Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Broker Gula dari Widya Chandra

Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman tertangkap tangan menerima suap pengusaha distributor gula. Terendus secara kebetulan.

26 September 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGENDARAI Toyota Innova berwarna perak, Welly Sutanto berangkat ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat dua pekan lalu. Malam itu, dia menjemput kakaknya, Xaveriandy Sutanto, yang baru saja mendarat di Halim setelah menempuh penerbangan dari Padang. Menggunakan maskapai Batik Air, Xaveriandy datang bersama Memi, istrinya, dan anak laki-lakinya yang berusia sepuluh tahun.

Dari bandara, mereka menuju perumahan dinas menteri dan pejabat tinggi negara di kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan. Keempatnya hendak bertamu ke rumah Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman. "Mereka tiba di rumah IG sekitar pukul 22.15," ujar Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo, Kamis pekan lalu.

Tak jauh dari rumah tersebut, enam petugas KPK terus memantau gerak-gerik keempat orang itu dari dalam dua mobil Innova hitam. Para petugas KPK itu juga sebelumnya memantau komunikasi antara Welly, Xaveriandy, dan Memi. Menurut seorang sumber yang mengetahui peristiwa itu, dari percakapan mereka, terungkap Memi sudah bersepakat dengan Irman untuk bertemu di rumah dinasnya. Tim KPK juga mendapat informasi, Memi lewat Xaveriandy meminta Welly, yang tinggal di Jakarta, mengambil uang Rp 100 juta untuk diserahkan kepada Irman. Petugas KPK mendapat informasi bahwa uang itu dibungkus rapi dalam plastik putih.

Lima belas menit setelah kedatangan keempat orang itu, Irman tiba di rumahnya. Ia keluar dari mobil dinas Toyota Camry dan langsung menemui tetamunya yang menunggu di halaman rumah. Irman kemudian mengajak mereka masuk ke ruang tengah. Pukul 00.30, keempatnya keluar dari rumah Irman. Saat mereka di dalam mobil, tim KPK menyergap. Xaveriandy semula membantah telah menyerahkan uang kepada Irman. Tapi Welly dan Memi tidak bisa berkelit ketika disebutkan ciri-ciri bingkisan uang yang mereka serahkan kepada Irman.

Setelah itu, enam petugas KPK membawa Xaveriandy dan istrinya ke dalam rumah. Welly dan keponakannya menunggu di luar. Satu ajudan Irman kemudian diminta memanggil Irman, yang sudah berada di dalam kamarnya di lantai dua. Sebagian petugas KPK mengikuti ajudan tersebut ke atas. Menurut salah satu petugas itu, si ajudan kemudian mengetuk pintu kamar. Irman, yang sudah mengenakan piama, kaget melihat dua orang petugas KPK di depan kamarnya. "Irman dan istrinya kemudian diminta turun ke ruang tengah di lantai satu," kata sumber itu.

Di ruang tengah, petugas komisi antikorupsi meminta Irman menyerahkan bingkisan yang baru saja diserahkan Xaveriandy dan istrinya. Irman awalnya menyatakan tidak menerima apa pun dari pengusaha gula itu. Tapi, setelah diperhadapkan dengan Xaveriandy dan istrinya, dia menyerah. Irman kemudian meminta istrinya, Liestyana Rizal Gusman, mengambil bingkisan itu di kamarnya. Liestyana lalu meletakkan bingkisan yang dalam kondisi seperti sudah terbuka itu di tangga.

Petugas KPK kemudian membawa Irman dan Xaveriandy serta istrinya ke kantor KPK di Kuningan, Jakarta Selatan. Tim juga membawa Welly, anak laki-laki Xaveriandy, dan satu ajudan Irman. Mereka pun menyita bingkisan plastik putih berisi uang Rp 100 juta dalam pecahan Rp 100 ribu.

Keesokan harinya, KPK menetapkan Irman, Xaveriandy, dan Memi sebagai tersangka. Sedangkan Welly dan anak laki-laki Xaveriandy bersama ajudan Irman dilepaskan karena tidak berkaitan dengan kasus itu. "Pemberian kepada IG terkait dengan pengurusan kuota gula impor yang dikelola Bulog kepada CV SB untuk Sumatera Barat," ujar Agus Rahardjo. CV SB yang dimaksud Agus adalah CV Semesta Berjaya milik Xaveriandy. Salah satu tuduhan kepada Irman adalah memperdagangkan pengaruh. Karena berstatus tersangka, Selasa pekan lalu, Irman diberhentikan sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah.

Setelah diperiksa 22 jam, menjelang tengah malam, Sabtu dua pekan lalu, Irman keluar dari gedung KPK mengenakan rompi tahanan berwarna oranye. Saat ditanyai wartawan tentang penangkapannya, senator asal Sumatera Barat ini tidak mau berkomentar. Ia menerobos kerumunan wartawan menuju mobil yang akan membawanya ke Rumah Tahanan KPK cabang Pomdam Guntur, Jakarta Selatan. "Tenang dulu, tenang dulu," kata Irman.

Xaveriandy dan istrinya juga menutup rapat mulut mereka saat keluar dari gedung KPK menuju Rumah Tahanan Cipinang, Jakarta Timur.

Selasa pekan lalu, Liestyana Rizal Gusman menyampaikan kronologi peristiwa penangkapan suaminya oleh KPK kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Menurut Liestyana, Sabtu dinihari itu, Irman baru saja menerima Xaveriandy dan Memi. Setelah itu, datang para penyidik KPK yang langsung naik ke lantai dua membuntuti Irman. "Mereka langsung bilang, 'Bapak kami tangkap karena menerima suap'," ujar Liestyana.

Menurut pengacara Irman, Razman Nasution, kliennya tidak tahu bahwa bingkisan itu berisi uang Rp 100 juta. "Itu diletakkan begitu saja oleh tamu yang baru datang dan belakangan baru diketahui isinya uang," katanya.

l l l

NAMA Irman Gusman masuk radar KPK secara kebetulan. Pertengahan Juni lalu, saat komisi antikorupsi tengah memantau dugaan suap Xaveriandy Sutanto kepada ketua jaksa penuntut umum kasusnya, Farizal, nama Irman masuk pemantauan. Xaveriandy memang tengah menjalani persidangan dugaan impor gula ilegal di Pengadilan Negeri Padang. Atas bantuan Farizal, Xaveriandy berstatus tahanan kota dan bisa menyambangi rumah Irman di Jakarta. KPK sudah menetapkan Farizal sebagai tersangka suap Rp 365 juta dari Xaveriandy. Suap itu diberikan agar Farizal bisa mengarahkan hakim memvonis bebas Xaveriandy.

Menurut seorang penegak hukum, ketika kasus Farizal ini dipantau, Juni lalu, terdeteksi Irman berkomunikasi dengan Memi. Dalam percakapan itu, Memi meminta bantuan Irman agar perusahaannya mendapat jatah distribusi gula dari Perum Bulog sebanyak 3.000 ton. Dia menawarkan imbalan Rp 300 per kilogram sebagai komisi. "Irman akhirnya menyetujui tawaran itu," kata petugas tersebut.

Menjelang Idul Fitri, awal Juli lalu, Irman terdeteksi berkomunikasi dengan Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti. Menurut Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, Bulog kemudian mengalihkan jatah 3.000 ton gula untuk Jakarta ke Sumatera Barat. "Dia minta Bulog kalau ada temannya, XS (Xaveriandy), yang bisa dipercaya soal itu," ujar Alexander.

Sejak Juli sampai Agustus lalu, menurut penegak hukum yang lain, gula yang sudah diterima perusahaan Xaveriandy dan Memi mencapai 1.000 ton. Uang Rp 100 juta, kata dia, dana awal yang diserahkan kepada Irman atas jasanya membantu perusahaan Xaveriandy mendapat jatah gula Bulog.

Razman Nasution membenarkan kabar bahwa kliennya pernah menghubungi Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti. Ketika itu, kata dia, Irman hanya menyampaikan kepada Djarot bahwa Sumatera Barat tengah kekurangan pasokan gula. Irman, menurut dia, kemudian menghubungi Memi, kenalan dekatnya. Soal adanya komisi yang diterima Irman, Razman menyangkal. "Itu tidak ada," ujarnya.

Djarot Kusumayakti tak menjawab secara tegas soal adanya telepon dari Irman yang meminta tambahan kuota distribusi untuk CV Semesta Berjaya. "Bisa saja, banyak telepon seperti itu," ujarnya.

Anton Aprianto, Muhamad Rizki (Jakarta), Andri El Faruqi (Padang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus