PEMILIHAN presiden Prancis tahap pertama berlangsung' dalam
suasana agak tenang. Sekalipun terjadi badai salju dan hujan di
mana-mana, rakyat masih berbondong-bondong ke kotak suara. Dan
pemilu hari Minggu itu memang agak lain dari yang sebelumnya.
Menjelang masa pemilu 1974 orang bersibuk membeli emas, Mereka
rupanya khawatir kalau nilai mata uang franc melorot. Suasana
panik dulu terasa. Melalui iklan, kalangan pengusaha besar
memperingatkan para pemilih dengan berbagai slogan. "Akan
terjadi bencana ekonomi bila sayap kiri menang." Sekarang tak
begitu lagi. Bahkan kelompok sayap kiri kelihatan lebih santai
menghadapi pemilu kali ini (26 April). Demonstrasi ataupun
mogok, yang biasanya digerakkan kelompok serikat buruh, hampir
tak ada.
Mungkin karena itu pula berbagai dugaan tentang siapa yang akan
muncul sebagai pemenang dalam pemilu tahap pertama ini tak
meleset. Presiden Valery Giscard d'Estaing yang juga mencalonkan
diri berhasil meraih suara sebanyak 28,85%. Sedang lawannya,
Ketua Partai Sosialis, Francois Mitterrand, mendapat suara
26,24%. Calon lainnya, Jacques Chirac? yang pernah menjadi
perdana menteri dan sekarang walikota Paris, mendapat suara
17,6%. Georges Marchais dari Partai Komunis, hanya mendapat
15,13%.
Kemenangan Giscard d'Estaing dan Mitterrand ini akan membawa
mereka pada pemilihan tahap kedua yang direncanakan 10 Mei.
Sesuai dengan konstitusi 1958 yang disempurnakan lewat
referendum 1962, presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam 2
tahap pemilihan untuk masa jabatan selama 7 tahun. Sejak
Republik I berdiri (1792) sampai berakhirnya Republik IV (1958),
pemilihan secara langsung ini pertama kali dilakukan tahun 1965.
Waktu itu Charles Gaulle berhasil mengalahkan Francois
Mitterrand.
Ia hanya berkuasa selama 4 tahun. Tahun 1969, Jenderal de Gaulle
mengundurkan diri karena kekalahannya dalam referendum mengenai
reformasi di Senat. Penggantinya, Alain Poher yang berhasil
rnengumpulkan suara 57,6% pada pemilihan tahap kedua, meninggal
dunia secara mendadak April 1974. Dan ia digantikan oleh Giscard
d'Estaing yang berhasil mengalahkan Mitterrand dengan kemenangan
tipis, yaitu 50,18%. Setelah kemenangannya itu Giscard menunjuk
Jacques Chirad sebagai perdana menteri.
Upah Brezhnev
Soalnya kemenangan Giscard dulu berkat dukungan penuh tokoh
neo-Gaullis, Chirac yang juga menjadi calon dalam pemilihan
minggu lalu. Namun masa bulan madu mereka tak berlangsung lama.
Chirac mengundurkan diri tahun 1976. Sejak itu Giscard banyak
dikritik sebagai 'presiden yang bergaya bagai raja'.
Tapi kritik terhadap gaya kepemimpinan yang mirip raja itu sudah
muncul sejak zaman de Gaulle. Soalnya konstitusi yang dirancang
de Gaulle ini memberikan kekuasaan penuh pada presiden. Dan di
situ dinyatakan, presiden hanva bertanggung jawab kepada rakyat.
Ia berhak mengangkat dan memberhentikan perdana menteri, serta
bisa membubarkan parlemen. Kekuasaan parlemen dalam sistem semi
presidensial ini memang sangat terbatas.
Mungkin karena merasa kekuasaan, nya sungguh besar Giscard
sempat membuat heboh dalam kampanye Maret lalu. Mitterrand pada
mulanya mengatakan, "sambutan baik koran Pravda terhadap politik
luar negeri Giscard merupakan upah' dari pertemuan
Giscard-Brezhnev di Warsawa, mengenai Afghanistan."
Mendengar kata 'upah', Giscard berang dan menilai pernyataan
Mitterrand itu sebagai 'penghinaan' bagi Prancis.
Kemudian Mitterrand -- yang oleh Giseard diejek sebagai 'juara
dunia dalam pencalonan presiden'-- dibela oleh Chirac. "Di
negara demokrasi setiap orang berhak berbeda pendapat. Bila
politik luar negeri seorang presiden dikritik, janganlah
dianggap sebagai penghinaan terhadap Prancis. Giscard itu kan
bukan Prancis," kata walikota Paris itu.
Memang selama kampanye berlangsung Chirac serhingga mengecam
Giscard. Ia bersama Mitterrand menganggap politik luar negeri
Giseard tidak konsisten, tidak jelas dan tidak tegas, sehingga
gampang diperalat AS dan Uni Soviet.
Menghadapi kecaman Chirac, Giscard memerintahkan kepada
pendukungnya agar tidak membalas. Ia rupanya khawatir kalau
dalam pemilihan tahap kedua, suara pendukung Chirac lari ke
Mitterrand. Dan lebih dari itu ia juga tidak menginginkan
pecahnya kelompok sayap kanan. Bagaimanapun bila terpilih, ia
membutuhkan kerjasama kelompok neo-Gaullis. Apalagi ia sudah
berjanji tidak akan membubakan parlemen. "Sasaran kita nomor
satu adalah bekerja pada keesokan harinya setelah pemilu,"
sebuah motto yang terpampang di markas kampanye pendukung
Giscard.
Yang jelas Giscard sekali lagi harus menghadapi lawan yang sama
yaitu Mitterrand. Banyak pengamat menduga Giscard mungkin sekali
meminta bantuan Chirac, seperti yang dilakukannya ketika
menghadapi Mitterrand tahun 1974. Namun ada dugaan kali ini
sulit buat Chirac mendukung Giscard. Sementara itu Partai
Komunis belum tentu akan mendukung Mitterrand. Dan pemilu tahap
kedua ini merupakan penentu bagi Giscard dan Mitterrand.
Mitterrand sudah berjanji ia akan mengundurkan diri dari
kegiatan politik jika kalah dalam pemilu tahap kedua. Soalnya
kali ini ia ketiga kalinya mencalonkan diri sebagai presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini