Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah Tidak Menjadi Nomor Satu

Para bekas presiden Amerika - karena adanya pembatasan masa jabatan - selalu harus siap kembali menjadi warga negara biasa. mereka banyak yang menulis buku. bagaimana dengan george bush?

14 November 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"RAKYAT telah memilih dan kita hormati kebesaran sistem demokrasi," kata George Bush di Houston setelah gagal terpilih kembali sebagai presiden Amerika Serikat. Usai memberi sambutan singkat itu Bush didampingi istrinya, Barbara Bush, dan Wakil Presiden Dan Quayle serta Marilyn Quayle, pulang ke Washington. Di Gedung Putih, kedua pasangan itu disambut oleh para staf dan pendukungnya. Bush mengucapkan terima kasih dan meminta dukungan mereka untuk Presiden Bill Clinton. "Saya harapkan kita bekerja sama dengan timnya untuk menjamin peralihan pemerintahan." Dua hari kemudian Bush bersama Barbara terbang menuju Camp David untuk melepas penat setelah melewati masa kampanye yang panjang -- dan gagal. Suami-istri itu tampaknya tak mau menunda perjalanan libur dan menembus hujan berkabut dengan helikopter kepresidenan Marine One. Ini mungkin perjalanan terakhir Bush dengan fasilitas kepresidenan ke peristirahatan resmi presiden AS itu. Tiba sudah saatnya Bush siap-siap angkat kaki dari gedung Putih sambil melupakan pelayanan kelas satu selama ini. Ia juga harus mengumpulkan -- dan membawa pulang -- sarung tangan klub basebal Yale, sepatu kuda, maupun foto keluarga yang terpajang di ruang Oval. Pekerjaan yang tak gampang bagi seorang presiden negara adidaya Amerika Serikat yang menyaksikan -- sekaligus berperan dalam -- runtuhnya Tembok Berlin, unggulnya sekutu di Perang Teluk, dan bubarnya negara Uni Soviet. Tapi mungkin rakyat Amerika memang tak butuh lagi soal-soal itu. Wakil Presiden Dan Quayle, misalnya, tak segan-segan mengkritik manajemen kampanye Bush telah gagal mengangkat soal-soal dalam negeri, yang justru lebih dibutuhkan orang Amerika. Yang lain menilai kegagalan Bush -- presiden AS keempat yang hanya bertahan satu periode -- karena tak mendapat dukungan penuh dari para staf. "Jangan membuat saya membicarakan lagi hal itu," katanya mengomentari kritik-kritik atas kegagalannya. Tampaknya itu sikap yang paling baik. Bush, di usia 68 tahun, harus mulai melupakan soal-soal kampanye dan kepresidenan, sekaligus mulai mengerjakan kembali hal-hal yang selama ini sering dilupakan. Ia sudah memutuskan tidak akan berkunjung ke Moskow, walaupun ia dan Yeltsin sudah sepakat saling mengunjungi -- sebagai presiden. Sebagai gantinya, pulang berlibur dari Camp David, ada rencana perjalanan untuk memancing, berburu, serta main golf. Dan sudah tentu akan lebih banyak waktu untuk bermain dengan para cucu. "Aku akan lebih aktif terlibat dalam urusan cucu, dan menemukan cara-cara untuk menolong orang lain," katanya. Para bekas presiden Amerika Serikat memang terbiasa -- atau dipaksa -- pindah kembali jadi warga negara biasa, tanpa jadi bahan ejekan orang. Richard Nixon, yang jatuh akibat skandal Watergate, menjadi penulis tujuh buah buku dan berbagai artikel di surat kabar dengan aneka ragam topik politik. Di New Jersey, setiap hari ia bangun seenaknya, berangkat ke kantor dan menunggu telepon dari redaktur surat kabar yang meminta tulisannya. Nixon juga mendirikan perpustakaan di sebelah rumah kecil tempat ia dilahirkan di Yorba Linda, California. Perpustakaan itu dilengkapi dengan bioskop berkapasitas 293 tempat duduk untuk memutar film Never Give Up: Richard Nixon in Arena. Tahun 1990 lalu Nixon menerbitkan biografi lengkap berjudul In The Arena yang juga menjelaskan kembali skandal Watergate. Lewat buku itu ia mengharapkan orang lebih memahami persoalan dengan lebih lengkap. "Lewat buku itu aku berusaha menjelaskan konteksnya, sehingga semua orang bisa memahami kenapa aku mengundurkan diri dari jabatan presiden." Nixon masih dibayang-bayangi skandal Watergate. Jimmy Carter hampir tak punya masalah apa pun setelah ke luar dari Gedung Putih. Dan seperti Nixon, ia juga aktif menulis di media massa tentang politik luar negeri AS. Bersama istrinya, Rosalyn Carter, ia menulis buku Everything is Gain: Making The Most of The Rest of Your Life yang menceritakan mereka tak kalah sibuk -- dan juga tak kalah senang -- sebagai bekas presiden dan bekas first lady. Dalam bidang politik, misalnya, ia terpilih memimpin tim internasional untuk mengamati pemilihan umum di Nikaragua pada tahun 1990. Di bidang sosial, Carter tak segan-segan memakai jins belel dan topi pengaman untuk memperbaiki perumahan orang-orang miskin. Bekas presiden Ronald Reagan, yang sebelumnya aktor film, ternyata tak kembali ke layar perak. Dan sebagaimana Nixon, ia juga menulis buku An American Life yang menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan Gedung Putih di bawah pemerintahannya dan menyangkal peran Nancy Reagan dalam pengambilan kebijaksanaan itu. Kini Reagan banyak menghabiskan waktu menunggang kuda atau mendaki gunung kesukaannya, El Alamein di Meksiko. Konstitusi Amerika memang mengatur seorang presiden hanya boleh dipilih untuk dua periode saja. Artinya, ada batasnya seseorang duduk di kursi kekuasaan, dan siap kembali menjadi warga negara biasa. Maka mereka harus membuang jauh-jauh perasaan cemas hidup tanpa kekuasaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus