Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Xanana Gusmao: Tidak Jadi Masalah Kalau Partai Saya Kalah

30 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saya ingin bebas. Saya ingin menulis puisi dan melukis." Kay Rala Xanana Gusmao mengatakan hal itu dalam suatu wa-wancara khusus dengan majalah Tempo, tahun lalu. Mungkin ia sedikit romantis, mungkin sedikit lelah. Ia membayangkan sebuah masa depan yang tenang. Ia memang telah mengalami banyak hal sebelum akhirnya menjadi ikon politik bangsanya.

Kini Xanana, 61 tahun, Presiden Timor Leste. Juga sosok dengan karisma yang susah tenggelam. Ia melihat suasana politik pemilu yang hiruk-pikuk, dan tiba-tiba ia bukan lagi Xanana setahun lalu. Ia mengecam Fretilin yang diyakininya membagi-bagikan senjata kepada pengikutnya. Memimpin partai baru Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Leste (CNRT) maju ke pemilu parlemen, 30 Juni nanti, bahkan menyatakan siap menjadi perdana menteri jika Ramos Horta duduk di kursi presiden kelak.

Ditemui Tempo di kantornya di Istana Debu (Palacio das Cinzas), kawasan Kaikoli, Dili, Kamis dua pekan lalu, ia tampak santai dan ramah. Merokok, kadang menjawab pertanyaan sambil tersenyum dan tertawa. Ia telah mengurangi kebiasaan merokok: dari enam bungkus menjadi sebungkus per hari. Kepada Salvador Ximenes Soares dan kemudian Faisal Assegaf dari Tempo, ia menjelaskan banyak hal, termasuk alasan untuk tetap berpolitik.

Bagaimana Anda melihat perkem-bangan terakhir: keunggulan Lu Olo atas Horta, calon yang Anda jagokan?

Kita dapat melihat dari dua sudut. Pertama, mungkin kita ingin memperpendek waktu sehingga Horta menang dalam putaran pertama dengan dukungan semua partai oposisi. Tetapi kita lihat dari sudut lain yang positif karena menunjukkan dinamika demokrasi. Kita lihat dari hasil pemilihan pada 2001 ketika Fretilin menang dengan angka 57 persen, sekarang tidak sampai 30 persen. Kalau saya di tempat Fretilin, pasti akan saya katakan bahwa ini sebuah kekalahan. Karena Fretilin dengan struktur dan mesin politiknya yang sampai desa dan RT, dengan dukungan dana dan fasilitas yang tak terbatas tetapi hasilnya sangat rendah. Bisa menang sekarang tetapi toh nanti kalah juga. Kalau ada uang banyak, silakan saja bagi terus.

Mengapa Anda mendukung Horta?

Ramos Horta kandidat saya sejak 2003 dan bukan baru sekarang. Setiap akhir tahun, orang-orang pemerintahan datang ke tempat saya memberikan selamat, dan saya selalu menunjuk Horta bahwa dialah orangnya yang akan menggantikan saya. Ketika di New York, September 2005, Alkatiri datang ke kamar saya, mengatakan bahwa gereja dan masyarakat mendukung pencalonan Panglima Angkatan Bersenjata Brigadir Jenderal Taur Matan Ruak sebagai presiden selanjutnya. Saya secara tegas mengatakan tidak. Bukan karena saya suka Ramos Horta dan ia keluarga saya. Pertimbangan saya, Mei 2006 Unmiset (misi PBB) akan mengakhiri tugas di Timor Leste. Kita sudah memiliki dana dari minyak. Banyak konflik di dunia sehingga perhatian dunia internasional akan berkurang. Karena itu, bagi saya, bicara demi kepentingan negara, demi kebaikan pemerintah dan rakyat, Horta adalah orang yang tepat untuk menjadi presiden. Dia lebih mengenal dunia, dikenal banyak tokoh, mengetahui cara kerja lembaga internasional. Kalau Fretilin menginginkan Taur Matan Ruak menjadi presiden, lebih baik mereka mempersiapkannya untuk 2012. Ini bukan sekadar mendukung Ramos Horta, tetapi demi kepentingan negara dan rakyat.

Tapi hasil pemilihan presiden putaran pertama menunjukkan nama besar Horta bukan jaminan....

Saya kira jawabannya, kita harus bekerja keras. Ini pelajaran bagi kita semua. Saya juga terkejut dengan hasil yang dicapai oleh salah seorang kandidat. Hanya dalam waktu semalam atau hanya beberapa jam kandidat itu bisa memperoleh suara lebih dari 30 ribu hanya di satu distrik. Ini artinya dari bumi langsung loncat ke bulan. Banyak orang menulis surat ke saya, menanyakan hal yang tidak masuk akal itu. Ini menunjukkan mesin partai berjalan dan bekerja. Karena itu, sebagai partai baru (CNRT, yang baru didirikannya-Red.), kerja keras menjadi tuntutan.

Tapi partai Anda baru, jaringan belum ada, sumber daya manusia terbatas, bagaimana Anda percaya partai Anda akan berhasil?

Masalahnya sekarang, saya masih menjadi presiden. Partai juga baru, kami masih dalam proses mendaftarkan diri secara resmi ke pengadilan dan mempersiapkan diri untuk kongres. Namun saya sudah memikirkan untuk segera membentuk sebuah tim ahli guna mempelajari dan mengkaji semua bidang secara komprehensif. Yang paling pen-ting, tahun pertama harus melakukan koreksi terhadap berbagai hal yang keliru. CNRT lahir untuk melakukan koreksi, reformasi, dan memberikan harapan. Baik dilakukan sendiri maupun kerja sama dengan partai lain.

Anda pernah mengatakan ingin mundur dari politik. Kenapa berubah pikiran?

Saya berpikir untuk maju lagi dalam berpolitik lebih-lebih dalam krisis lalu. Kita tahu ada pembagian senjata. Saya memperoleh informasi mereka yang me-nerima senjata bukan saja mengancam kelompok Fretilin Mudanca melainkan juga rakyat dalam pemilihan umum. Dari sanalah saya mulai melihat ada situasi yang sangat berbahaya. Apalagi kita semua tahu, mereka memiliki pengaruh kuat terhadap PNTL (polisi) dan juga FFDTL (angkatan bersenjata) yang diatur menurut keinginan pemerintah. Memperhatikan beberapa kejadian itu, saya pikir situasi ini tidak memungkinkan kita melakukan perubahan.

Senjata ada di tangan para penguasa dan pasti rakyat akan tetap menderita. Karena itu, sebagai presiden saya telah berusaha mematuhi konstitusi. Tapi, berdasarkan pengalaman saya, presiden tidak memiliki pengaruh dan hanya dengan memegang pemerintahan baru bisa berbuat banyak bagi kepentingan rakyat dan kepentingan nasional.

Anda percaya akan sanggup menyelesaikan krisis jika terpilih sebagai perdana menteri?

Saya percaya. Sebagian orang berpendapat bahwa perdana menteri yang baik harus bergelar doktor dan lain-lain, sehingga semua masalah akan teratasi. Saya selalu mengatakan dan mencontohkan Soeharto sebagai Bapak Pembangunan di Indonesia. Tentunya kita harus memisahkan masalah diktatornya, pelanggaran hak asasi, dan hal-hal negatif lainnya. Berkaitan dengan Soeharto sebagai Bapak Pembangunan, rakyat Indonesia lebih tahu daripada saya. Tetapi, kalau dia bisa, itu bukan karena dia sendiri yang mengerjakan. Untuk menjadi perdana menteri, kita harus memiliki visi yang jelas, ide yang baik, kita berikan kepada orang lain dan biarkan orang lain yang mengerjakan dan pasti akan berjalan. Berdasarkan pengalaman 1978, ketika semua anggota senior Komite Sentral Fretilin dan para komandan Falintil yang lebih senior dari saya di bagian tengah dan bagian barat sudah meninggal, saya mengambil alih kepemimpinan. Tetapi bukan saya yang harus maju ke medan tempur untuk berhadapan dengan tentara Indonesia. Saya hanya membuat rencana dan menetapkan strategi.

Tapi orang mungkin bertanya. Ketika krisis meletus, ada desakan menetapkan keadaan darurat, tapi Anda tampak ragu mengambil keputusan?

Sebagai presiden terpilih pertama, saya harus menjaga dan menjamin agar konstitusi dihormati. Ini untuk menghindari preseden buruk di kemudian hari. Kalau tidak, nanti di masa depan, asal ada krisis, kita membubarkan parlemen. Ini tentunya tidak akan baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau ada sesuatu yang membanggakan saya, adalah saya berhasil mempertahankan dan menghormati konstitusi. Ini bukan karena masalah ragu-ragu tetapi karena penghormatan terhadap konstitusi. Walaupun ada desakan kuat dari wakil-wakil 13 distrik pada waktu lalu. Inilah sedikit kebanggaan saya.

Anda kembali berpolitik karena tak percaya ada figur yang bisa menggantikan Anda?

Generasi muda harus sadar bahwa dinamika saja tidak cukup. Harus ada pengalaman dan kedewasaan. Harus ada kombinasi itu. Sekarang semua orang harus berpartisipasi. Dari pengalaman kita lima atau enam tahun lalu, politik hanya dikuasai sekelompok kecil orang. Eksklusif untuk mereka. Inilah yang salah, inilah yang memarginalkan kita semua. Karena itu, CNRT memakai kata rekonstruksi. Itu berarti rekonstruksi untuk mentalitas, politik, reformasi, dan untuk semua hal yang salah. Partisipasi rakyat harus dibuka selebar-lebarnya. Karena itu kita harus mempersiapkan semua kondisi ke arah itu. Para pemuda harus membekali diri secara baik.

Bagaimana kalau partai Anda kalah dalam pemilihan parlemen, Juni nanti?

Saya kira tidak jadi masalah. Kalau partai lain mengajak berkoalisi, kita lihat bentuk dan program kerja samanya. Jelas dengan Partai Fretilin tidak mungkin. CNRT dapat bekerja sama dengan partai lain sehingga koalisi itu bukan sekadar mendapatkan suara atau jabatan, tetapi yang paling penting memberikan manfaat yang besar bagi rakyat. Kalau tidak, lebih baik jadi oposisi. Kalau CNRT tidak menang, berarti rakyat ingin melihat proyek-proyek dikuasai satu keluarga saja. Pembelian seragam untuk polisi dikuasai satu keluarga, senjata untuk FFDTL dikuasai satu keluarga yang sama, proyek buka jalan dan tutup jalan keluarga itu-itu juga. Proyek BBM dan beras dikuasai satu keluarga. Kalau rakyat merasa situasi ini yang terbaik untuk mereka dan bagi kita semua, ya silakan pilih mereka (Fretilin).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus