Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemogokan di toko-toko di wilayah itu bersepakat memboikot seluruh produk AS--diasosiasikan sama dengan menentang Israel. Sementara itu, di sebuah tempat di daerah yang diberi nama sufi wanita nan agung itu, tepatnya di Qa’ah Muktamarat dekat Monumen Anwar Sadat, berlangsung pertemuan semua pemimpin Arab, yang disebut Konferensi Tingkat Tinggi "Intifadah al-Aqsa".
Inilah sebuah KTT darurat karena berkobarnya kawasan Timur Tengah sejak tiga pekan silam--meski sudah ada perjanjian gencatan senjata. Di Palestina, pekan lalu, sembilan orang Palestina mati dihajar peluru tentara Israel. Dua di antaranya anak-anak berumur 13 tahun dan 15 tahun. KTT Arab mengkritik peristiwa brutal itu. Jadi, dua hari pertemuan dengan broker Clinton di tepi Laut Merah seolah berlalu tanpa hasil.
Apa yang terjadi di Sharm El Sheikh? Qatar dan Maroko, sebagaimana dilaporkan harian el-Hayat, sontak tegas memutuskan hubungan dengan Israel. Seharusnya di tempat yang terletak antara segi tiga Teluk Suez, Aqabah, dan Laut Merah yang indah tersebut, Israel mampu merenungkan arti kebebasan karena ribuan tahun lalu Musa dan Harun dengan karunia mukjizat Allah menyelamatkan Bani Israel (Yahudi). Di sana, saat fajar merangkak sekitar pukul 5.30 pagi, tatkala kabut tipis masih membungkus udara, Anda akan melihat pantulan matahari membuat gurun, perbukitan, dan laut seketika menjadi berwarna agak kemerah-merahan. Sebuah suasana gaib yang mengingatkan kita pada scene film The Ten Commandments, saat Musa menelusuri daerah Sinai (Sharm El Sheikh) menghindar dari kejaran Firaun.
Tapi, spirit pembebasan Musa itu terasa alot di lantai sidang Sharm El Sheikh awal pekan silam. Dalam perundingan yang mengambil tempat di gedung Jolie Vile Golf Resort di Hotel Movenpick itu--sebuah bangunan mirip Istana Bogor--seluruh kemewahan itu menjadi "basa-basi" Israel.
Baru tiga jam berunding--di dalam sebuah ruangan yang arsitekturnya didominasi kaca sehingga memungkinkan wartawan melihat--tiba-tiba para pemimpin negara keluar dari pintu belakang menuju lapangan golf seluas 18 hektare. Di bawah bayang-bayang pohon-pohon palma, terlihat mereka melepas ketegangan. Mubarak, Clinton, Arafat, Javiel Solana (delegasi Prancis wakil Uni Eropa), Barak, dan Raja Abdullah II lalu bermain golf. Sodok sana sodok sini selama lebih kurang 15 menit. Setelah itu perundingan dilanjutkan lagi.
Di hari kedua, saat konferensi pers, Arafat mengawali pernyataannya dengan mengakui bahwa KTT mungkin tidak memenuhi harapan rakyat Palestina. "Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi Israel," demikian tutur Sayyed Nabil Sa’ath, anggota delegasi Palestina, kepada TEMPO. Pertama, Israel harus menarik mundur seluruh pasukannya dari dalam kota ke posisi sebelumnya. Kedua, Israel harus mengakhiri pengepungan dan membuka jalan-jalan utama dan bandara di Palestina. Seperti diketahui, semenjak peristiwa provokasi Ariel Sharon, tentara Israel memblokade jalan-jalan menuju Masjid Aqsa. Ketiga, dibentuknya komite penyelidik yang beranggotakan negara-negara internasional.
Seolah merespons hasil pertemuan Sharm El Sheikh itu, Bandara Yasser Arafat di Gaza dan perbatasan Karni yang menghubungkan lalu-lintas truk Yerusalem dan Ramallah segera dibuka Israel.
Tapi hanya beberapa jam setelah tangan Arafat dan Ehud Barak bersalaman di Sharm El Sheikh, di berbagai pelosok Palestina terjadi bentrokan. Di Mount Ebal, Nablus, seorang Palestina dan seorang Israel, Rabbi Binyamin Erling, 64 tahun, tewas. Kejadian itu bermula ketika puluhan warga permukiman Israel yang mengunjungi bukit di Askar--lokasi permukiman warga Palestina untuk melihat kondisi kuburan Nabi Yusuf--yang tengah direnovasi serdadu Israel lantaran dirusak warga Palestina. Entah siapa yang memulai, tembakan menyalak. Menurut warga Palestina, adalah tentara Israel yang secara ngawur menembakkan senjata ke arah ladang zaitun mereka. Sebaliknya, para peziarah Yahudi itu mengaku seliweran peluru dimulai dari pihak Palestina. Saeb Erekat, negosiator senior Palestina, mengkritik diperbolehkannya warga Yahudi melintasi permukiman Palestina dengan membawa tentara.
Mana yang benar? Keduanya bersikukuh. Tapi, yang jelas korban warga Palestina dari peristiwa itu berjatuhan dalam jumlah yang lebih banyak daripada warga Israel. Di Gaza, pasukan Israel menewaskan empat pemuda. Di Bethlehem, helikopter Israel menggunakan senapan mesin memberondong demonstran. "Kami melawan gencatan senjata," tutur Adnan Mokhemer, 17 tahun, yang terbaring di rumah sakit Gaza lantaran dahinya terkena peluru karet.
Perundingan Sharm El Sheikh gagal. Sejak semula memang para pemimpin bawah tanah Palestina seperti Hamas menolak perundingan itu. Apakah lantas KTT Intifadah al-Aqsa lebih didengar oleh gerakan bawah tanah dan oleh para pelaku aksi-aksi jalanan pemuda Palestina? Dari segi keputusan dan resolusi yang dihasilkan, memang KTT negara-negara Arab ini bisa dianggap lebih mewakili pemikiran Arab atas Israel. Sebab, inilah kali pertama 22 pemimpin negara Arab berkumpul semenjak 1996. Hasil KTT ini mungkin juga menjadi panduan bagi resolusi internasional uni parlemen di Indonesia, yang mengaku menghasilkan pernyataan paling keras terhadap Israel. Bagaimana prospek perdamaian Palestina setelah KTT ini ?
Waktu yang menentukan. Mawan Barghouthi, pemimpin Fatah Palestina, mengaku lelah dengan proses perdamaian yang berlarut-larut. "Daripada menjadi tawanan terus di meja perundingan, lebih baik memilih intifadah," katanya. Apalagi secara tegas Israel menolak tim penyelidikan hak asasi manusia PBB, meski Komisi Hak Asasi Manusia PBB telah resmi meminta Mary Robinson, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, melakukan investigasi di Palestina.
Para analis menganggap ada dua kecenderungan di antara negara Arab. Negara seperti Mesir dan Yordania mungkin akan mengirim bantuan sebatas diplomasi. "Penyelesaian dengan jalan perang itu kuno. Lebih baik lewat negosiasi dan tekanan internasional," kata Hosni Mubarak. Meskipun demikian, seperti dilaporkan harian Jumhuriyyah, Mesir, Angkatan Laut Mesir telah siap seandainya ada kerja sama atau latihan perang bersama antarnegara Arab.
Sementara itu, Suriah, yang pernah bersitegang dengan Israel dalam masalah Dataran Tinggi Golan, masih harus menyatukan persepsi antara sang Presiden dan sang Menteri Luar Negeri. Presiden Suriah, Bashar, cenderung tak mengikuti boikot Maroko atau Qatar. Tapi Menteri Luar Negeri Suriah Farouk-Al Shara mengimbau agar negara-negara Arab menjatuhkan aksi boikot. Akan halnya Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, menyerukan agar negara-negara sekitar Israel membuka daerah perbatasannya supaya lebih memudahkan senjata-senjata dipasok kepada pejuang Palestina.
Dari draft yang dipersiapkan semenjak konferensi tingkat menteri (KTM) sebelum KTT dimulai, negara-negara seperti Qatar, Maroko, Tunisia, Oman, Lebanon, Irak, dan Libia memang paling keras menyatakan bahwa bukan hanya tanah Palestina yang harus dikembalikan Israel, tapi juga seluruh tanah Arab yang diduduki Israel seperti di Suriah dan Lebanon. Mereka menyokong ancaman boikot terhadap seluruh lalu-lintas ekonomi dan menyarankan untuk menempuh boikot itu dengan menghentikan kontrak minyak negara-negara sekutu Israel. Irak malah siap berperang. "Irak dan Libia mendukung perang," kata Sayyed Nabil Saad .
Di televisi Israel, Barak menegaskan, bila KTT Arab semakin membuat seluruh Arab bersikap keras terhadap Israel, dia akan mere-evaluasi proses perdamaian. Barak menyebut bakal "mengubah" (baca: meningkatkan) kebijakan militernya. Ia juga mengkritik tentara Palestina yang menembaki helikopter pada peristiwa Mount Ebal, karena ia yakin helikopter itu digunakan untuk mengevakuasi warga permukiman Yahudi, bukan untuk menyerang Palestina.
Barak juga mengajak seluruh partai kanan Israel untuk memahami bahwa negara dalam keadaan darurat. Setelah pembacaan pidato Barak, tentara Israel tampak semakin memblokir jalan-jalan dan menghalangi seorang lelaki di bawah umur 40 tahun untuk melakukan sembahyang di Aqsa. Para anak muda Palestina yang bergerombol di hadapan tentara Israel berteriak: "Sadam, Sadam, Khadafi, Khadafi…, " dan meminta kedua pemimpin Arab itu untuk menyerang Tel Aviv. Ronde pertama bantuan negara-negara Arab terhadap Palestina agaknya akan dimulai.
Seno Joko Suyono, Purwani Dyah Prabandari (Jakarta) Zuhaid El-Qudsy (Mesir).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo