Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa mengguncang sejumlah negara di Eropa yang menuntut gencatan senjata segera di Jalur Gaza. Korban tewas terus naik hingga mencapai 27.365 orang. Sedikitnya 127 warga Palestina tewas dan 178 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir ketika Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza yang terkepung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Demonstrasi terjadi di Prancis, Swiss, dan Jerman pada Sabtu, 3 Februari 2024 oleh ribuan orang yang menuntut untuk segera diberlakukan gencatan senjata di Jalur Gaza. Di Paris, ratusan pengunjuk rasa mengecam serangan Israel ke Gaza serta mengkritik Presiden Emmanuel Macron yang dianggap terlibat membantu Israel dalam menyerang Palestina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sembari mengibarkan bendera Palestina dan Afrika Selatan, pengunjuk rasa turut menuntut pemerintah Prancis mewujudkan perdamaian di Timur Tengah. Unjuk rasa di Paris tersebut bergabung dengan demonstrasi lainnya yang memprotes undang-undang imigrasi yang disahkan parlemen Prancis Desember lalu. UU tersebut dikecam karena dianggap terlalu dipengaruhi kelompok ekstrem kanan.
Sementara itu di Jenewa, Swiss, ribuan pengunjuk rasa berhimpun di pusat kota untuk menyatakan dukungan bagi rakyat Palestina di Gaza. Mereka juga menyatakan dukungan terhadap badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Protes terhadap serangan Israel ke Gaza juga berlangsung di Berlin dan diikuti oleh sekitar 2.000 orang. Pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina dan membawa spanduk protes yang di antaranya tertulis "Hentikan genosida di Gaza" dan "Jerman yang membayar, Israel yang mengebom".
Seorang pengunjuk rasa, David Kusel, mengecam situasi mengerikan di Gaza serta menuntut gencatan senjata segera, distribusi bantuan kepada rakyat Gaza, serta terwujudnya solusi dua negara. Ia turut mengecam tindakan Israel yang merintangi perdamaian melalui pendirian permukiman ilegalnya dan menyebut upaya untuk menghilangkan rakyat Palestina sebagai "kejahatan luar biasa".
PBB menyebut serbuan Israel menyebabkan 85 persen populasi Gaza terusir dari tempat tinggalnya, 60 persen infrastruktur Gaza rusak dan hancur, serta menyebabkan kelangkaan makanan, air bersih, serta obat-obatan yang akut.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan Isarel melakukan 14 pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza. “Pendudukan Israel melakukan 14 pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, menyebabkan 127 orang mati syahid dan 178 orang terluka selama 24 jam terakhir,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” kata pernyataan itu.
Terlepas dari keputusan sementara Mahkamah Internasional, Israel terus melakukan serangan gencar di Jalur Gaza di mana setidaknya 27.365 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan 66.630 orang terluka sejak 7 Oktober, menurut otoritas kesehatan Palestina.
ANADOLU
Pilihan editor: Irak Panggil Perwakilan AS Usai Serangan Udara Tewaskan 16 Orang