Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi, produser minyak terbesar di dunia, menghentikan sementara ekspor minyaknya melalui Selat Bab al-Mandeb, Laut Merah, setelah Houthi Yaman melakukan serangan ke sejumlah kapal pengangkut minyak mentah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih, mengatakan kepada wartawan pada Kamis, 26 Juli 2018, Kerajaan akan menghentikan seluruh pelayaran minyak melalui selat sesegera mungkin. "Penundaan ini akan berakhir hingga situasi di selat clear dan seluruh transportasi laut melalui Bab al-Mandeb aman," kata al-Falih melalui sebuah pernyataan seperti dikutip Al Jazeera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemberontak Houthi mengerahkan banyak personel bersenjata ke Kota Hodeidah, juga penembak jitu di atas gedung-gedung. Pasukan pemerintah Yaman, didukung Uni Emirat Arab (UEA), berusaha merebut kembali kota pelabuhan barat pada 13 Juni.
Pemberontak Houthi menjadikan tanker Arab Saudi sasaran serangan di Laut merah. Salah satu tanker yang diserang, tulis Al Jazeera, mengalami kerusakan.
Menurut konsultan energi Ellen R Wald dalam tulisannya di Forbes, jalur pelayaran Laut Merah sangat penting. "Jika jalur ini terganggu, negara-negara kuat Eropa, Mesir dan Amerika Serikat memiliki alasan intervensi."Seorang pria bediri di dekat mobil yang hancur akibat serangan udara koalisi Arab Saudi di Amran, Yaman, 25 Juni 2018. REUTERS/Khaled Abdullah
Arab Saudi dan sekutunya, Uni Emirat Arab akan melakukan intervensi untuk melindungi rute pelayarannya melalui Laut Merah yang digunakan mengangkut minyak dan barang dari Asia ke Eropa melalui Terusan Suez.
Houthi yang kini menguasai hampir seluruh wilayah Yaman berperang melawan pemerintah sah Yaman dukungan Arab Saudi dan sekutunya sejak 2015. Dalam perang tersebut, Houthi disokong oleh Iran.