Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebuah Injil dan agenda rahasia

Tim penyelidik senat as untuk sementara menyatakan reagan tak terbukti secara langsung mengetahui soal laba penjualan senjata yang diselewengkan ke pemberontak contra. pengusutan masih berlanjut. (ln)

7 Februari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERSALAHKAH Presiden Reagan ? Tim penyelidik Senat AS menyatakan Kamis lalu, Reagan tak terbukti secara langsung mengetahui soal laba penjualan senjata yang diselewengkan ke pemberontak Contra di Nikaragua. Gedung Putih menyambut gembira kesimpulan itu. Belakangan ini, kubu Gedung Putih memang menekan Senat untuk mengumumkan hasil pengusutannya, agar badai yang melanda Reagan agak mereda. Tapi pernyataan juru bicara Larry Speakes bahwa laporan komisi intel Senat AS mendukung posisi Reagan dikatakan tidak benar. Bantahan datang dari sejumlah anggota komisi. "Laporan menyajikan bukti kuat bahwa penjualan senjata ke Iran sejak awal dimaksudkan untuk membebaskan para sandera AS di Libanon," kata Senator (Republik) Frank Murwoski. Reagan sejauh ini tetap bersikeras bahwa masalah pembebasan sandera bukan tujuan utama penjualan senjata ke Iran. Laporan setebal 65 halaman hasil penyelidikan atas 36 orang saksi dan sejumlah besar dokumen pemerintahan Reagan ini juga menguak betapa tak terkoordinasinya pejabat-pejabat tinggi pemerintahan Reagan. Saling tipu, menyembunyikan kebenaran, dan sikut-menyikut, lumrah terjadi di antara mereka. Contoh paling akhir, 13 Desember silam -- hanya sebulan setelah skandal senjata terbongkar untuk pertama kali - Washington mengirim pejabat CIA dan Deplu AS ke Frankfurt, Jerman Barat, untuk kembali berunding dengan "wakil pemerintah Iran" agar jalur hubungan AS-Iran tetap terbuka. (Padahal, baru seminggu sebelumnya Reagan berjanji akan memutuskan hubungan itu). Menurut Menlu George Shultz, ia sengaja menarik pulang pejabat Deplu karena tidak bisa menerima syarat-syarat Iran. Teheran menuntut dilanjutkannya penjualan senjata dan pembebasan 17 tersangka teroris di Kuwait, seperti yang dijanjikan Poindexter, bekas penasihat keamanan nasional Presiden AS. Ternyata, pejabat CIA tetap tinggal di Teheran dan melanjutkan rembukan. Ini kata Shult, membuat ia berang setengah mati. Badan intel AS, CIA, memang terus-menerus disorot karena diduga banyak berperan dalam skandal itu. Sayang, laporan komisi penyelidik Senat tetap tak dapat menjawab masalah utama: siapa saja yang menerima dana hasil keuntungan penjualan senjata ke Iran. Yang baru bisa dilacak tim pengusut yaitu adanya dana misterius pada sejumlah bank di Swiss, Panama, dan Kepulauan Cayman, tanpa pemilik yang jelas. Untuk menguak masalah penentu itu, komisi penyelidik harus mendapat keterangan dari tokoh penentu pula, seperti Poindexter dan Oliver North, bekas pentolanBadan Keamanan Nasional AS. Tapi celakanya, mereka menolak buka kartu, satu sikap yang dijamin keabsahannya dalam UU AS. Untuk meminta keterangan pialang senjata Arab dan Israel ternyata sulit, karena mereka tak bisa dipaksa memberikan kesaksian di bawah sumpah di muka Kongres AS. Dari pihak Bank Swiss pun, walau pemerintah Swiss telah menyatakan kesediaan membantu - ada syarat agar pihak terlibat ada yang dipenjarakan, baru nama pemilik rekening bisa diungkapkan. Dua hari sebelum laporan hasil penyelidikan Senat AS diumumkan, Reagan, di muka Kongres AS, mengakui telah terjadi kesalahan serius dalam jalannya operasi penjualan senjata ke Iran. "Saya sangat menyesal dan bertanggung jawab sepenuhnya atas masalah itu," kata Reagan. Di pihak lain, Teheran tampaknya ingin membuka kedok Reagan. Kepada wartawan, Rabu pekan lalu, Ketua Parlemen Iran Rafsanjani memperlihatkan sebuah kitab Injil dengan tanda tangan Reagan, bertanggal 3 Oktober 1986. Menurut Rafsanjani, Injil itu dibawa oleh McFarlane, sewaktu bekas penasihat Keamanan Nasional Presiden AS itu diutus Reagan ke Teheran. Konon, selain Injil, McFarlane juga membawa kue berbentuk kunci dan sejumlah senjata sebagai tanda dibukanya kembali hubungan AS-Iran. Gedung Putih, keesokan harinya, terpaksa mengakui bahwa Reagan memang pernah mengirim kitab Injil kepada pihak Iran, tapi bukan dibawa McFarlane. Menurut versi Washington, Injil diberikan pada "para wakil Iran" di Frankfurt, sewaktu perundingan Iran-AS masih berlangsung. "Hanya sebagai simbol bahwa para wakil AS di perundingan itu betul mewakili Reagan," kata Larry Speakes. Untuk sementara, Reagan boleh merasa sedikit lega. Tapi penyelidikan Senat berlanjut Maret depan berupa dengar pendapat skala besar. Untuk itu, menurut harian Washington Post, Komisi penyelidik Senat akan meminta Reagan menyerahkan catatan agenda pribadinya. Konon, catatan ini dapat ikut membongkar skandal dan bisa disamakan dengan tape yang disimpan Nixon dalam skandal Watergate. Farida Sendjaja, Laporan kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus