MENGHILANGNYA Presiden Ferdinand Marcos dari muka umum sejak 14 November membuat desas-desus beredar tak tertahan. Ke mana dia? Menurut bekas menteri penerangan Francisco Tatad, yang dikutip surat kabar Business Day, Marcos menjalami operasi ginial. Tapi isu itu dibantah Imelda Marcos. Lewat siaran radio, Rabu pekan lalu, istri presiden itu menyatakan, suaminya sedang beristirahat di sebuah kapal pesiar di Teluk Manila. Katanya, Presiden menderita bronkhitis, karena itu perlu udara bersih. Keesokan harinya, Marcos, yang mengenakan setelan piyama, tampil di layar televisi. Ia terlihat didampingi spesialis paru Dr. Eduardo Jamora. Tapi menjelang pemunculan itu, berbagai isu telah memperuncing suasana. Pihak oposisi, misalnya, langsung menggarap soal suksesi dalam Majelis Nasional (Parlemen). Mereka mengajukan sebuah RUU yang, garis besarnya, melimpahkan hak pada Parlemen untuk menunjuk penjabat presiden andai kata dalam tempo 24 jam kepala negara tidak diketahui di mana dan bagaimana keadaannya. Prakarsa oposisi ini memperbesar kecurigaan orang terhadap kesehatan Marcos. Apalagl soal proses suksesi ini sebenarnya sudah diatur Marcos. Menurut ketentuan yang masih berlaku kini, jika terjadi apa-apa dengan presiden, ketua Parlemen otomatis menjadi penjabat presiden. Jabatan ini dipegangnya selama 60 hari sampai pemilu baru diselenggarakan. Terombang-ambing di tengah berbagai kabar burung, rakyat tiba-tiba dikejutkan oleh keterangan penjabat panglima angkatan bersenjata Filipina (AFP) Letjen Fidel Ramos, yang juga menyangkut suksesi. Perwira yang dipujikan integritasnya itu menyatakan, andai kata Marcos berhalangan, maka AFP akan melindungi proses konstitusional dalam hal suksesi. "Kesetiaan saya sepenuhnya diabdikan pada konstitusi dan pekerjaan saya," kata jenderal lulusan West Point itu di hadapan sejumlah pengusaha di Manila, pekan lalu. Keterangan ini segera ditafsirkan sebagai isyarat tentang kesehatan Marcos yang diduga kian gawat. Dalam pada itu, surat kabar Malaya memberitakan adanya konvoi militer memasuki Metro Manila. Barisan 100 tank itu kabarnya sengaja dipersiapkan KSAD Mayjen Josephus Ramas untuk menjaga keamanan andai kata Marcos meninggal. Malaya yang pro oposisi itu menambahkan bahwa Fidel Ramos tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Ramas - dibantah keras jubir AD Kolonel Mateo Bawagan. Tidak kurang menarik ialah pernyataan Menhan Juan Ponce Enrille tentang Partai Komunis Filipina yang sedang memusatkan kekuatannya di kota-kota. Katanya, orang komunis berusaha menyusup ke kubu oposisi, dalam upaya menjerumuskan demokrasi di Filipina. "Mereka khawatir revolusi dahsyat yang mereka persiapkan akan berantakan dengan bangkitnya barisan oposisi yang tangguh," tambah Enrille. Mengapa menhan yang sudah lama diam ini tiba-tiba bicara? Enrille pernah disebut-sebut sebagai calon kuat pengganti Marcos, di samping Imelda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini