Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Si ular tertangkap lagi

Charles sobhraj yang dikenal dengan sebutan si ular, tertangkap di provorin, india, setelah tiga pekan buron. ia dicari 7 negara karena terlibat serangkaian pembunuhan dan perampokan. (ln)

12 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA tertangkap kembali tepat di hari ulang tahunnya yang ke-42. Malam itu, Minggu 6 April lalu, Charles Sobhraj bersama David Richard Hall, 28, yang diduga anggota komplotannya, tanpa curiga memasuki restoran makanan laut "O Coquiro" (Pohon Nyiur) di Provorim, Goa, India. Sudah beberapa hari terakhir keduanya makan di sana. Begitu masuk, mereka memesan panggilan telepon internasional ke Beirut dan Paris, lalu mulai minum-minum. Agaknya untuk merayakan ulang tahun Sobhrai. Sekitar satu jam kemudian, seorang pria yang duduk di meja di samping Sobhraj mendekat. "Lho, kok Anda di sini. Apa kabar, Charles?" Sobhraj membantah dan mengaku ia seorang yang lain. Tapi pria tersebut, yang sebenarnya Inspektur Madhukar Zende dari Kepolisian India, tak mempedulikan bantahan itu. Zende kenal betul dengan Sobhraj karena dialah yang menangkap Sobhraj 14 tahun yang lampau tatkala penjahat tersebut mulai meniti kariernya di dunia hitam. Tatkala akan ditangkap, Sobhraj mencoba mencabut pistol tapi beberapa tamu lain dan pelayan, semuanya polisi yang menyamar, segera membekuknya. Tertangkapnya Sobhraj mengakhiri tiga minggu kebebasannya setelah buron dari penjara Tihar, New Delhi. Sobhraj, penjahat yang dicari tujuh negara karena serangkaian pembunuhan dan perampokan, meloloskan diri dari penjara dengan kelihaiannya yang khas: membius para penjaganya. Hari itu, 16 Maret silam, Sobhraj kedatangan dua tamu yang membawa kue dan buah-buahan, untuk merayakan ulang tahunnya. Setelah makan sepotong buah, yang konon telah ditandai, Sobhraj menawarkan sisanya pada penjaga penjara dan narapidana temannya. Kedelapan orang yang makan segera tak sadar karena makanan tersebut telah dicampur obat bius. Sobhraj segera kabur bersama enam narapidana lain, termasuk Laxmi Narain dari gerombolan Raju Bhatnagar yang terkenal. Ia tak lupa mengunci pintu gerbang penjara, sehingga lima ratusan tahanan lain tak ikut kabur. Polisi menduga sejumlah petugas penjara berkomplot dengan Sobhraj. Setelah tertangkap kembali, penjagaan terhadap Sobhraj jelas akan diperkuat. Sebelumnya ia tercatat pernah sekali kabur dari penjara di India dan empat kali dari negara lain. Pelarian Sobhraj bulan lalu agaknya dilakukannya karena ia khawatir ia akan diekstradisikan ke Muangthai, lalu diadili karena perampokan dan pembunuhan yang dilakukannya termasuk pada beberapa wanita yang mayatnya ditemukan mengambang di laut dalam pakaian mandi, yang membuatnya dijuluki "Pembunuh Bikini". Sobhraj, warga negara Prancis kelahiran Vietnam ini, sebetulnya berayah India sedang ibunya campuran Vietnam-Prancis. Ia dikenal cerdas, menguasai delapan bahasa, dan pernah belajar psikologi dan hukum di Sorbonne. Kabarnya, ia pernah studi dan memperoleh gelar insinyur di Jepang. Ia dikenal pula sebagai jago karate. Tampangnya meyakinkan, dan keluwesannya berbicara membuat para korbannya tak mencurigainya. Sobhraj begitu terkenal hingga menjadi semacam dongeng. Buku tentang dia, The Serpentine (Si Ular), termasuk laris. Pada calon korbannya, Sobhraj, yang mempunyai banyak alias, selalu mengaku anak jutawan. Daerah operasinya biasanya kawasan yang biasa dikunjungi turis di India, Muangthai, Sri Lanka, Nepal, sampai Afghanistan. Korbannya umumnya mati dicekik, dibenamkan, dibakar, atau dibius secara berlebihan. Terakhir, 1976, Si Ular ini rupanya kurang licin seperti sebelumnya. Tatkala memandu 70-an turis Prancis dalam perjalanan ke New Delhi, ia mengingatkan mereka pada bahasa disentri, lalu menawarkan pil pencegah, yang tentu saja obat bius. Dua puluhan orang segera teler dan sisanya langsung mencurigainya. Sobhraj mencoba lari, tapi ia segera dibekuk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus