Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEPULUH tahun sudah Selim Caglayan, 37 tahun, tinggal di Indonesia. Kehidupannya di sini dimulai di Bantul, Yogyakarta, pada 2006. Dia bergabung dengan Yayasan Pasiad, lembaga sosial masyarakat bentukan pengusaha-pengusaha Turki, membantu masyarakat saat terjadi gempa di Yogyakarta. Dua tahun kemudian, dia hijrah ke Jakarta dan bekerja paruh waktu sebagai wartawan Cihan News, kantor berita yang berbasis di Istanbul sambil membantu menerjemahkan tulisan-tulisan yang terkait dengan hubungan Indonesia-Turki.
Kondisi di Turki membuat dia kecewa dan marah kepada pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan. Apalagi paspornya dinyatakan hilang dan dibatalkan pemerintah. "Saya sendiri santai menanggapi itu. Lihat saja kehidupan saya. Tapi bagaimana dengan kawan-kawan?" ujarnya kepada Sukma N. Loppies dari Tempo saat ditemui pada Rabu pekan lalu.
Pemerintah Erdogan membatalkan dan mencabut 50 ribu paspor. Anda tahu soal itu?
Saya tahu dari berita dan perkembangan yang ada. Sebenarnya bukan hanya pembatalan. Pemerintah Turki menyatakan 100 ribu paspor hilang dan membatalkannya. Namun Interpol tidak menganggap kebijakan Erdogan ini dan menolaknya sehingga kami bisa bepergian ke luar negeri.
Paspor Anda bagaimana?
Ketika seseorang berada di luar negeri, imigrasi Turki sudah menyatakan bahwa paspor saya hilang.
Bagaimana Anda tahu paspor Anda dinyatakan hilang?
Apa yang dikatakan Erdogan saat ini sudah seperti undang-undang. Tapi itu berlaku di Turki, tidak di luar negeri. Lagi pula Interpol membatalkannya. Tapi, kalau saya pulang, pasti ditangkap. Jika saya lapor ke kedutaan, paspor akan dinyatakan hilang.
Anda berkeinginan pulang ke Turki?
Saya ada rencana menggelar pesta pernikahan dengan istri saya yang juga orang Turki di sana. Tapi, melihat kondisi Turki saat ini, pesta digelar di Indonesia saja. Sikap istri saya sendiri tawakal dengan keadaan ini. Melihat kondisi ini, kami yakin siapa zalim pasti mendapat balas.
Apa yang Anda lakukan bersama komunitas Turki di Jakarta sehubungan dengan kondisi di Turki?
Kami hanya bisa menunggu. Tapi kami yakin kondisi Turki membaik, meski misalnya harus melalui krisis ekonomi lebih dulu. Kami yakin berbagai keburukan pemerintah akan terkuak.
Anda berhubungan dengan keluarga?
Kami berkomunikasi lewat Skype. Keluarga baik-baik saja, meski kami tetap waspada. Ayah saya pegawai negeri yang puluhan tahun mengabdi kepada negara, tapi kemudian dipecat oleh pemerintah Erdogan. Ekonomi keluarga kami ditopang bersama-sama dengan sanak saudara keluarga lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo