TAN Koon Swan tadinya adalah lambang keberhasilan. Dilahirkan di bawah shio Naga, September 1940, anak seorang pedagang kaki lima ini sempat mencatatkan dirinya dalam deretan 10 orang terkaya di Malaysia. Dalam kurun sepuluh tahun, ia berhasil mengangkat diri dari kerani di perusahaan listrik menjadi seorang tapan, yang menguasai sepuluh perusahaan, dan sekaligus merangkap ketua partai. Leluhurnya di Hainan barangkali telah mengalirkan bakat petualang di tubuhnya. Karena itu, Tan, alias Chin Khoon, tak merasa risi menanggalkan segala atribut pegawai negeri ketika ia akan dipindahkan ke daerah. Di tempat kerjanya yang baru, perusahaan minyak asing, Tan pun tak bertahan lama. Kemudian ia pindah ke perusahaan yang mengelola kasino. Tahun 1997, ia menggeliat pindah ke sarang baru. Multi-Purpose Holdings Berhard (MPHB), sumber keuangan bagi MCA, menyediakan jabatan manajer umum baginya. Berkat kegigihannya, perusahaan yang tadinya cuma bermodalkan M$ 40 juta, dan morat-marit, dibenahinya menjadi konglomerat raksasa. Pergumulannya di MCA ternyata tidak cuma untuk urusan bisnis. Berkat jasa Lee San Choon, Ketua MCA, tahun 1978, Tan merebut kursi parlemen dari daerah pemilihan Raub, kantung MCA. Keberhasiln mengelola MPHB agaknya menjadikan Tan mudah mendapatan pendukung -- sambil mengharapkan ia akan menjadi tokoh pembaru. Karena itu, tidak mengherankan jika dalam waktu satu tahun Tan berhasil duduk sebagai anggota komite sentral dan kemudian wakil ketua. Namun, krisis kepemimpinan yang diakibatkan oleh mundurnya Lee San Choon hampir membuyarkan harapannya. Dr. Neo Yee Pan, penjabat ketua umum, sempat memecatnya dari partai. Tindakan tersebut malah menjadikan Tan sebagai tokoh sempalan yang mendapat dukungan massa. Modal itulah yang dipakainya untuk menggusur Dr. Neo. Setelah ia meraih puncak karier politik di partai, ternyata, kelanjutannya tidak seperti yang diharapkan. Ambisi yang tersembunyi di balik penampilannya yang kalem justru menghancurkan dirinya. Memang tidak mudah mencapurkan politik dan bisnis. JRL, Laporan Ekram H. Attamimi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini