Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

10 mei: giscard lawan mitterrand

Dalam pemilu tahap i presiden vg. d'estaing berhasil mengungguli lawannya. tahap kedua akan menentukan siapa presiden baru prancis. merupakan penentu bagi giscard dan mitterrand. (ln)

2 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMILIHAN presiden Prancis tahap pertama berlangsung' dalam suasana agak tenang. Sekalipun terjadi badai salju dan hujan di mana-mana, rakyat masih berbondong-bondong ke kotak suara. Dan pemilu hari Minggu itu memang agak lain dari yang sebelumnya. Menjelang masa pemilu 1974 orang bersibuk membeli emas, Mereka rupanya khawatir kalau nilai mata uang franc melorot. Suasana panik dulu terasa. Melalui iklan, kalangan pengusaha besar memperingatkan para pemilih dengan berbagai slogan. "Akan terjadi bencana ekonomi bila sayap kiri menang." Sekarang tak begitu lagi. Bahkan kelompok sayap kiri kelihatan lebih santai menghadapi pemilu kali ini (26 April). Demonstrasi ataupun mogok, yang biasanya digerakkan kelompok serikat buruh, hampir tak ada. Mungkin karena itu pula berbagai dugaan tentang siapa yang akan muncul sebagai pemenang dalam pemilu tahap pertama ini tak meleset. Presiden Valery Giscard d'Estaing yang juga mencalonkan diri berhasil meraih suara sebanyak 28,85%. Sedang lawannya, Ketua Partai Sosialis, Francois Mitterrand, mendapat suara 26,24%. Calon lainnya, Jacques Chirac? yang pernah menjadi perdana menteri dan sekarang walikota Paris, mendapat suara 17,6%. Georges Marchais dari Partai Komunis, hanya mendapat 15,13%. Kemenangan Giscard d'Estaing dan Mitterrand ini akan membawa mereka pada pemilihan tahap kedua yang direncanakan 10 Mei. Sesuai dengan konstitusi 1958 yang disempurnakan lewat referendum 1962, presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam 2 tahap pemilihan untuk masa jabatan selama 7 tahun. Sejak Republik I berdiri (1792) sampai berakhirnya Republik IV (1958), pemilihan secara langsung ini pertama kali dilakukan tahun 1965. Waktu itu Charles Gaulle berhasil mengalahkan Francois Mitterrand. Ia hanya berkuasa selama 4 tahun. Tahun 1969, Jenderal de Gaulle mengundurkan diri karena kekalahannya dalam referendum mengenai reformasi di Senat. Penggantinya, Alain Poher yang berhasil rnengumpulkan suara 57,6% pada pemilihan tahap kedua, meninggal dunia secara mendadak April 1974. Dan ia digantikan oleh Giscard d'Estaing yang berhasil mengalahkan Mitterrand dengan kemenangan tipis, yaitu 50,18%. Setelah kemenangannya itu Giscard menunjuk Jacques Chirad sebagai perdana menteri. Upah Brezhnev Soalnya kemenangan Giscard dulu berkat dukungan penuh tokoh neo-Gaullis, Chirac yang juga menjadi calon dalam pemilihan minggu lalu. Namun masa bulan madu mereka tak berlangsung lama. Chirac mengundurkan diri tahun 1976. Sejak itu Giscard banyak dikritik sebagai 'presiden yang bergaya bagai raja'. Tapi kritik terhadap gaya kepemimpinan yang mirip raja itu sudah muncul sejak zaman de Gaulle. Soalnya konstitusi yang dirancang de Gaulle ini memberikan kekuasaan penuh pada presiden. Dan di situ dinyatakan, presiden hanva bertanggung jawab kepada rakyat. Ia berhak mengangkat dan memberhentikan perdana menteri, serta bisa membubarkan parlemen. Kekuasaan parlemen dalam sistem semi presidensial ini memang sangat terbatas. Mungkin karena merasa kekuasaan, nya sungguh besar Giscard sempat membuat heboh dalam kampanye Maret lalu. Mitterrand pada mulanya mengatakan, "sambutan baik koran Pravda terhadap politik luar negeri Giscard merupakan upah' dari pertemuan Giscard-Brezhnev di Warsawa, mengenai Afghanistan." Mendengar kata 'upah', Giscard berang dan menilai pernyataan Mitterrand itu sebagai 'penghinaan' bagi Prancis. Kemudian Mitterrand -- yang oleh Giseard diejek sebagai 'juara dunia dalam pencalonan presiden'-- dibela oleh Chirac. "Di negara demokrasi setiap orang berhak berbeda pendapat. Bila politik luar negeri seorang presiden dikritik, janganlah dianggap sebagai penghinaan terhadap Prancis. Giscard itu kan bukan Prancis," kata walikota Paris itu. Memang selama kampanye berlangsung Chirac serhingga mengecam Giscard. Ia bersama Mitterrand menganggap politik luar negeri Giseard tidak konsisten, tidak jelas dan tidak tegas, sehingga gampang diperalat AS dan Uni Soviet. Menghadapi kecaman Chirac, Giscard memerintahkan kepada pendukungnya agar tidak membalas. Ia rupanya khawatir kalau dalam pemilihan tahap kedua, suara pendukung Chirac lari ke Mitterrand. Dan lebih dari itu ia juga tidak menginginkan pecahnya kelompok sayap kanan. Bagaimanapun bila terpilih, ia membutuhkan kerjasama kelompok neo-Gaullis. Apalagi ia sudah berjanji tidak akan membubakan parlemen. "Sasaran kita nomor satu adalah bekerja pada keesokan harinya setelah pemilu," sebuah motto yang terpampang di markas kampanye pendukung Giscard. Yang jelas Giscard sekali lagi harus menghadapi lawan yang sama yaitu Mitterrand. Banyak pengamat menduga Giscard mungkin sekali meminta bantuan Chirac, seperti yang dilakukannya ketika menghadapi Mitterrand tahun 1974. Namun ada dugaan kali ini sulit buat Chirac mendukung Giscard. Sementara itu Partai Komunis belum tentu akan mendukung Mitterrand. Dan pemilu tahap kedua ini merupakan penentu bagi Giscard dan Mitterrand. Mitterrand sudah berjanji ia akan mengundurkan diri dari kegiatan politik jika kalah dalam pemilu tahap kedua. Soalnya kali ini ia ketiga kalinya mencalonkan diri sebagai presiden.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus