SESUNGGUHNYA, pesawat kongsi Inggeris-Perancis Concorde bukan
pesawat terbang supersonik pertama yang berhasil mengudara di
dunia. Kurang dari sebulan sebelum penerbangan Concorde antara
Paris-Rio de Janeiro yang bersejarah itu, Rusia sudah mendahului
Inggeris & Perancis. Persis mulai hari Natal 25 Desember yang
lalu, pesawat supersonik Rusia Tupolev-144 mulai menerbangi
jarak 3300 Km antara Moskow dan Alma Ata, ibukota Soviet
Kazakhstan yang letaknya 250 Km dari perbatasan Tiongkok. Jarak
sejauh itu dapat ditempuhnya dalam 1 jam 55 menit, yang sangat
cepat dibandingkan dengan pesawat Hyushin 62 -- yang sama dengan
pesawat jet Boeing dan Douglas bikinan Amerika -- yang menempuh
jarak itu dalam 4 jam.
Berlepatan dengan penerbangan perdana itu, pesawat jenis SST
(supersonic transportation) TU-144 itu diserahkan pada maskapai
penerbangan nasional Rusia, Aeroflot. Tugasnya khusus untuk
menghubungkan ibukota Uni Soviet dengan ibukota negara bagian
soviet) bangsa Kazak itu. Seperti disiarkan kantor berita AP
pertengahan Desember lalu, pada saat ceking terakhir kondisi
pesawat, cuaca dan lapangan terbang Alma Ata, hadir pula
penerbang Acrotlot V.P. Voronin, teknikus TU-144 yang juga orang
pertama yang menerbangkan pesawat supersonik itu.
Berakhir Fatal
Memang, kalau dilihat dari potongannya menyolok sekali miripnya
TU-144 dengan pesawat Concorde hasil joint-venture pemerintah
Inggeris & Peancis. Kemiripan itu telah membuat orang
bertanya-tanya ketika pesawat bikinan Rusia itu dipertontonkan
dalam pameran aerodynzmics di Paris beberapa tahun
berselang. Waktu itu pesawat TU-144 itu tidak hanya
dipertontonkan secara statis, tapi juga diterbangkan di atas
lapangan terbang d'Orly. Dan jatuh. Seorang petani Perancis
dekat lapangan terbang, mati keserempet pesawat. Kecelakaan itu
memang merupakan malapetaka bagi Rusia yang sudah membuang uang
jutaan rubel untuk merebut gelar sebagai negara pertama yang
berhasil menerbangkan pesawat penumpang yang kecepatannya
melebihi kecepatan suara. Namun sekaligus merupakan berkat bagi
Rusia, karena mereka dapat mengadakan perbaikan-perbaikan lagi
sebelum menerbangkannya untuk umum, di bawah lambang Aeroflot.
Kebetulan saat itu belum tercapai kesepakatan antara Inggeris &
Perancis untuk pembuatan pesawat Concorde -- yang saat itu baru
taraf rencana. Kendati demikian, pameran udara yang berakhir
fatal itu tetap tidak menutupi kecurigaan orang Barat bahwa
TU-144 buatan Rusia itu hanyalah jiplakan dari Concorde. Hasil
spionase industri yang lihai didikan Kremlin. Tapi beruntunglah
Inggeris & Perancis, dengan penerbangan pesawat TU-144 itu di
dalam negeri Rusia saja -- yang wilayahnya terentang antara dua
benua -- pamor dunia tetap hinggap pada Concorde. Sementara
Rusia masih menunggu bagaimana penerimaan dunia terhadap pesawat
penumpang supersonik, sebelum Aeroflot dapat menerbangkan
TU-144-nya dalam lin-lin internasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini