DIVISI IX Vietnam yang ada di Battambang, Kampuchea, bergerak ke arah perbatasan Muangthai minggu lalu. Mereka menggempur Ban Nong Chan yang ada di km 48, sebelah utara Aranyaprathet. Sekitar 30 roket menghujani wilayah Muangthai itu, dan bisa terdengar jelas dari Aranyaprathet. Roket dari tank buatan Rusia T54 ini ternyata juga melukai pengungsi Kampuchea di kamp Khao I Dang. Pasukan Muangthai terpaksa harus membalas serangan tersebut dengan howitser 105 mm. Sedangkan pesawat udara L19 dari Muangthai mencoba menyebarkan seruan agar pihak Vietnam menghentikan kengawurannya itu. "Empat desa kami kena hujan roket," demikian protes Kepala Perwakilan Muangthai di PBB, Birabongse Kasemari. Untuk kesekian kalinya, Muangthai memprotes kepada Dewan Keamanan PBB tentang kelakuan Vietnam dan pasukan Kampuchea yang berada di bawah kekuasaan Heng Samrin. Amerika Serikat juga turut prihatin. Kini provinsi Prachin Buri kebanjiran pengungsi Kampuchea lagi. Diperkirakan jumlahnya mencapai 47.000. Hujan roket di perbatasan wilayah Prachin Buri, Muangthai, adalah yang ke-5 kalinya yang biasa disebut "serbuan di awal musim panas". Ini berarti masalah Kampuchea telah memasuki tahun kelima. Dan belum juga rampung. Sementara itu, Sihanouk sebagai presiden dari pemerintahan koalisi Kampuchea menulis surat protesnya dari Beijing. "Kebrutalan Vietnam harus dihentikan," tulis Sihanouk. Tak lupa pula dia menulis surat kepada pemerintah Muangthai dan menyatakan terimakasihnya bahwa Muangthai telah membantu warga Kampuchea. Pemerintah Koalisi Demokratik Kampuchea mendapat dukungan ASEAN dan Barat, tapi keadaannya semakin tidak menentu. Rencananya tidak bisa berjalan seperti yang dikehendaki. Sidang kabinet yang dijanjikan Sihanouk di wilayah Kampuchea ternyata jadwalnya mundur terus. Sulit memang untuk mencari kata yang satu di antara ketiga fraksi yang berkoalisi tersebut. Apalagi simpatisan untuk ketiganya (Khmer Merah Kieu Samphan, KPNLF Son Sann dan Moulinaka Sihanouk) berasal dari negara yang mempunyai warna berbeda. Selain itu ada dugaan bahwa sikap Vietnam kini melunak. Mungkin serangan pekan lalu adalah genjotan terakhir untuk melemahkan koalisi tersebut. Vietnam yang telah bersumpah untuk tetap menghabisi pengikut Pol Pot, menurut mingguan The Guardian kini mulai berpikir, mengapa tidak "memakai" Sihanouk yang mulai sakit-sakitan. Vietnam -- di samping masalah ekonominya yang merosot terus -- rupanya cukup lelah mendukung rezim Heng Samrin. Karena itu, lewat kedutaan Belgia di Hanoi, pejabat tinggi Vietnam mengharapkan agar Belgia bisa berperan sebagai mediator. Hal ini telah terlepas dari mulut Menteri Luar Negeri Belgia Leo Tindemans yang mengunjungi beberapa negara Asia bulan lalu. Pagi-pagi, Menteri Luar Negeri Muangthai Siddhi Savetsila menuduh bahwa Vietnam telah "memakai" Belgia untuk meluruskan maksudnya. Tindemans menjabat juga Wakil Ketua ICK (Komite Penyelesaian Masalah Kampuchea), yang mirip Konperensi Paris untuk masalah Vietnam dulu. Sementara terlalu banyak tangan yang diulurkan untuk membantu Kampuchea, nasib Sihanouk pun tidak menentu. Bermula Singapura dan Malaysia berjanji menyediakan tempat tinggal bagi Sihanouk. Denan demikian ia akan lebih dekat dengan Kampuchea ketimbang berada di Beijing atau Pyongyang. Kemudian terdengar akan ada pihak yang membiayai Sihanouk kalau nanti dia cuti sakit di Prancis. Tetapi akan hadirkah Sihanouk di KTT Nonblok New Delhi, Maret nanti Pihak ASEAN masih giat mengadakan lobby agar sang Pangeran ini bisa hadir. Pihak Yugoslavia memberi warna lain. Dalam konperensi persnya di Jakarta pekan lalu, Presiden Yugoslavia Petar Stambolic berkata, "Hadir tidaknya Sihanouk, janganlah didramatisasi. Jangan sampai menghambat esensi KTT Nonblok itu sendiri."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini