Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SURIAH bergolak lagi. Bentrokan ini berawal dari Setelah penggulingan Bashar al-Assad, 8 Desember 2024, ini adalah bentrokan paling serius dengan korban jiwa lebih dari 1.000 orang. Sebagian besar dari korban ini adalah warga sipil, wanita, dan anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aksi kekerasan ini dimulai pada Kamis, 6 Maret 2025, ketika para pendukung otokrat Assad yang digulingkan mengkoordinasikan sejumlah serangan dan penyergapan terhadap pasukan keamanan Suriah. Para pejuang tersebut berasal dari sekte Alawite yang dianut Assad.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasukan keamanan, seperti dilaporkan Middle East Eye, yang didukung oleh kelompok-kelompok bersenjata sekutu, menanggapi dengan serangan mematikan di Latakia dan Tartous. Menurut berbagai laporan media dan kesaksian, kekerasan menyebar menjadi pembunuhan balas dendam.
Seorang saksi mata di dekat lingkungan Datour, Latakia, yang tidak ingin menyebutkan nama aslinya, mengatakan bahwa orang-orang bersenjata mendatangi rumah-rumah warga.
Mengapa ada pembalasan dendam? Suriah memiliki sejarah panjang penindasan oleh rezim Bashar al-Assad hingga meninggalkan dendam yang mendalam. Berikut adalah bagaimana kekerasan di Suriah berawal dan mengapa seperti dirangkum oleh Al Jazeera:
Musim Semi Arab
Pada 17 Desember 2010, seorang pemuda Tunisia yang menjual sayuran dari gerobak membakar dirinya sendiri untuk memprotes pelecehan yang dilakukan oleh polisi. Mohamed Bouazizi meninggal pada 4 Januari 2011, tetapi tidak lama sebelum gerakannya menjadi viral, memicu protes terhadap biaya hidup dan Presiden otoriter negara itu, Zine El Abidine Ben Ali.
Kekuasaan Ben Ali selama 23 tahun berakhir 10 hari kemudian ketika ia melarikan diri ke Arab Saudi, menjadi pemimpin pertama negara Arab yang digulingkan oleh protes rakyat. Protes ini mengilhami gelombang pemberontakan di seluruh dunia Arab ketika orang-orang bangkit untuk memprotes otoritarianisme, korupsi, dan kemiskinan.
Keberhasilan pemberontakan di beberapa negara tetangganya memberi harapan bagi para aktivis pro-demokrasi Suriah.
Pada Maret 2011, protes damai juga meletus di Suriah, setelah 15 anak laki-laki ditahan dan disiksa karena menulis grafiti untuk mendukung Musim Semi Arab. Salah satu anak laki-laki, yang berusia 13 tahun, tewas setelah disiksa secara brutal.
Rezim Assad menanggapi protes tersebut dengan membunuh ratusan demonstran dan memenjarakan lebih banyak lagi. Pada Juli 2011, para pembelot dari militer mengumumkan pembentukan Tentara Pembebasan Suriah, sebuah kelompok pemberontak yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintah, dan Suriah mulai tergelincir ke dalam perang.
Meskipun protes-protes pada 2011 sebagian besar bersifat non-sektarian, konflik bersenjata memunculkan perpecahan sektarian yang lebih tajam. Sebagian besar warga Suriah adalah Muslim Sunni, tetapi lembaga keamanan Suriah telah lama didominasi oleh anggota sekte Alawi, di mana Assad adalah salah satu anggotanya.
Jauh sebelum Assad berkuasa, ayahnya juga memerintah dengan tangan besi. Pada 1982, ia memerintahkan serangan militer terhadap Ikhwanul Muslimin di Hama, menewaskan puluhan ribu orang dan meratakan sebagian besar kota.
Rakyat Suriah tidak pernah hidup tenang. Selain kesalahan pengelolaan negara, Suriah juga dilanda kekeringan panjang dari 2007-2010. Akibatnya, sebanyak 1,5 juta orang bermigrasi dari pedesaan ke kota-kota, memperburuk kemiskinan dan kerusuhan sosial.
Aktor Regional
Ketegangan di dalam negeri dengan cepat dimanfaatkan oleh aktor-aktor regional. Dukungan asing dan intervensi terbuka telah memainkan peran besar dalam konflik Suriah. Rusia memasuki konflik pada 2015 dan telah menjadi sekutu utama pemerintah Assad sejak saat itu.
Selain Rusia, pemerintah Iran dan Irak yang mayoritas Syiah, serta Hizbullah yang berbasis di Lebanon, juga mendukung Assad. Di kutub yang lain, negara-negara mayoritas Sunni, termasuk Turki, Qatar, dan Arab Saudi, mendukung para pemberontak anti-Assad.
Kondisi keamanan Suriah diperparah dengan lahirnya Negara Islam Irak dan Levant (ISIL, atau lebih dikenal sebagai ISIS). ISIS muncul di Suriah utara dan timur pada tahun 2013 setelah menguasai sebagian besar wilayah Irak. Kelompok ini dengan cepat menjadi terkenal di dunia internasional karena eksekusi brutal dan penggunaan media sosial yang energik untuk merekrut pejuang dari seluruh dunia.
Sejak 2016, pasukan Turki telah melancarkan beberapa operasi ISIS di dekat perbatasannya, serta melawan kelompok-kelompok Kurdi yang dipersenjatai oleh Amerika Serikat.
Selain itu, ada Amerika Serikat dalam konflik tersebut. Mereka mempersenjatai kelompok pemberontak anti-Assad dan memimpin koalisi internasional yang mengebom target-target ISIS sejak 2014. Sementara itu, Israel ikut nimbrung dengan melakukan serangan udara di dalam wilayah Suriah, yang dilaporkan menargetkan Hizbullah dan pejuang pro-pemerintah serta fasilitas-fasilitasnya.
Kelompok Pemberontak
Sejak konflik dimulai, sebagai pemberontakan Suriah melawan pemerintah Assad, banyak kelompok pemberontak baru yang bergabung dalam pertempuran di Suriah dan sering bertempur satu sama lain. Yang utama dan sekarang menjadi pemerintah sementara Suriah adalah Hayat Tahrir al-Sham.
Kelompok ini dimulai sebagai afiliasi resmi al Qaeda di Suriah dengan nama Front Nusra, yang melakukan serangan di Damaskus sejak awal pemberontakan melawan Assad. Pemimpinnya, Ahmed al-Sharaa, yang selama bertahun-tahun menggunakan nama samaran Abu Mohammed al-jolani, memutuskan untuk memisahkan diri dari kelompok ISIS yang baru lahir, dan kemudian pada 2016 dari organisasi al Qaeda global.
Kemudian, Turki membentuk Tentara Nasional Suriah yang didukung kekuatan militernya secara langsung dan menguasai wilayah di sepanjang perbatasan Suriah dan Turki. Pasukan ini memerangi YPG yang dipimpin oleh Kurdi, yang menguasai sebagian besar wilayah timur laut Suriah pada tahun 2012 ketika pasukan pemerintah menarik diri untuk memerangi pemberontak di bagian barat.
Turki melihat YPG sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah mengobarkan pemberontakan selama beberapa dekade di dalam Turki, dan yang dianggap AS sebagai kelompok teroris.
Ketika ISIS maju di Suriah pada 2014, YPG bergabung dengan kelompok-kelompok lain untuk menahan mereka, didukung oleh AS. Mereka membentuk aliansi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang terdiri dari milisi Kurdi dan Arab, yang didukung oleh AS dan sekutunya.
Tentara Pembebasan Suriah (FSA) adalah konglomerasi brigade bersenjata yang dibentuk pada 2011 oleh para pembelot dari tentara Suriah dan warga sipil yang didukung oleh Amerika Serikat, Turki, dan beberapa negara Teluk.
Keadaan Berbalik
Ketika Bashar al-Assad dijatuhkan, situasi menjadi berbalik. Sekte Alawite yang dulu menjadi pendukung penguasa al-Assad kini diburu. HTS, yang memimpin operasi melawan Assad, disebut telah melakukan operasi penangkapan di wilayah tersebut, menahan ratusan orang yang mereka sebut sebagai "sisa-sisa" pemerintahan sebelumnya.
Para aktivis Alawite, seperti dikutip Middle East Eye, mengatakan bahwa komunitas mereka telah menjadi sasaran kekerasan dan serangan sejak Assad jatuh, terutama di Homs dan Latakia.
Para anggota kelompok tersebut telah berulang kali mengadakan demonstrasi di wilayah-wilayah tersebut, menyuarakan rasa frustrasi mereka atas meningkatnya ketidakamanan dan menyerukan pemerintahan yang inklusif.
Pilihan Editor: Lebih dari 1000 Korban Tewas, Apa yang Sedang Terjadi di Suriah?