PERNYATAAN keras Presiden Jimmy Carter, yang selama ini
dilancarkannya terhadap invasi Soviet di Afghanistan, rupanya
membingungkan rakyat Amerika, negara sekutunya dan bahkan Soviet
sendiri. Apalagi Carter berjanji bahwa setiap tindakan Soviet
yang mengganggu kawasan Teluk Persia akan dibalas oleh AS dengan
cara apapun.
Pers Amerika mulai mempertanyakannya: Apakah benar Soviet akan
mengganggu arus lalu lintas minyak dari Teluk Persia? Soalnya,
mereka mengetahui persis tindakan Soviet itu, jika terjadi, akan
sama artinya memulai suatu perang terbuka.
Mungkin karena sebab yang sama Prancis, negara sekutu AS --
telah menyatakan tidak akan menghadiri pertemuan Bonn minggu
ini. Padahal pertemuan itu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan
sikap negara-negara Barat dalam menghadapi krisis Afghanistan.
Sikap Prancis ini tentu saja menjengkelkan AS. Seorang pejabat
tinggi Deplu AS mengatakan bahwa pemerintah Prancis
membangkitkan kesan yang berlebih-lebihan atas selisih pendapat
negara Barat dalam menghadapi Soviet pada saat yang kritis.
"Yang jelas kami juga bingung melihat cepatnya Prancis mengubah
sikap," kata pejabat itu.
Namun Carter tampaknya semakin serius menghadapi kemungkinan
ancaman terhadap Teluk Persia itu. Dia telah memerintahkan
pengiriman pasukan amfibi untuk ditempatkan di Laut Arab. Dan
1800 orang tentara AS -- terdiri dari pasukan artileri,
infantri, unit anti tank dan pasukan gerak cepat lainnya --
pekan lalu tiba di Pangkalan AL-AS di Teluk Subic, Filipina.
Pasukan yang didatangkan dari Hawai itu, menurut rencana, akan
melakukan suatu demonstrasi kekuatan di Samudra Hindia. Dan
diperkirakan pada pertengahan Maret pasukan amfibi itu akan tiba
di Laut Arab.
Ini tentu saja akan memperkuat kehadiran AS di negara-negara
Teluk Persia. Sebelumnya, AS mendapat izin memakai fasilitas
militer di Oman, Kenya dan Somalia. Begitu pun, seorang pejabat
AS membantah bahwa kehadiran pasukannya -- buat pertarna kali
setelah Perang Dunia II di kawasan itu -- sehubungan dengan
krisis Iran-AS. "Kehadiran pasukan AS ini semata-mata untuk
mempertegas janji Carter terhadap keamanan arus lalu lintas
minyak di Teluk Persia," katanya.
Janji Carter terhadap kawasan ini yang disebutnya sangat vital
bagi kepentingan AS semakin terasa sejak invasi Soviet di
Afghanistan. Bahkan pekan lalu dia menyerukan kepada
negara-negara Islam untuk membentuk pakta pertahanan bersama.
"Agar secara bersama-sama bisa menghadapi ancaman Soviet bila
terjadi invasi ke salah satu negara anggota," kata Carter.
'Tanda bahaya' yang sering dilontarkan Carter ini mungkin
terlalu dibesarbesarkan. Misalnya James Reston, kolumnis New
York Times menulis: "Tak seorang pun yang mempertanyakan
peringatan Carter akan bahaya invasi Soviet di Afghanistan. Tapi
baik pendukungnya maupun mereka yang membantahnya merasa heran.
Apakah peringatannya itu sungguh-sungguh dipercaya, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini