Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sihanouk kecewa

Norodom sihanouk berubah sikap. ia kecewa karena cina tidak memberikan bantuan militer bagi pembentukan pasukannya di kampuchea. cina hanya membantu obat-obatan dan senjata ringan.(ln)

2 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NORODOM Sihanouk sekali lagi berubah sikap. Pangeran ini pernah begitu getol menyatakan ia akan memimpin langsung front persatuan melawan Vietnam. Dalam front itu, katanya pekanlalu, "saya hanya akan ikut sebagai anggota saja." Setelah bertemu dengan pejabat RRC di Beijing Sihanouk rupanya kecewa. Semula RRC diharapkannya akan memberikan bantuan militer bagi pembentukan pasukannya di Kampuchea. Sihanouk merundingkan hal itu dengan Menlu Huang Hua di Beijing pekan lalu. Di situ ternyata harapan Sihanouk buyar. RRC hanya berjanji akan memberikan bantuan berupa senjata ringan dan obat-obatan. Dan ini pun dengan syarat: bila Sihanouk mampu mengerahkan lebih dari 100 ribu orang yang siap dipersenjatai. Memang akan sulit buat Sihanouk mengerahkan orang sebanyak itu. Meskipun selama ini ia mengaku mempunyai pasukan berkekuatan 100 ribu orang, banyak pihak tak percaya. Buktinya, ketika Sihanouk meminta bantuan AS dan RRC untuk mempersenjatai pasukannya tahun lalu, kedua negara itu menolak. Bahkan Presiden Jimmy Carter waktu itu mengatakan pada Sihanouk, "lebih baik anda lupakan saja perjuangan politik." Setelah pertemuannya dengan Carter, Sihanouk memang mengumumkan bahwa ia tak mau lagi terlibat dalam urusan politik. "Saya ingin hidup tenang," ujarnya. Namun karena desakan RRC, Sihanouk mencoba tampil lagi. Dan suatu pertemuan Sihanouk dan Khieu Samphan, PM Demokratik Kampuchea, berlangsung di Pyongyang Maret lalu. Keduanya semula berjanji akan berjumpa lagi dalam Mei. Ia jelas telah didorong memimpin perjuangan melawan Vietnam. Meskipun pendapatnya berbeda dengan Khieu Samphan dalam gagasan pembentukan front persatuan, Sihanouk masih tetap percaya itu bisa diselesaikan dengan bantuan RRC. Maka ia berkunjung ke Beijing mempersiapkan pembicaraan kedua. Menurut Sihanouk, pertemuan kedua itu juga akan dihadiri oleh Son Sann, bekas perdana menteri di masa Sihanouk masih kepala negara. Son Sann sekarang memimpin pasukan gerilya melawan rezim Heng Samrin. Pertemuan pertama itu gagal karena Sihanouk mengajukan syarat agar Khmer Merah -- yang dipimpin Khieu Samphan -- meletakkan senjata bila pasukan Vietnam mundur dari Kampuchea. Keinginan Sihanouk ini kontan ditolak Khmer Merah. Selama ini sekitar 30 ribu anggota pasukan Khmer Merah berada di dekat perbatasan Muangthai. Nasib pertemuan kedua masih sulit diduga. Soalnya Cina tidak menghendaki pertemuan itu diselenggarakan di Beijing. Menlu Huang Hua sudah mendesak Sihanouk agar pertemuan itu diselenggarakan di salah satu negara ASEAN. Ia rupanya khawatir kalau Vietnam menuduh Cina secara terang-terangan mendalangi pembentukan front persatuan itu. Sebaliknya, Cina masih menginginkan peran utama berada di tangan Khmer Merah. ASEAN belum melihat front anti-Vietnam versi Cina itu suatu cara terbaik menyelesaikan konflik Kampuchea. Hanya ASEAN menganjurkan diadakannya konperensi iternasional mengenai Kampuchea dengan sponsor PBB. Tapi karena Sihanouk sering berubah sikap, gagasan konperensi itu semakin terkatung-katung. Awal Maret lalu, misalnya, Sihanouk jelas mengatakan bahwa ia lebih suka mencari jalan kompromi dengan Vietnam ketimbang berkoalisi dengan Khmer Merah. Ia rupanya menyangsikan kejujuran Khmer Merah. Dalam wawancara Far Eastern Economic Review, Maret lalu, Sihanouk mengatakan, "saya tidak punya rencana bersatu dengan Khmer Merah. Saya ingin berada di tengah." Bahkan, katanya lagi, bersatu dengan Khmer Merah itu tidak realistis, sedang meneruskan perang melawan Vietnam suatu kegilaan. Mengandalkan Sihanouk mungkin tidak realistis juga. Sementara penderitaan rakyat Kampuchea makin berat. Sumber Unicef di Phnom Penh menjelaskan bahwa lembaga bantuan PBB itu akan mengakhiri operasinya di Kampuchea akhir tahun ini. Sedang Palang Merah Internasional akan menarik diri pertengahan tahun ini. Bila itu terjadi, Kampuchea makin bergantung pada bantuan Soviet. "Sekarang kami mulai memikirkan bantuan jangka panjang untuk Kampuchea, terutama bila badan internasional meninggalkan negara ini," kata Vladmir M. Golovkine, juru bicara Kedubes Soviet di Phnom Penh. Selama 2 tahun terakhir ini Uni Soviet membantu sebesar US$ 250 juta. Sementara itu bantuan senjata Soviet juga semakin deras mengalir -- sebagian melalui Pelabuhan Kompong Som dan sebagian lewat Vietnam ke Siem Reap di barat-laut Kampuchea. Dan sejumlah personil militer Kampuchea sudah dikirim ke Uni Soviet untuk mengikuti latihan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus