Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Senapan atau ranting zaitun

Rakyat palestina berharap perundingan madrid membawa hasil positip. namun, di tubuh plo sendiri terjadi perpecahan antara garis radikal pimpinan george habash dan kelompok moderat.

9 November 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nasib rakyat Palestina masih berliku-liku. Perpecahan antara kelompok moderat dan garis keras makin mencuat. INILAH kabar lain dari Madrid pada saat delegasi tujuh negara Arab tarik urat dengan delegasi Israel, di luar ruang sidang dua warga yang tak terlibat perundingan, satu orang Israel dan satu lagi orang Palestina, berbincang-bincang tentang masa depan Timur Tengah. Peristiwa langka itu direkam oleh reporter TV Prancis, dan hasilnya cukup membelalakkan mata banyak orang. "Kamu bukan ancaman bagi saya," kata orang Israel. "Kalau bukan ancaman, kenapa kamu selalu menyiksa saya? Saya ingin kamu menghargai identitas saya sebagai seorang Palestina. Saya punya harga diri," jawab orang Palestina. "Saya terima hakmu. Dan terserah saya juga untuk menyatakan apa pun yang saya inginkan," balas orang Israel. Harapan bangsa Palestina, yang lebih dari 40 tahun berjuang membentuk negara merdeka, memang tertumpu ke Madrid. "Kami, bangsa Palestina, menawarkan kepada kaum Israel pilihan untuk perdamaian dan keamanan. Tinggalkan rasa takut dan saling curiga. Dekatilah kami sebagai rekan yang sejajar. Marilah bekerja demi pembangunan dan kemakmuran wilayah kita berdasarkan kerja sama saling menguntungkan," kata Haidar AbdelShafi di mimbar konperensi Timur Tengah, Kamis pekan silam. Resepnya, menurut pemimpin delegasi Palestina itu, Israel harus menyerahkan tanah yang mereka duduki sejak Perang 1967 dan 1973. Pidato Haidar yang puitis dan memikat itu langsung bergema di wilayah pendudukan. Ratusan rakyat Palestina di Ramallah turun ke jalan dan saling menukar ranting zaitun -simbol perdamaian -dengan sejumlah tentara Israel. Bangsa Palestina, seperti dikatakan Faisal Husseini, ketua pengarah delegasi di konperensi itu, mengharapkan pertemuan di Madrid bisa menjadi batu loncatan masa depan. Masalah yang mendesak untuk dibicarakan adalah pemberian otonomi terbatas di Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan pada masa transisi bangsa Palestina bisa menyelenggarakan pemilu, membentuk pemerintahan kota, polisi, sekolah, dan rumah sakit sendiri. Di samping itu, mereka mendambakan agar nasib Yerusalem Timur, kota tua yang secara tradisional merupakan kiblat kegiatan orang Palestina, bisa dibahas dalam perundingan dengan Israel. Tujuan mereka, kelak setelah terbentuk negara Palestina merdeka, Yerusalem, yang dicaplok Israel pada 1967, akan dijadikan ibu kota. "Otonomi Palestina tidak akan terjadi," kata Yitzhak Shamir. Malah Perdana Menteri Israel itu meneruskan pembangunan permukiman baru untuk menampung imigran Yahudi dari Uni Soviet. Memberikan otonomi berarti Israel harus memberikan tanah yang sudah dimukimi 110.000 orang Yahudi kepada Palestina. Shamir menambahkan bahwa justru bangsa Yahudi yang menjadi korban sejarah, tercerai-berai ke berbagai belahan dunia. Alasan ini yang dipakainya untuk membenarkan pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang ditempati sekitar 2.000.000 orang Palestina selama berabad-abad. Ia kembali mengulangi saran tentang konfederasi Palestina-Yordania. Inti gagasan Shamir itu agar negosiasi tidak difokuskan pada wilayah, tetapi satu penyelesaian terhadap pertentangan yang pada hakikatnya bukan masalah wilayah. Ia kemudian minta agar negara-negara Arab mengakui saja Israel dan hak atas Yerusalem. "Kalau Arab-Palestina tetap menuntut wilayah yang diduduki Israel, hanya akan mempercepat jalan buntu," ujarnya. Kekakuan Israel ini jelas membuat kesal Palestina. Bagi Palestina, perdamaian tanpa pengembalian wilayah pendudukan adalah mustahil. Kini harapan Palestina tinggal pada perundingan bilateral, yang dimulai Ahad pekan ini, tapi perundingan ini diperkirakan akan berlarut-larut. Maka, di sela-sela pertukaran ranting di Hebron, demonstran Palestina berbentrokan dengan serdadu Israel. Sedang itu, di Beirut, 10.000 muslim militan berdemonstrasi, agar konperensi perdamaian diganti dengan peperangan, terutama setelah pesawat tempur Israel masih saja mengejar-ngejar para gerilyawan Hisbullah pro-Iran di Libanon Selatan. Pada saat Israel mengotot mau menang sendiri, di Jalur Gaza, pertentangan malah terjadi di kalangan bangsa Palestina sendiri -pendukung melawan penentang konperensi Madrid. Pengikut PLO mendukung pengiriman delegasi ke Madrid, sedangkan kelompok fundamentalis Islam dan kelompok radikal menentangnya. Sikap keras itu sudah mereka nyatakan melalui konperensi tandingan di Teheran (TEMPO, 2 November 1991). Penyokong konperensi tandingan itu antara lain George Habash, pemimpin kelompok radikal Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP), yang menyatakan keluar dari komite eksekutif PLO. Soalnya, menurut Habash, konperensi Madrid itu bertentangan dengan kepentingan rakyat Palestina. "Tak satu pun yang bakal diraih," kata Habash. Kalau perundingan Palestina dan Israel mengalami kemajuan, itu hanya berlaku bagi bangsa Palestina yang diwakili dalam perundingan di Madrid, yakni golongan moderat yang di belakangnya adalah PLO. Bagaimana nasib kelompok radikal seperti PFLP, DFLP, Hamas, dan Hisbullah? Entahlah. Yang pasti, bangsa Palestina makin terberai: antara yang memilih senjata dan yang memilih ranting zaitun. Ardian Taufik Gesuri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus