Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Bashar al-Assad telah membawa Suriah ke jurang kehancuran. Perekonomian negara ini berantakan. Bank Dunia menempatkan produk domestik bruto (PDB) Suriah di peringkat 129 dari 196 negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perdana Menteri sementara Suriah, Mohammed al-Bashir, mengatakan bahwa ia bermaksud melindungi semua warga negara dan menyediakan layanan-layanan dasar. Namun, pembangunan kembali akan sulit dilakukan karena negara ini kekurangan mata uang asing, Reuters melaporkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Di dalam pundi-pundi hanya ada pound Suriah yang nilainya tidak seberapa. Satu dolar AS dapat membeli 35.000 koin kami," ujar al-Bashir kepada surat kabar Italia, Il Corriere della Sera.
"Kami tidak memiliki mata uang asing dan untuk pinjaman dan obligasi kami masih mengumpulkan data. Jadi ya, secara finansial kami sangat buruk," kata Bashir, yang menjalankan pemerintahan yang dipimpin pemberontak di sebuah kantong di barat laut Suriah sebelum serangan kilat melanda Damaskus dan menggulingkan Assad.
Cadangan Emas
Sumber-sumber mengatakan negara ini hanya memiliki sedikit cadangan mata uang asing dalam bentuk tunai.
Namun sumber-sumber yang sama mengatakan brankas bank sentral Suriah masih menyimpan hampir 26 ton emas. Jumlah ini sama dengan yang dimilikinya pada awal perang saudara berdarah di tahun 2011, bahkan setelah kejatuhan rezim lalim Assad yang kacau balau, empat orang yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada Reuters.
Cadangan emas Suriah mencapai 25,8 ton pada Juni 2011, menurut World Gold Council, yang mengutip Bank Sentral Suriah sebagai sumber datanya. Jumlah tersebut bernilai $2,2 miliar pada harga pasar saat ini, menurut perhitungan Reuters.
Pemerintah baru Suriah, yang dipimpin oleh para mantan pemberontak, masih mengambil alih aset-aset negara setelah Assad melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember. Para penjarah sempat mengakses beberapa bagian dari bank sentral, mengambil beberapa mata uang Suriah, tetapi tidak membobol brankas utama, Reuters melaporkan.
Beberapa dari apa yang dicuri kemudian dikembalikan oleh penguasa baru Suriah, kata para pejabat Suriah kepada Reuters.
Brankas tersebut tahan bom dan membutuhkan tiga kunci, masing-masing dipegang oleh orang yang berbeda, dan sebuah kode kombinasi untuk membukanya, kata salah satu sumber.
Brankas tersebut diperiksa oleh anggota pemerintahan baru Suriah pekan lalu, kata dua sumber, beberapa hari setelah para pemberontak menguasai ibu kota Suriah, Damaskus, dalam sebuah serangan kilat yang mengakhiri lebih dari 50 tahun kekuasaan keluarga Assad.
Reuters tidak dapat mengakses brankas bank sentral.
Cadangan devisa menurun
Namun, jumlah cadangan devisa bank sentral hanya sekitar $200 juta dalam bentuk tunai, kata salah satu sumber kepada Reuters, sementara sumber lain mengatakan cadangan dolar AS "dalam ratusan juta".
Meskipun tidak semua cadangan disimpan dalam bentuk tunai, penurunannya cukup besar dibandingkan dengan sebelum perang. Pada akhir 2011, bank sentral Suriah melaporkan cadangan devisa sebesar $14 miliar, menurut Dana Moneter Internasional (IMF). Pada 2010, IMF memperkirakan cadangan devisa Suriah mencapai $18,5 miliar.
Cadangan dolar hampir habis karena rezim semakin sering menggunakannya untuk mendanai makanan, bahan bakar, dan upaya perang Assad, kata para pejabat Suriah saat ini dan mantan pejabat Suriah kepada Reuters.
Perwakilan media untuk pemerintahan baru Suriah yang berkuasa dan Bank Sentral Suriah tidak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar mengenai ukuran cadangan bank sentral.
Suriah berhenti berbagi informasi keuangan dengan IMF, Bank Dunia dan organisasi-organisasi internasional lainnya segera setelah rezim Assad menumpas protes-protes pro-demokrasi di tahun 2011 dalam sebuah penumpasan yang berujung pada perang saudara.
Kembali Bekerja
Kantor pusat bank sentral, sebuah bangunan putih yang luas di pusat kota Damaskus, dibuka kembali pada hari Minggu, hari pertama hari kerja di Suriah.
Kantor tersebut dipenuhi oleh para karyawan dan juga orang-orang yang ingin menukarkan uang dolar, sementara yang lainnya membawa karung-karung penuh berisi mata uang pound Suriah.
Selain cadangan dolar AS yang sedikit, bank sentral Suriah saat ini dapat mengandalkan beberapa ratus juta dolar dalam bentuk pound Suriah dalam cadangannya, kata salah satu sumber.
Arus masuk mata uang asing baru berkurang karena Suriah kehilangan sumber utama pendapatan luar negerinya, minyak mentah, ketika para pejuang Kurdi dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya merebut ladang-ladang minyak di bagian timur negara itu selama perang.
Suriah juga telah menjadi target sanksi Barat yang ketat dan Amerika Serikat telah memberikan sanksi kepada bank sentralnya dan memasukkan beberapa gubernurnya ke dalam daftar hitam.
Namun sumber-sumber yang mengetahui situasi ini mengatakan kepada Reuters bahwa emas tidak pernah dilikuidasi untuk menjaga agar ada jaminan yang cukup untuk mata uang pound Suriah yang beredar di pasar.
Mata uang lokal Suriah telah terdepresiasi dari sekitar 50 pound per dolar sebelum perang menjadi sekitar 12.500 pada Senin.
Pemerintahan baru Suriah menuntut pencabutan sanksi-sanksi internasional untuk merevitalisasi ekonomi, membangun kembali negara tersebut dari perang bertahun-tahun dan mendorong jutaan pengungsi Suriah untuk kembali.
Namun, para pejabat AS dan Eropa mengatakan bahwa mereka harus menunggu dan melihat pemerintahan seperti apa yang akan dijalankan oleh para penguasa Islamis yang baru di negara ini.
Pilihan Editor: Bashar al Assad Dilaporkan Kirim Uang Tunai Rp4 Triliun ke Rusia