin juga untuk para amil (yang mengurus zakat), dan bagi mereka yang "berjihad di jalan Allah." Tokoh seperti Khomeiny dengan mudah bisa disebut sebagai yang tengah berjihad. Para ulama lain sebelum pergolakan mungkin punya fungsi sebagai amil atau hidup sebagai guru agama. Dan di Iran, penyumbang terbesar untuk kehidupan agama adalah kaum bazaari. Mereka, para saudagar yang hidup dan bertoko di lorong-lorong kuno yang eksotis itu, berkaitan erat dengan nadi ekonomi tradisionil Iran. Kedudukan mereka cukup kuat. Di Teheran misalnya, bazaar yang sekitar dua abad yang lalu muncul hanya dalam bentuk pos perdagangan yang berdinding lempung, kini sudah seluas 10 Km persegi. Hampir seluruh wilayah ini diberi atap, dan di dalamnya terjalin liku-liku jalan yang tak tertera dalam peta, gang-gang sempit yang merangkaikan sekitar 60.000 toko. Di situlah para turis bisa belanja sambil menawar. Di situ juga pemiliknya hidup. Dari luar, mereka seperti orang bersahaja. Tapi ikatan tradisionil mereka -- antara toko, antar blok bahkan antar-kota -- sungguh kuat, karena persamaan suku, agama, keluarga dan kepentingan dagang. Dalam saat gawat, ikatan itu menghasilkan suatu persatuan yang melebihi kamar dagang modern yang paling efisien sekalipun. Dan sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi dan politik, kaum bazaari inilah sebenarnya yang kini melancarkan revolusi melawan Shah. Selain semangat agama, pergolakan Iran punya alasan ekonomi yang panas. Dua ahli ekonomi Iran yang tinggal di Paris, Berrouz Montazami dan Khosrow Naraghi, dalam sebuah tulisan untuk Le Monde Diplomatique Desember yang lalu misalnya mengemukakan hal itu. Sudah sejak tahun 60-an kaum bazaari terpojok. Politik "pintu tertutup" tahun 50-an, zaman nasionalisme Mossadegh, sudah diganti dengan "pintu terbuka". Minyak Iran, oleh Shah diintegrasikan kembali ke dalam perekonomian internasional. Uang yang mengalir masuk, datangnya modal asing dan tumbuhnya industri barang pengganti impor -- itu semua melahirkan gelombang perdagangan yang terlampau besa buat kapasitas organisasi ekonomi bazaar. Saudagar tradisionil itu tersisih. Ketidak-puasan mereka inilah yang berkumandang, bergabung dengan kekesalan kaum ulama. Dengan data yang berbeda, hal yang sama juga diuraikan seorang ahli ilmu politik yang tak mau disebut namanya kepada wartawan Don A. Schanche dari Los Angeles Times pekan lalu. Berlainan dengan analisa Montazami dan Nuraghi, yang menggunakan data dari tahun 60-an, ahli politik Amerika yang tengah melakukan riset di Iran ini menunjukkan bahwa sebenarnya kaum bazaari Iran cukup makmur. Seorang pembuat sepatu di Teheran yang dari luar nampak kelas bulu, pabrik sepatunya ternyata punya buruh ratusan orang -- dan ia juga punya saham jutaan dollar di bidang industri. Meskipun begitu, ada sebab kaum bazaari marah. Mereka marah karena Shah Iran semenjak 1977 memotong sumbangan pemerintah buat kaum ayatullah, dari $ 80 juta jadi $ 30 juta. Pemerintah memang menghadapi defisit, setelah berbelanja seperti orang tak sabar untuk industrialisasi, modernisasi dan persenjataan. Tapi kaum bazaari yang sumbangannya buat para ayatullah 4 kali lebih besar ketimbang sumbangan pemerintah, tentu tak mau mengerti. Apalagi industrialisasi dan modernisasi Shah tak selalu menguntungkan mereka. Dari milyar dan dollar uang minyak yang digunakan Shah untuk membangun proyek besar, mereka tak merasa cukup kebagian. Impor baja dan semen dilakukan oleh oknum-oknum yang jadi favorit pejabat. Kaum bazaari, yang takut melanggar ajaran agama untuk menyogok, kalah bersaing. Kemudian mereka terpukul oleh tindakan pemerintah lain diadakannya pengawasan harga. Para saudagar ini, yang ingin memperoleh laba besar, membangkang. Akibatnya, menurut majalah Jerman Der Spiegel, pernah 250.000 pemilik toko ditahan dan didenda. Ada 8000 yang dihukum penjara, umumnya setahun. Puncak kemarahan mereka ialah waktu Shah punya rencana besar yang lain: membuat jalan raya 8 j21ur, menerobos pusat bazaar Teheran, guna mengatasi kemacetan lalu-lintas. Maka kaum bazaari, yang punya dana cukup, punya persatuan kokoh serta berhubungan dekat dengan para ayatullah, tak ayal lagi bisa meledakkan satu revolusi. Kata Haji Mahmoud Manya, pemimpin kaum bazaari yang selama ini menggerakkan demonstrasi: "Jika perjuangan Islam di Iran ibarat sebatang tubuh, maka bazaar adalah matanya dan industri minyak jantungnya." Dan mungkin kaum ayatullah adalah penyambung lidahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus