KONGRES Partai Komunis Rusia (PKR) yang berlangsung lima hari, berakhir Sabtu lalu. Ivan K. Polozkov, seorang konservatif berusia 55 tahun, terpilih sebagai sekjen PKR. Tampilnya Polozkov menyebabkan kekecewaan besar di kalangan liberal dan radikal reformis. Ada tanda-tanda kaum radikal dan reformis akan keluar dari partai dan membentuk kelompok sendiri. Polozkov, kakek dua orang cucu yang tegap badannya, bersikap tenang-tenang saja. Ia memulai karier partainya sebagai pe- kerja di peternakan kolektif. Ia mengatakan, programnya adalah menyelamatkan republik dari eksperimen-eksperimen yang dijalankan secara tergesa dan tanpa pertimbangan masak. Ia mengakui pentingnya reformasi, tapi dalam prosesnya Partai Komunis tak boleh dikorbankan. "Saya kira orang yang mengenal saya dengan baik tak akan menganggap saya konservatif," katanya kepada Pravda setelah terpilih. "Dalam segala hal saya selalu terbuka kepada gagasan-gagasan baru. Saya selalu mencari inovasi." Dalam hubungan dengan reformasi, sikapnya terhadap perubahan radikal adalah hati-hati. Ia menyitir sebuah pepatah kuno Rusia: "Ukurlah sampai tujuh kali, dan barulah potong satu kali saja." Mengenai ekonomi pasar ia menyatakan mendukung gagasan itu, tapi perubahan yang terlalu cepat dan drastis malah akan menyebabkan ratusan ribu orang menderita. Ia mengecam kepemimpinan PKUS yang secara tak langsung adalah Gorbachev. "Banyak rakyat Soviet tak percaya bahwa PKUS akan mampu menolong rakyat keluar dari krisis yang sekarang sedang dihadapi. Tapi, saya tak melihat gejala itu di dalam PKUS. Krisis justru timbul di kalangan pimpinan PKUS," katanya lagi. Salah satu isu keras sebelum kongres berjalan adalah mengenai perlunya Republik Rusia memiliki suatu partai komunis tersendiri. Di masa lalu PKR difusikan ke dalam PKUS lantaran Republik Rusia adalah negara bagian terbesar dan juga pemegang kekuasaan yang paling dominan di Uni Soviet. Pada mulanya terjadi perdebatan hebat mengenai perlunya ada PKR. Gorbachev tadinya menentang pembentukannya karena alasan klasik di atas. Tapi mungkin karena tekanan dan tuntutan begitu besar, ia akhirnya menyetujui. Dengan terbentuknya PKR menjelang Kongres PKUS 2 Juli nanti, ada serentetan pertanyaan. Apakah PKUS masih bisa berfungsi, masih perlukah ia tetap ada? Dengan adanya ancaman keluar dari barisan reformis dan liberal, mungkinkah mereka memunculkan sebuah partai alternatif? Jalan mana yang akan dipilih Gorbachev. Di Rusia sendiri sekarang ada Polozkov yang konservatif memegang kendali partai dan Boris Yeltsin yang menduduki jabatan presiden di pihak lain. Keduanya ekstrem. Dikhawatirkan dalam Kongres PKUS nanti, Gorbachev takkan terpilih lagi sebagai sekjen dan yang akan muncul sebagai pemimpin justru seorang konservatif setipe Polozkov atau malah Polozkov sendiri. Sedangkan golongan muda yang gandrung akan perubahan mendasar bisa jadi akan meninggalkan "kapal" partai yang sedang tenggelam. Memang Polozkov mengatakan, ia masih menganggap perlu adanya PKUS dan Gorbachev tetap sebagai sekjen PKUS dan presiden Soviet. Malah ia berjanji akan bekerja bersama dengan Yeltsin untuk Republik Rusia. Tapi sesungguhnya menghadapi 2 Juli, beban yang dihadapi Gorbachev sungguh berat. Mungkin juga akan menentukan hari depan perestroika dan glasnost. ADN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini