NORODOM Sihanouk sekali lagi berubah sikap. Pangeran ini pernah
begitu getol menyatakan ia akan memimpin langsung front
persatuan melawan Vietnam. Dalam front itu, katanya pekanlalu,
"saya hanya akan ikut sebagai anggota saja." Setelah bertemu
dengan pejabat RRC di Beijing Sihanouk rupanya kecewa.
Semula RRC diharapkannya akan memberikan bantuan militer bagi
pembentukan pasukannya di Kampuchea. Sihanouk merundingkan hal
itu dengan Menlu Huang Hua di Beijing pekan lalu. Di situ
ternyata harapan Sihanouk buyar. RRC hanya berjanji akan
memberikan bantuan berupa senjata ringan dan obat-obatan. Dan
ini pun dengan syarat: bila Sihanouk mampu mengerahkan lebih
dari 100 ribu orang yang siap dipersenjatai.
Memang akan sulit buat Sihanouk mengerahkan orang sebanyak itu.
Meskipun selama ini ia mengaku mempunyai pasukan berkekuatan 100
ribu orang, banyak pihak tak percaya. Buktinya, ketika Sihanouk
meminta bantuan AS dan RRC untuk mempersenjatai pasukannya tahun
lalu, kedua negara itu menolak. Bahkan Presiden Jimmy Carter
waktu itu mengatakan pada Sihanouk, "lebih baik anda lupakan
saja perjuangan politik."
Setelah pertemuannya dengan Carter, Sihanouk memang mengumumkan
bahwa ia tak mau lagi terlibat dalam urusan politik. "Saya ingin
hidup tenang," ujarnya. Namun karena desakan RRC, Sihanouk
mencoba tampil lagi. Dan suatu pertemuan Sihanouk dan Khieu
Samphan, PM Demokratik Kampuchea, berlangsung di Pyongyang Maret
lalu. Keduanya semula berjanji akan berjumpa lagi dalam Mei. Ia
jelas telah didorong memimpin perjuangan melawan Vietnam.
Meskipun pendapatnya berbeda dengan Khieu Samphan dalam gagasan
pembentukan front persatuan, Sihanouk masih tetap percaya itu
bisa diselesaikan dengan bantuan RRC. Maka ia berkunjung ke
Beijing mempersiapkan pembicaraan kedua. Menurut Sihanouk,
pertemuan kedua itu juga akan dihadiri oleh Son Sann, bekas
perdana menteri di masa Sihanouk masih kepala negara. Son Sann
sekarang memimpin pasukan gerilya melawan rezim Heng Samrin.
Pertemuan pertama itu gagal karena Sihanouk mengajukan syarat
agar Khmer Merah -- yang dipimpin Khieu Samphan -- meletakkan
senjata bila pasukan Vietnam mundur dari Kampuchea. Keinginan
Sihanouk ini kontan ditolak Khmer Merah. Selama ini sekitar 30
ribu anggota pasukan Khmer Merah berada di dekat perbatasan
Muangthai.
Nasib pertemuan kedua masih sulit diduga. Soalnya Cina tidak
menghendaki pertemuan itu diselenggarakan di Beijing. Menlu
Huang Hua sudah mendesak Sihanouk agar pertemuan itu
diselenggarakan di salah satu negara ASEAN. Ia rupanya khawatir
kalau Vietnam menuduh Cina secara terang-terangan mendalangi
pembentukan front persatuan itu. Sebaliknya, Cina masih
menginginkan peran utama berada di tangan Khmer Merah.
ASEAN belum melihat front anti-Vietnam versi Cina itu suatu cara
terbaik menyelesaikan konflik Kampuchea. Hanya ASEAN
menganjurkan diadakannya konperensi iternasional mengenai
Kampuchea dengan sponsor PBB. Tapi karena Sihanouk sering
berubah sikap, gagasan konperensi itu semakin terkatung-katung.
Awal Maret lalu, misalnya, Sihanouk jelas mengatakan bahwa ia
lebih suka mencari jalan kompromi dengan Vietnam ketimbang
berkoalisi dengan Khmer Merah.
Ia rupanya menyangsikan kejujuran Khmer Merah. Dalam wawancara
Far Eastern Economic Review, Maret lalu, Sihanouk mengatakan,
"saya tidak punya rencana bersatu dengan Khmer Merah. Saya ingin
berada di tengah." Bahkan, katanya lagi, bersatu dengan Khmer
Merah itu tidak realistis, sedang meneruskan perang melawan
Vietnam suatu kegilaan.
Mengandalkan Sihanouk mungkin tidak realistis juga. Sementara
penderitaan rakyat Kampuchea makin berat. Sumber Unicef di Phnom
Penh menjelaskan bahwa lembaga bantuan PBB itu akan mengakhiri
operasinya di Kampuchea akhir tahun ini. Sedang Palang Merah
Internasional akan menarik diri pertengahan tahun ini. Bila itu
terjadi, Kampuchea makin bergantung pada bantuan Soviet.
"Sekarang kami mulai memikirkan bantuan jangka panjang untuk
Kampuchea, terutama bila badan internasional meninggalkan negara
ini," kata Vladmir M. Golovkine, juru bicara Kedubes Soviet di
Phnom Penh. Selama 2 tahun terakhir ini Uni Soviet membantu
sebesar US$ 250 juta.
Sementara itu bantuan senjata Soviet juga semakin deras mengalir
-- sebagian melalui Pelabuhan Kompong Som dan sebagian lewat
Vietnam ke Siem Reap di barat-laut Kampuchea. Dan sejumlah
personil militer Kampuchea sudah dikirim ke Uni Soviet untuk
mengikuti latihan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini