SALAH satu tokoh Kamboja yang menarik selama JIM adalah Hun Sen, 37 tahun. Perdana Menteri Republik Rakyat Kamboja ini mengaku suka mendengarkan lagu-lagu rakyat dan lagu-lagu pop Khmer. "Biasanya sebelum tidur malam," katanya. Dia sempat minta dibelikan kaset lagu-lagu Sunda -- yang mungkin berirama mirip lagu Khmer -- sewaktu di Bogor. Tubuhnya tetap langsing. "Sampai sekarang saya masih bermain bola dan voli, meski tak sesering dulu," katanya kepada Fikri Jufri dari TEMPO, yang mewawancarainya sehari sebelum JIM berakhir. Selama wawancara Hun Sen menghabiskan beberapa batang sigaret '555', yang memang gampang dibeli di Phnom Pehn. Kalau lagi kerja, ia mengaku bisa menghabiskan sampai tiga bungkus. "Tapi dokter menasihati saya agar merokok satu pak sehari," katanya. Berikut petikan wawancara tersebut: Apakah hal positif yang diperoleh dari pertemuan tahap pertama? Saya ingin menegaskan di sini bahwa pertemuan ini merupakan langkah sangat maju jika dibandingkan dengan keadaan beberapa waktu lalu atau beberapa hari yang lalu (sebelum JIM -- Red.). Karena, keempat faksi, yang selama ini tidak pernah bertemu, kini bisa duduk bersama-sama dan berbicara satu sama lain. Jadi, setiap faksi dapat mengetahui kedudukan faksi lainnya. Dengan demikian, setiap faksi dapat mengerti bahwa kita harus secepatnya menyelesaikan masalah Kamboja untuk memperoleh kedaulatan Kamboja. Kita semua setuju tentang prinsip adanya Kamboja merdeka, netral, dan nonblok. Saya, Son Sann, dan Ranariddh setuju, masalah Kamboja harus diselesaikan oleh masyarakat Kamboja sendiri. Juga pada dalam masalah intern Kamboja, yang dibicarakan dalam tahap kedua, harus diselesaikan oleh rakyat Kamboja sendiri. Aspek penting dalam pertemuan ini adalah penarikan pasukan Vietnam, yang harus dikaitkan dengan jaminan tidak kembalinya rezim Pol Pot. Apa yang diperlukan dalam hal ini adalah rakyat Kamboja harus mempunyai hak untuk mempertahankan diri. Ini yang dimaksudkan masalah Kamboja harus diselesaikan oleh rakyat Kamboja sendiri. Saya ingin menegaskan lagi, di sini Khmer Merah tidak setuju, meskipun tiga faksi sudah menyetujuinya. Khmer Merah datang ke sini hanya untuk merusakkan pertemuan ini. Apakah masih dibutuhkan 'JIM' yang lain setelah ini, sementara Khmer Merah masih akan menolak usulan tidak kembalinya kebijaksanaan dan praktek-praktek rezim Pol Pot? Jika memang nanti diadakan JIM yang lain tanpa Khmer Merah, saya siap untuk berangkat. Saya akan datang pada JIM kedua, JIM ketiga, JIM kesepuluh, atau JIM keberapa pun untuk mencari penyelesaian masalah Kamboja. Mengapa Khieu Samphan berkeras menolak usulan yang diajukan? Secara sepintas mungkin terlihat dalam pertemuan itu hanya saya dan Khieu Samphan yang selalu berselisih pandangan. Mungkin Anda mengerti, bila melihat lebih dalam permasalahannya. Bisa jadi ia sudah menerima perintah untuk mengacau JIM. Perintah? Saya tahu betul, Khieu Samphan bukan orang No. 1 dalam Khmer Merah. Orang No. 1 masih tetap Pol Pot. Dia masih sangat aktif, dan tetap memberikan komando. Bagaimana keadaan Kamboja saat ini, khususnya masalah bahan makanan? Dua tahun lalu negeri kami dilanda musim kering. Waktu itu kami kekurangan beras 160 ribu ton. Tapi tahun berikutnya turun hujan, sehingga musim kemarau tidak buruk. Maka, defisit beras berkurang hingga tinggal 60 ribu ton. Saat ini keadaan beras tidak segawat sebelumnya, karena kami juga menerima bantuan internasional. Dari mana? Dari India, setelah pembicaran saya dengan PM Rajiv Gandhi, Januari lalu. Juga masuk bantuan dari MEE, khususnya dari lembaga-lembaga kemanusiaan. Bantuan juga mengalir dari FAO. Besarnya bantuan dari luar negeri setiap tahun rata-rata bernilai 2-3 juta dolar AS. Saya dengar Jepang menaruh perhatian pada JIM. Jika mereka ingin datang ke Kamboja, apakah Anda menerimanya? Sangat sulit menerima peranan Jepang, karena Jepang tidak berada di tengah. Kami mau menerima negara ASEAN, karena negara ASEAN tidak menentang kami. Mengapa Amerika, Prancis, Inggris, dan Cina turut serta dalam konperensi internasional? Karena mereka anggota Dewan Keamanan. Namun, Jepang bukan anggota ASFAN ataupun anggota DK. Maka, kami sulit untuk menerima mereka. Ada laporan, tentara Khmer Merah menyusup ke beberapa daerah, dekat Phnom Penh. Saya tidak menyangkal Khmer Merah telah mendalangi beberapa kegiatan di Phnom Penh. Tapi hanya sedikit negara yang mengetahui seberapa jauh kekuatannya. Di Filipina dan Muangthai, misalnya, ada kekuatan oposisi yang mencoba mengacau pemerintahan yang sah. Juga di Prancis dan beberapa negara di Eropa terdapat teroris. Namun, yang menjadi masalah, apakah kelompok kecil dapat berperang dan menguasai keadaan. Kenyataannya, berdasarkan strategi militer, kita tahu kelompok kecil tidak dapat menguasai keadaan itu. Kekuatan Pol Pot terbagi menjadi lima, sepuluh, atau dua puluh kelompok kecil. Mereka hanya mampu menyerang penduduk sipil. Bila mereka tidak bisa membebaskan setiap bagian sepanjang perbatasan Muangthai, mereka tidak akan pernah mampu membebaskan daerah berikutnya. Bagaimana mereka dapat menyerbu Phnom Penh? Yang ingin kami cegah adalah tindakan subversi para pengikut Pol Pot. Setelah sekian lama absen di Kamboja, apakah Paneran Sihanouk masih akan diterima oleh mayoritas rakyat Kamboja? Tak ada masalah dalam hal ini. Namun, ada satu hal yang sulit diterima rakyat Kamboja: harus menerima Khmer Merah. Semua menerima pentingnya kerukunan nasional. Tapi apa yang tak bisa diterima rakyat Kamboja adalah kembalinya tentara dan para pemimpin rezim Pol Pot.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini