Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Serangan di ’Hari Kemerdekaan’

Hamas menyatakan gencatan senjata berakhir. Serangan ke wilayah Israel dilakukan sebagai aksi balasan.

30 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selasa pekan lalu adalah hari yang bersejarah bagi rakyat Israel. Mereka merayakan ulang tahun ”kemerdekaan” negara Israel yang ke-59. Rakyat Israel bersukacita. Mereka melancong ke pelbagai taman dengan tempat hiburan bersama keluarga. Tak ketinggalan alat pemanggang, arang kayu, dan makan-an menjadi bekal mereka.

Pelbagai atraksi digelar. Tarian, nyanyian, dan parade. Pada malam sebelumnya digelar upacara militer di pemakaman pahlawan Mount Herzl, Yerusalem. Dua belas obor besar dinyalakan. Sekelompok tentara melakukan tembakan salvo ke arah langit Yerusalem.

Di hari istimewa itu pula Brigade Izzudin al-Qassam, sayap militer Hamas, melancarkan serangan. Sekitar pukul delapan pagi mereka menembakkan 28 roket dan 61 mortir ke wilayah selatan Israel. Militer Israel menyebutkan, tak ada korban atau bangunan rusak akibat serangan itu lantaran roket hanya menghantam tanah lapang.

Aksi itu merupakan balasan atas tewasnya sembilan warga Palestina akibat operasi militer Israel di Tepi Barat dua hari sebelumnya. Di Ramallah, seorang pemuda berusia 17 tahun ditembak mati karena melempari patroli Israel dengan batu.

Di hari yang sama, dua orang tewas di Nablus, masing-masing adalah Amin Lubadi, ahli meracik bom yang sudah diburu selama tiga tahun, dan seorang gadis 17 tahun yang sedang melongok dari jendela rumahnya. Militer Israel membela diri dengan mengatakan bahwa mereka bermaksud menembak seorang pria bersenjata di sana. Sehari sebelumnya, lima orang terbunuh di utara Tepi Barat.

Serangan ini menandai berakhirnya gencatan senjata yang diteken November tahun lalu. Kesepakatan ini diambil untuk mengakhiri kekerasan yang berlangsung sejak kelompok perlawanan Palestina menculik Kopral Gilad Shalit, 20 tahun, lima bulan sebelumnya.

Juru bicara Brigade al-Qassam, Abu Ubaida, menegaskan, gencatan senjata antara kedua pihak telah lama berakhir lantaran kekerasan yang dilakukan Israel. ”Ini pesan bagi Zionis bahwa serangan kami akan terus berlanjut. Kami siap menculik dan membunuh lebih banyak tentara kalian,” katanya kepada radio Otoritas Palestina.

Hamas menolak jika dikatakan serangan ini sebagai upaya untuk mempermalukan pemerintah persatuan Palestina. ”Apa yang kami lakukan kemarin (Selasa pekan lalu) adalah bagian dari respons alamiah kami,” kata Fauzi Bahrum, juru bicara Hamas.

Malah keputusan yang diambil Ha-mas ini mendapat sokongan Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbad. Padahal, selama ini kedua kubu, Abbas yang Fatah dan Hamas, selalu bertentangan dalam sikap menghadapi konflik dengan Israel.

Fatah selalu bersikap moderat dan siap bekerja sama dengan negara Yahudi itu. Sedangkan Hamas yang naik ke pucuk pemerintahan pada Januari 2005 mengambil posisi bermusuhan, tidak mau mengakui negara Israel, dan menolak semua perjanjian sebelumnya. Karena sikapnya ini, pemerintahan Hamas tidak memperoleh bantuan keuangan dari negara-negara donor.

Di mata Abbas, serangan Hamas itu tidak berarti gencatan senjata sudah habis. Malahan, ”Pada kesempatan ini saya meminta kepada Israel melakukan pengontrolan diri sehingga ini tak akan terjadi lagi,” katanya dalam jumpa pers bersama dengan Perdana Menteri Italia Romano Prodi di Roma, Rabu pekan lalu.

Di hari yang sama, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengadakan rapat dengan Kabinet Keamanan. Lantaran tak jatuh korban, Israel tak bersedia meladeni tantangan Hamas itu. ”Kami tidak berminat meningkatkan konflik,” kata Wakil Menteri Pertahanan Ephraim Sneh kepada radio Israel.

Tapi bukan berarti Israel bakal tinggal diam. Mereka mengeluarkan ancaman. ”Tak akan ada serangan besar-besaran dalam waktu dekat, tapi bukan berarti tidak akan ada serangan semacam itu nantinya,” ujar Miri Eisin, juru bicara Olmert.

Seorang pejabat militer Israel yang menolak disebut namanya menyatakan serangan Hamas itu sebagai bagian dari upaya penculikan seorang tentara mereka di perbatasan. Tapi usaha itu bisa digagalkan.

Faisal Assegaf (Arutz Sheva, Haaretz, LA Times, USA Today, Yediot Ahronoth)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus