Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebuah Kisah, 50 Tahun Silam

25 April 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di sebuah rumah di Jalan Setiabudi, Bandung, tersimpan sebuah kisah. Syahdan pada 1955, Bandung tengah gerabak-gerubuk menyiapkan Konferensi Asia-Afrika. Bangunan yang terletak sekitar 10 kilometer dari Jalan Asia Afrika, tempat konferensi diselenggarakan, itu punya cerita tentang adanya wanita penghibur bagi delegasi konferensi yang digelar 50 tahun lalu itu. ”Saya disuruh mengantar salah satu delegasi ke tempat itu, tapi saya tolak,” kata Bambang Hidayat, astronom Indonesia, menceritakan pengalamannya.

Bambang Hidayat, ketika itu usianya 21 tahun, adalah mahasiswa Jurusan Astronomi, Institut Teknologi Bandung, yang ditugaskan sebagai liaison officer oleh panitia KAA 1955. ”Tugas saya cuma mengantar (anggota delegasi) saja,” kata Bambang. Saat menjalankan tugasnya itulah, pakar astronomi itu mendengar soal adanya Hospitality Committee (HC). Konon, panitia itu bertugas menyediakan wanita penghibur bagi peserta konferensi yang membutuhkan. Nah, salah satu tempat untuk memasok ”kebutuhan” itu adalah sebuah rumah di Jalan Setiabudi.

Cerita soal Hospitality Committee memang ramai dibicarakan media massa kala itu. Bahkan salah satu media memuat foto barisan wanita yang disebut sebagai ”pendamping” delegasi itu. Kisah itu lalu dibumbui dengan cerita bahwa panitia menyelipkan kartu tawaran bagi yang ingin mendapat pelayanan wanita penghibur. Kartu itu diletakkan di piring makan para anggota delegasi. ”Soal itu memang jadi berita-berita di koran waktu itu. Saya sendiri tidak pernah lihat anggota delegasi menggunakan fasilitas itu,” kata Joesoef Isak yang meliput konferensi itu sebagai wartawan Harian Merdeka.

Benarkah Hospitality Committee ada dan apa saja fasilitas yang disediakan? Tidak jelas. Menurut Bambang, Panitia Nasional KAA 1955 waktu itu membantah keberadaan komite itu. Bahkan Ali Sastroamidjojo, perdana menteri waktu itu, dengan tegas menyatakan tidak tahu-menahu soal itu. ”Saya yakin Bung Karno juga tidak tahu soal ini,” katanya. Kendati mengaku tidak tahu persis siapa yang duduk dalam panitia itu, Joesoef menganggap wajar jika ada komite seperti itu. ”Mungkin ini bagian dari sopan-santun penyelenggaraan konferensi setingkat KAA,” ujar Joesoef.

Saat meliput konferensi Gerakan Nonblok di Mesir pada 1964, Joesoef ternyata menemukan hal yang sama. ”Saya tidak tahu apa nama panitia itu di sana (Mesir), tetapi ada komite khusus untuk itu. Delegasi kita (Indonesia) waktu itu juga mendapat penawaran jika ingin mendapatkan pendamping,” kata Joesoef. Pemilik penerbitan Hasta Mitra itu mengaku tidak tahu apakah pelayanan itu hanya sebatas teman mengobrol, makan di restoran, atau melayani yang lain.

Melayani urusan di luar keperluan konferensi tentu saja bukan sekadar soal ”ranjang”. Pangeran Norodom Sihanouk dari Kamboja, misalnya, seusai makan malam mengatakan ingin menonton film. Sjahru’ddin, yang ditunjuk panitia sebagai pendamping Norodom, langsung mengajak tamu negara itu ke bioskop Nusantara yang terletak dekat alun-alun Bandung (kini sudah tidak ada lagi). Polisi yang mahir bahasa Prancis itu bingung karena film sudah diputar dan kursi sudah disesaki penonton. Ketika kondisi itu disampaikan, Sihanouk bergeming dan ngotot ingin menonton film. ”Terpaksa dipasang bangku kayu panjang biasa untuk tempat duduk pangeran itu. Saya yang berpakaian dinas ikut duduk bersamanya,” kata Sjahru’ddin, yang dimuat dalam majalah Tempo edisi 27 April 1985.

Meski ramai ditulis koran, kehadiran panitia ini ternyata tidak memicu aksi demonstrasi. Dan yang lebih penting lagi, dunia mengakui kesuksesan penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika 1955. Padahal, konferensi yang dihadiri delegasi dari 29 negara itu disiapkan dengan dana dan sarana yang terbatas.

Johan Budi S.P., Rinny Srihartini, Philipus Parera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus