Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MARWAN Abu Ras, seorang pejabat Hamas, baru saja menawarkan makan siang kepada tamunya, seorang tua buta dengan jenggot putih menjuntai, ketika raungan itu menderu di udara. Sebuah pesawat tempur melintas di atas atap rumahnya di Kota Gaza, pada Sabtu, 6 September lalu. Buru-buru lelaki tua itu, Syekh Ahmed Yassin, didorong keluar rumah dengan kursi rodanya. Tak lama, satu rudal menghajar rumah. Ledakan menggelegar. Rumah itu hancur. Tapi Syekh Yassin, pemimpin spiritual kelompok Hamas, selamat.
Yassin hanya menderita luka ringan. Dia segera dilarikan ke Rumah Sakit Shifa di Gaza. Ratusan pendukung Hamas segera berdatangan memenuhi halaman rumah sakit sembari berteriak, "Saudaraku Yassin, bom Tel Aviv! Mereka mengancam akan membunuh Perdana Menteri Ariel Sharon sebagai tindakan pembalasan.
Militer Israel membenarkan aksi pembunuhan terhadap Yassin. Tel Aviv mengakui bahwa percobaan pembunuhan itu merupakan bagian dari perang terhadap gerakan radikal Palestina. Dalam pernyataan tertulisnya, militer Israel menyatakan, serangan udara itu digelar karena Syekh Yassin sedang mengadakan pertemuan untuk merancang serangan teroris terhadap rakyat Israel. "Militer Israel akan terus mengobarkan perang tanpa ampun melawan Hamas dan organisasi teroris lainnya," begitu petikan pernyataan tersebut.
Yassin adalah salah seorang pemimpin Hamas yang tercantum dalam daftar buruan militer Israel. Dia menjadi target pembunuhan sejak Hamas rajin mengirim misi bom bunuh diri ke wilayah Israel setelah kematian ahli bom Hamas Yahya Ayyash pada 1995, dibunuh tentara Israel. Setelah pembunuhan Ayyash, sekitar 60 orang anggota Hamas menyerahkan nyawanya dalam aksi bom bunuh diri pada Februari hingga Maret 1996.
Pengaruh Yassin amat kuat terhadap sekitar 10 ribu anggota dan simpatisan Hamas. Pernyataannya memberikan inspirasi pada kaum muda Palestina yang frustrasi melihat ambruknya proses perdamaian dengan Israel. Yassin menjanjikan, pelaku bom bunuh diri akan mati syahid untuk meraih martabat dan kemenangan bangsa Palestina. "Jihad akan terus terlaksana dan operasi berani mati akan berlangsung terus hingga pembebasan Palestina terpenuhi," ujar Yassin. Pendek kata, mati syahid, syahid, dan syahid. Itulah yang selalu dia kobarkan dalam hati dan benak anak-anak muda pendukung Hamas.
Yassin lahir pada 1938, tatkala Palestina berada di bawah mandat Inggris. Dia memperoleh beasiswa untuk kuliah di Universitas Al-Azhar di Kairo, tempat gerakan Ikhwanul Muslimin berpusat. Di Mesir, pandangannya tentang Palestina sebagai negeri Islam mulai terbentuk. Bagi Yassin, tak seorang pun pemimpin Arab yang berhak menyerahkan tanah Palestina kepada pihak lain, walau cuma sejengkal.
Syekh Yassin aktif terlibat dengan cabang Ikhwanul Muslimin Palestina. Tapi namanya baru mencuat setelah gerakan intifadah Palestina meledak pada 1987. Saat itulah gerakan Islam Palestina membentuk Hamas, yang berarti semangat. Dan Yassin didaulat menjadi pemimpin spiritual.
Dua tahun berlalu, Israel menjebloskan Yassin ke penjara seumur hidup atas tuduhan memerintahkan pembunuhan terhadap warga Palestina yang menjadi kolaborator militer Israel. Selama dalam penjara, Yassin menjadi simbol perlawanan terhadap Israel meski popularitasnya masih di bawah Yasser Arafat. Dia dibebaskan pada 1997 hasil barter dengan dua agen Israel yang terlibat upaya pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Yordania.
Meski bercita-cita menjadikan Palestina negara Islam, Yassin berupaya membangun hubungan baik dengan pemerintah Otoritas Palestina yang sekuler. Dia percaya, kepemimpinan Palestina yang terbelah hanya akan merugikan kepentingan Palestina. Tapi untuk soal isu perdamaian dengan Israel ia tak kenal kompromi. "Yang disebut jalan damai itu bukanlah perdamaian. Dan perdamaian tak bisa menggantikan jihad dan perlawanan," katanya berulang kali.
Tak mengherankan bila Yassin menyerang hasil pertemuan tingkat tinggi Aqaba di Yordania antara Perdana Menteri Palestina kala itu, Mahmud Abbas, dan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon serta Presiden AS George Bush.
Kini Syekh Yassin berhadapan langsung dengan kelompok militan Yahudi yang mengharamkan perdamaian dengan Palestina. Hasilnya, darah bergelimang di kedua belah pihak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo