Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memo tertanggal 11 Agustus 2005 itu ditujukan kepada Xavier Coll, Wakil Direktur Sumber Daya Manusia Bank Dunia. Pengirimnya Paul Dundes Wolfowitz, presiden lembaga itu. Isinya soal promosi jabatan dan pemindahan Shaha Ali Riza, kekasih sang bos.
Dalam suratnya, Wolfowitz memerintahkan Coll menaikkan kekasihnya itu ke golongan ”H” sebagai Principal Communications Officer. Gajinya US$ 180 ribu (Rp 1,62 miliar) per tahun dan naik delapan persen tiap tahunnya. Pendapatan itu bebas pajak lantaran ia bukan warga Amerika Serikat dan tidak punya izin tinggal tetap di sana.
Sebelumnya, Shaha, 53 tahun, berada di golongan ”G” dengan jabatan Senior Communications Officer sekaligus pelaksana tugas Manajer Urusan Luar Negeri untuk Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Gaji tahunannya US$ 132.660.
Tidak puas sampai di situ, ia juga meminta jaminan agar karier Shaha berjalan mulus selama ia menjabat. Sesuai dengan aturan Bank Dunia, kenaikan golongan dilakukan setiap empat tahun. Artinya: dalam lima tahun mendatang—ketika masa jabatan Wolfowitz habis—Shaha sudah harus berada di golongan ”I”. ”Jika saya menjabat untuk periode kedua, ia seharusnya naik ke go-longan J,” ujarnya.
Memo itu dibuat setelah Coll melapor kepada Wolfowitz bahwa ia telah mencapai kesepakatan dengan Shaha. Katanya, ia setuju dipindahkan dan memilih bergabung dengan Departemen Luar Negeri. Pertemuan Coll-Shaha juga atas perintah Wolfowitz berdasarkan surat rekomendasi Komite Etik tiga hari sebelumnya.
Perintah ini melanggar rekomendasi Komite Etik pada 27 Juli 2005. Ketika itu, komite yang diketuai Ad Melkert, bekas pemimpin sosialis Jerman, itu memutuskan bahwa Shaha harus dikeluarkan. Dasarnya: aturan Bank Dunia yang melarang dua sejoli berada dalam satu kantor karena bisa terjadi konflik kepentingan.
Tentu saja, Shaha akan memperoleh kompensasi sebagai pengganti kesempatannya yang hilang untuk melanjutkan karier di lembaga kreditor internasional yang berdiri pada 1944 itu. Janda beranak satu itu telah bekerja di sana selama delapan tahun.
Sebenarnya, Wolfowitz, 64 tahun, sudah berusaha keras agar Shaha tidak dikeluarkan. Pada Mei 2005, sebulan sebelum resmi berkantor Bank Dunia, ia sudah berkomitmen tidak akan mau terlibat dalam segala proses pengambilan keputusan yang menyangkut status pasangannya itu. Namun, Komite Etik memutuskan usulan itu tidak memadai untuk menghindari konflik kemungkinan yang bakal terjadi.
Padahal, duda beranak tiga ini telah membuka rahasia kisah asmaranya yang telah berjalan sejak 2003. Keduanya bertemu ketika Shaha bekerja untuk the Iraq Foundation, yang dibentuk orang-orang Irak di Amerika untuk menjatuhkan rezim Saddam Hussein, dan Wolfowitz masih aktif di Pentagon.
Hubungan duda-janda ini tidak tercium publik. Keduanya jarang keluar bersama-sama atau menunjukkan kemesraan mereka di muka umum. Pasangan ini lebih suka berkunjung ke kediaman teman-teman mereka. ”Kadang keduanya menghadiri acara resmi dan makan malam, tapi Shaha tidak diperkenalkan sebagai pacar,” kata seorang kenalan mereka kepada The Washington Post.
Hubungan itu menjadi gunjingan tetangga Shaha sejak Maret 2007. ”Mereka memilih tempat yang salah kalau mereka ingin lebih tertutup,” kata dua tetangga Shaha. Menurut mereka, Wolfowitz rutin menginap di rumah Shaha dengan para pengawal menunggu dalam mobil yang diparkir di luar.
Publik sempat terkejut saat mengetahuinya. Wolfowitz adalah seorang Yahudi dan sangat pro-Israel. Sedangkan Shaha lahir dari ayah Libya dan ibu campuran Suriah dan Saudi. Ia seorang feminis dan sekuler. Ia sangat ahli soal Timur Tengah.
Shaha akhirnya resmi bekerja di Departemen Luar Negeri per 21 September 2005. Ia sekantor dengan Elizabeth Cheney, putri Wakil Presiden Dick Cheney. Terakhir, ia dikabarkan pindah ke Foundation of the Future. Padahal, ia tak senang dengan keputusan itu dan tetap ingin bekerja di Bank Dunia. ”Tanpa berbicara kepada saya, mereka memberi tugas luar yang tak sesuai dengan keinginan saya,” kata Shaha dalam suratnya kepada Melkert pada 9 April 2007.
Wolfowitz akhirnya menerima Shaha ditendang dari Bank Dunia, tapi ia tetap digaji. Bahkan ia mendapat promosi sebelum dipindahkan. Status kepindahannya adalah melaksanakan tugas luar.
Kenaikan gajinya menjadi US$ 180 ribu per 19 September 2005 juga di luar aturan. Seharusnya naiknya hanya US$ 20 ribu. Pendapatan Shaha terus melejit. Pada 1 Juli 2006, gajinya meningkat menjadi US$ 193.590 per tahun. Lebih tinggi US$ 7.000 ketimbang gaji Menteri Luar Negeri Amerika Condoleezza Rice. Shaha menjadi pemegang rekor gaji tertinggi di departemen itu.
Hal ini diketahui publik awal bulan ini. Kecaman datang dari Menteri Pembangunan Jerman Heidemarie Wieczorek-Zeul. Bank Dunia, menurutnya, kelak akan sulit mendapatkan dana dari para anggotanya. ”Sebuah lembaga seperti Bank Dunia hidup lantaran moralitas dan kredibilitasnya,” katanya.
Namun, Wolfowitz dibela mati-matian oleh Presiden George Walker Bush. Ia dianggap telah bekerja dengan sangat baik. ”Ia memusatkan perhatian terhadap Afrika dan wilayah lain di seluruh dunia yang masih membutuhkan Bank Dunia. Presiden tetap mempercayainya,” kata Nancy Perino, juru bicara Gedung Putih.
Wolfowitz sendiri amat sulit dihubungi belakangan ini. Telepon sakunya tak diangkat. Pertanyaan lewat surat elektronik dan pesan pendek pun tak dijawab. Setelah meninggalkan beberapa pesan pada sekretarisnya di kantor barulah ia bisa dihubungi. ”Maaf, saya sedang banyak rapat,” katanya di ujung telepon. ”Jadi saya pun tak punya waktu banyak untuk bicara sekarang,” ujarnya ketika dihubungi Tempo, Kamis malam pekan lalu. Menanggapi tekanan untuk mengundurkan diri, ia mengatakan akan tetap berbertahan. ”Dalam kasus ini saya telah mengikuti semua aturan yang ada dan melakukannya secara transparan,” katanya dengan tegas.
Kini Bank Dunia menghadapi dilema.
Faisal Assegaf (Arab News, BBC, CNN, Hufftington Post, Washington Post)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo