DUA bulan lebih cepat dari biasa, serangan musim panas Vietnam dibuka dengan gempuran artileri terhadap kamp pengungsi Kamboja di Nong Chan yang terletak 190 km sebelah timur Bangkok. Serangan yang dimulai Senin dan berlanjut sampai Kamis, pekan silam, membuat gerilyawan Kamboja KPNLF, yang dipimpin Son Sann, terpaksa mundur sejauh I km, dan kehilangan sumber air minum. Menurut laporan koresponden TEMPO Yuli Ismartono dari Bangkok, tentara penyerang juga membakar habis gedung Palang Merah, gedung Organisasi Wanita Khmer, dan sejumlah rumah penduduk. Hanya berkat perlawanan keras pasukan khusus KPNLF, tentara Vietnam dapat dihadang, hingga tidak seluruh Nong Chan jatuh ke tangan musuh. "Jika punya cukup mortir, pertempuran itu dapat kami menangkan," komentar Dr. Abdul Gaffar Peang-Meth, pejabat senior KPNLF. Dikatakannya, serangan atas Nong Chan merupakan sebagian dari strategi Vietnam untuk menguji ketahanan KPNLF yang berkekuatan 15.000 tentara. Keterangan ini cukup beralasan, karena, menurut kastaf KPNLF Kolonel Prum Vith, gerilyawan KPNLF yang berpusat di Nong Chan paling aktif dan efektif, juga paling berani menembus daerah lawan. Mereka, kabarnya, pernah maju sampai Danau Tonle Sap. Tapi kuat dugaan, sasaran utama Vietnam adalah Ampil, yang mereka serbu April lampau. Kamp KPNLF terbesar dengan 30.000 penduduk sipil ini gagal direbut Vietnam waktu itu, karena mereka kehabisan amunisi. Lagi pula, musim hujan keburu mulai, hingga mereka terpaksa mundur. Menghadapi kemungkinan serangan tibatiba, November ini, Ampil meningkatkan siaga penuh. Menurut penjabat presiden KPNLF Jenderal Dien Del, sekitar 4.000 tentara Vietnam siap menyerbu Ampil - jarak terdekat tentara Vietnam dengan gerilyawan KPNLF tinggal 3 km. Dien Del khawatir, serangan Vietnam kali ini akan lebih berat, atau - seperti dikatakan pejabat KpNLF lainnya - "lebih berlumuran darah". Namun, Jenderal Del tetap optimistis bisa mempertahankan Ampil. "Akan kami setop mereka," katanya. Di bawah komando Del, Ampil dibentengi lebih kuat, dan potensi militer bertambah karena ada tawaran kerja sama dari kelompok Khmer Merah dan kelompok Sihanouk. Ini merupakan suatu gejala positif, mengingat pernah tersiar adanya perpecahan antara ketiga unsur koalisi yang membentuk Republik Demokratik Kamboja itu. Tentara Vietnam mungkin tidak akan mudah melumpuhkan gerilyawan KPNLF, apalagi jika berturut-turut mesti merebut Nong Chan, Ampil, Nong Samet, Tatum, dan Sokh Sann. Melihat percaturan di Nong Chan sekarang saja, orang sudah berspekulasi bahwa Vietnam tidak akan cukup kuat melumpuhkan lawan mereka. Tapi Hanoi tampaknya berusaha membuktikan sebaliknya. Tidak heran bila Vietnam memperkuat tentaranya dengan tank T-54, sejumlah kendaraan angkut personel, dan helikopter MI-24 - semuanya buatan Soviet. Vietnam pun tidak lagi mengindahkan sikap Amerika Serikat ataupun RRC yang mengutuk rencana serangan itu. Mereka tampaknya akan melancarkan operasi militer paling intensif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurut Prasong Songsiri, kepala Dewan Keamanan Nasional Muangthai, hal itu wajar, karena Vietnam mengalami kekalahan diplomatik di Majelis Umum PBB, bulan lalu. "Vietnam ingin menunjukkan bahwa di lapangan kekuatan militernya tetap lebih unggul," kata Songsiri. Sementara itu, pemimpin KPNLF Son Sann mengimbau Vietnam agar tidak menembaki sasaran sipil. Dia sudah meninjau penderitaan rakyatnya, yang berjumlah sekitar 18.000 jiwa, yang kini ditampung di barak darurat di wilayah Muangthai - hanya 1 km dari perbatasan Kamboja. Bicara tentang nasib kaum pengungsi, seorang perwira Thai dari Aranyaprathet menyebutnya sebagai menyaksikan film buruk. Para wanita tersaruk-saruk dengan sarung dan bayi-bayi mereka. Anak-anak menggiring ternak, dan kaum pria mendorong sepeda lewat tanah berlumpur. "Ini pengalaman saya yang keempat," tutur seorang bapak. Sumber KPNLF menyatakan bahwa dalam serangan Nong Chan, 10 gerilyawan tewas dan 25 luka-luka. Di pihak Vietnam, kabarnya, 200 terbunuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini