BEGITU selesai dilantik Jumat lalu, Sekretaris Kabinet yang baru
Moerdiono, langsung mengajak para tamunya masuk ruangan kerjanya
yang baru. Tamu yang pertama itu adalah beberapa wartawan serta
pejabat Sekretariat Negara. Moerdiono, 45 tahun, asal Malang,
Jawa Timur, memang dikenal sebagai pejabat yang dekat dengan
pers.
Acara berikut sembahyang Jumat di Masjid Baiturrahim Istana
Merdeka bersama pejabat yang digantikannya, Ismail Saleh.
Keduanya memang telah lama bekerja bersama di bawah Mensesneg
Sudharmono, yang juga pernah menjabat Sekretaris Kabinet.
Sudharmono menyebut kepergian Ismail Saleh sebagai "kehilangan
tenaga pimpinan yang tangguh". Namun pengangkatannya sebagai
Jaksa Agung dianggapnya suatu kehormatan bagi Sekneg karena
pejabatnya mendapat kepercayaan yang begitu tinggi.
Tentang Moerdiono, Sudharmono berkata, "Dia bukan orang asing
bagi kita. Dengan mengenal kemampuan, ketajaman penglihatan dan
pengalaman kerja serta kerjasama selama Orde Baru dan bahkan
sebelumnya -- maka saya yakin dia akan melaksanakan tugasnya
dengan baik. "Sebaik yang dilaksanakan oleh Sekretaris Kabinet
yang digantikannya," tambahnya.
Pengangkatan Brigjen Moerdiono sebagai Sekretaris Kabinet memang
sudah lama diduga. Jabatannya yang baru ini merupakan
peningkatan dari jabatannya sebelumnya selaku Asisten
Menteri/Sekretaris Negara Urusan Khusus, yang masih akan terus
dirangkapnya.
Tekun & Betah
Sekretaris Kabinet bertugas menyelenggarakan pelayanan terhadap
kegiatan Presiden selaku Kepala Pemerintah dan merupakan suatu
posisi kunci yang sangat penting. Dalam organisasi Sekneg, ia
merupakan yang pertama di samping Sekretaris Pengendalian
Operasionil Pembangunan (Sekdalobang), Sekretariat Militer,
Rumah Tangga Kepresidenan dan Staf Sekretaris Negara.
Sedang Asisten Menteri/Sekneg Urusan Khusus juga mempunyai tugas
yang sangat penting namun lebih bersifat "intern". Antara lain:
menyiapkan bahan, mengikuti dan merumuskan hasil-hasil sidang
Kabinet atau pertemuan lainnya yang dipimpin dan dihadiri
Presiden. Kecuali itu juga menyiapkan bahan-bahan amanat
Presiden.
Karena itu dalam jabatan sebelumnya Moerdiono praktis selalu
hadir dalam hampir semua pertemuan penting -- termasuk misalnya
pertemuan untuk menyiapkan Pernyataan ABRI menjelang Sidang Umum
MPR 1978.
Moerdiono dikenal sebagai pejabat yang tekun dan betah bekerja
sampai malam, gemar membaca dan sanggup bertukar pikiran selama
berjam-jam. Sekalipun ramah terhadap pers, ia kurang menyukai
publikasi dan lebih senang "berdiri di belakang".
Begitu juga pekan lalu. Seusai dilantik, dengan ramah ia menolak
permintaan para wartawan yang ingin mewawancarainya, ataupun
yang menanyakan sejarah karirnya. Sekalipun kini ia harus
"berdiri di depan." kata seorang di lingkungan Sekneg.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini