Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Senada dengan Ramos, bekas presiden Corazon Aquino meminta Estrada mundur. Menurut Cory, tuduhan terhadap Estrada memukul ekonomi Filipina dan menakutkan investor, dan itu hanya dapat ditanggulangi jika Estrada mundur. Cory tak mengada-ada. Sebab, kelompok bisnis raksasa, Klub Bisnis Makati, bahkan Bank Dunia, sudah menyuarakan kekhawatirannya. Konferensi Uskup Katolik Filipina (CBCP) mengikuti jejak Kardinal Jaime Sin.
Aliansi anti-Estrada pun kini terbentuk, yang terdiri dari kelompok militan, politisi, pastor, dan biarawati. Tapi Estrada menunjukkan kelasnya sebagai mantan aktor. ”Saya tak akan pernah mundur, karena saya punya sumpah jabatan untuk melayani rakyat,” ujar Estrada. Bahkan, menurut Ronaldo Zamora, sekretaris eksekutif kepresidenan, Estrada tak sudi melayani tekanan ekstrakonstitusional, meski dari kardinal atau mantan presiden sekalipun.
Aksi tandingan pun digelar Kamis pekan lalu, lewat pertemuan akbar Estrada dengan 10 ribu kaum papa: ”Apakah saya harus meninggalkan kalian? Apakah saya harus mundur?” Retorika Erap dijawab koor kata tunggal ”tidak” oleh massa. Estrada pun semakin mantap menantang oposisi. Sebanyak 160 anggota kongres mendukungnya, juga wali kota, kaum miskin kota, masyarakat suku asli, pekerja Filipina di luar negeri, sopir jeepney, hingga bandar judi jueteng. Hasil jajak pendapat berbalik dari sebelumnya, yakni 53 persen responden menginginkan Erap tetap di Malacanang, hanya 31 persen yang menentang, sedangkan 16 persen diam. ”Ternyata rakyat masih bersama saya,” katanya.
Manuver Estrada tak cuma sampai di situ. Kamis pekan lalu ia memerintahkan pembekuan aktivitas Pagcor, perusahaan pemerintah yang mengelola gerai judi jai-alai, bingo, dan kasino lewat internet. Menurut Ronaldo Zamora, perintah Estrada itu untuk menghentikan keterlibatan pemerintah dalam perjudian.
Sebelumnya, 16 senator memang mengajukan resolusi pencabutan seluruh kontrak usaha judi dengan perusahaan swasta, karena penggunaan teknologi televisi dan internet telah membawa judi masuk ke rumah. Tapi tampaknya niat Estrada hanya untuk meredakan kemarahan Gereja Katolik, yang menyerang moralitas sang Presiden. Buktinya, kasino di Hotel Grand Boulevard tetap jalan, meski akan diserahkan ke swasta. Di hotel inilah Estrada pernah tertangkap basah kamera video saat asyik berjudi dengan sobat kentalnya, Charlie ”Atong” Ang, pengusaha judi, justru saat kampanye pemilihan presiden 1998. Kelak, setelah Estrada menghuni Malacanang, Atong Ang diangkat menjadi konsultan perusahaan judi negara Pagcor.
Bisnis judi negara ini lumayan menguntungkan. Dari judi bingo saja, pemerintah setiap bulan menerima 10 juta peso. Tapi, ironisnya, Atong Ang selaku konsultan mengantongi 77 persen keuntungan, sedangkan Pagcor menerima sisanya. Dari sisa 23 persen itu, hanya 5 persen yang masuk kas negara sebagai pajak, sedangkan untuk dana sosial kepresidenan hanya 6 persen. ”Dana sosial tak bakal mampu memperbaiki kerusakan sosial akibat perjudian,” ujar Franklin Dillon, Ketua Senat.
Sejauh ini Estrada diduga masih di atas angin. Impeachment bukan ”hantu” bagi Estrada. Sebaliknya, pengamat yakin Estrada hanya bisa jatuh lewat gelombang aksi demonstrasi semacam people’s power. Laporan intelijen pun memperingatkan Estrada akan bahaya ini. ”Mereka merencanakan melempar bom ke jalanan untuk menciptakan kekacauan,” kata Estrada. Bak gayung bersambut, Penasihat Keamanan Nasional Filipina, Alexander Aquirre, memperingatkan, setiap upaya menyingkirkan Presiden Estrada secara inkonstitusional akan berhadapan dengan militer dan polisi.
Raihul Fadjri (Reuters, AFP, ABS-CBN, The Manila Bulletin)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo