Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok 1.000 tentara cadangan Angkatan Udara Israel yang masih bertugas dan yang sudah pensiun menyerukan pada Kamis 10 April 2025 agar semua tawanan yang ditawan di Jalur Gaza dikembalikan, "bahkan jika itu berarti mengakhiri perang."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Melanjutkan perang tidak akan memajukan tujuan perang yang telah dideklarasikan, dan akan mengakibatkan kematian para sandera, prajurit IDF (angkatan darat) dan warga sipil yang tidak bersalah," demikian bunyi surat yang diterbitkan oleh para prajurit cadangan di media Israel seperti dilansir Anadolu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Surat tersebut menyerukan agar tawanan Israel "segera dipulangkan"dari Gaza, dengan mengatakan bahwa serangan ke Gaza saat ini sedang berlangsung untuk "kepentingan politik dan pribadi."
"Hanya kesepakatan yang dapat mengembalikan sandera dengan aman. Sementara tekanan militer terutama mengarah pada pembunuhan sandera dan membahayakan prajurit kami," kata para prajurit cadangan, yang menyerukan kepada warga Israel "untuk bergerak untuk bertindak."
Salah satu tokoh yang meneken surat tersebut adalah mantan kepala Angkatan Darat Israel Dan Halutz.
Israel memperkirakan bahwa 59 sandera masih ditawan di Gaza, dengan sedikitnya 22 di antaranya masih hidup.
Mereka diharapkan dibebaskan dalam tahap kedua gencatan senjata Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan. Kesepakatan tahap kedua ini mengharuskan Israel menarik pasukannya sepenuhnya dari Gaza dan mengakhiri perang secara permanen.
Namun, militer Israel melanggar gencatan senjata dengan kembali melancarkan serangan mematikan di Gaza pada 18 Maret.
Serangan Israel sejak itu telah menewaskan hampir 1.500 warga Palestina yang sebagian besar anak-anak, melukai 3.700 lainnya, dan menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang ditandatangani pada Januari.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji pekan lalu untuk meningkatkan serangan terhadap Gaza. Ini upaya untuk melaksanakan rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengusir warga Palestina dari daerah kantong itu.
Hampir 50.900 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di daerah kantong itu.