Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Suaka akhir lon nol

Lon nol, bekas presiden republik rakyat kamboja, meninggal dunia dalam pengasingannya di california pada usia 71 th. ketika lon nol meninggalkan kamboja, rakyat sudah tak bersimpati. (ln)

23 November 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH 10 tahun hidup di pengasingan, Ahad lalu, bekas Presiden Republik Rakyat Kamboja, Lon Nol, 71, dijemput maut di Rumah Sakit St. Jude, Fullerton, California Selatan. Tragisnya: jasad bekas orang Nomor I ini hanya diratapi seorang istri dan delapan anak. Penyebab kematian Lon Nol, yang sejak 1971 menderita kelumpuhan separuh badan, diduga pengapuran pada pembuluh darah. Ia, di hari tuanya, memang seperti dilupakan orang kendati sebelumnya tokoh yang dielu-elukan massa. Merintis karier di pemerintahan sebagai gubernur pada zaman kolonial Prancis, setelah Perang Dunia II, ia ikut memerangi gerilyawan komunis Vietnam, dan mendukung Pangeran Norodom Sihanouk. Tak heran kalau Lon Nol sejak 1955 selalu menduduki jabatan penting: Kepala Staf Angkatan Bersenjata Kerajaan, Menteri Pertahanan, dan terakhir sebagai Perdana Menteri Kerajaan Khmer. Tahun 1970, tragedi mulai menggerogoti Kamboja. Pelabuhan Sihanoukville di wilayah Kerajaan Kamboja, yang waktu itu netral, dipakai sebagai jalan untuk menyuplai perbekalan tentara Vietnam Utara melawan Vietnam Selatan. Melihat hal itu dibiarkan Sihanouk, AS, yang mendukung Vietnam Selatan, marah besar. Maka, sewaktu Lon Nol mengambil alih kekuasaan pada saat Sihanouk berkunjung ke Moskow, Presiden AS Richard Nixon pun menyetujuinya. Dua tahun kemudian, Kamboja, dari negeri nonblok, telah menjadi antek AS. Tak kurang dari 150.000 rakyat Kamboja, dengan bantuan persenjataan dari AS, ikut menyokong Vietnam Selatan dalam Perang Vietnam. Karena jasa Lon Nol itu, AS tidak segan-segan memberikan bantuan kepada Kamboja, yang jumlahnya berkisar US$ 5 juta per minggu. Namun, ketika Kongres AS menolak memperpanjang mandat bagi pasukan di Vietnam Selatan, pada 1973, orangpun mulai meramalkan kejatuhan rezim Lon Nol. Soalnya, di dalam tubuh pasukan Khmer yang dipimpin langsung oleh Lon Nol, kebejatan moral merajalela. Korupsi melanda para komandan pasukan. Tak aneh, sebuah batalyon di sekitar lapangan terbang Pocentong, dua pekan sebelum kejatuhan Lon Nol, tiba-tiba berhenti bertempur sebagai tanda protes, karena sudah dua bulan tidak menerima gaji. Juga, sudah bukan rahasia lagi di Phnom Penh bahwa Lon Nol bukan seorang pemimpin yang tangguh. Setiap keputusan yang dikeluarkannya bukan hasil pemikiran para stafnya, melainkan "bantuan kebijaksanaan" misi Amerika di Phnom Penh melalui Dubes John Gunther Dean, diplomat kawakan dan ahli Indocina itu. Dan itu pula sebabnya rakyat tak bersimpati pada Lon Nol. Ketika pasukan Khmer Merah melesat maju, Lon Nol tak menemukan jalan lain, kecuali mengundurkan diri, dari kedudukan yang dipegangnya selama lima tahun itu. Ia, sebelum angkat kaki, mengangkat Jenderal Sutsakhan menggantikan Jenderal Sosthene Fernandes sebagai Panglima Tentara Khmer. Setelah itu, baru sebuah jet caravelle milik Air Cambodge berangkat dari lapangan terbang Pocentong, 2 April 1975, membawa Lon Nol dan keluarga serta sejumlah pembesar meninggalkan Kamboja. "Kepergian saya adalah untuk menjajaki suatu kemungkinan damai. Saya akan kembali jika rakyat Khmer memerlukan saya," katanya. Tapi rakyat berharap ia tak kembali. Ia kemudian memilih tinggal di Waiamae, kota kecil di pinggir metropolitan Honolulu, dan mendiami sebuah rumah sederhana terbuat dari papan. "Kerja saya cuma tinggal di rumah, menerima telepon dari kawan-kawan dekat, dan simpatisan yang tersebar di seluruh dunia," kata Lon Nol ketika baru beberapa minggu di pengasingan. Setelah itu, teleponnya makin jarang berdering, lebih-lebih setelah Lon Nol dan keluarganya pindah ke California, awal 1980-an, sampai ia mengembuskan napas terakhir di ruang gawat darurat RS St. Jude. Didi Prambadi Laporan kantor kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus