SUATU titik terang bagi pembebasan 49 orang Amerika yang
disandera mahasiswa Teheran mulai terlihat. Terutama setelah
Presiden Abolhassan Bani Sadr mengunjungi Ayatullah Khomeini di
rumahsakit Jumat pekan lalu. Berlangsung selama 20 menit,
demikian kantor berita Pars, kunjungan itu terlama yang pernah
diterima sang Ayatullah semenjak dia masuk rumahsakit. Bani Sadr
sendiri tidak mengemukakan hasil pertemuannya dengan Khomeini.
Tapi seorang pembantunya mengemukakan pada pers bahwa Presiden
Iran itu akan menemui kelompok malhasiswa yang menyandera dalam
minggu ini.
Sebelum itu, Bani Sadr mengemukakan bahwa para sandera itu akan
dibebaskan dalam waktu 48 jam jika Presiden Carter menerima usul
yang sudah mendapat persetujuan Ayatullah Khomeini. Yaitu, AS
harus meminta maaf atas kesalahannya dalam membantu rezim Syah.
Kemudian AS harus mengzinkan orang Iran menangkap Syah,
keluarganya, dan para pendukungnya yang telah melakukan
kejahatan dan perampokan terhadap harta kekayaan rakyat Iran.
Dan AS harus berjanji untuk tidak mencampuri lagi urusan dalam
negeri Iran.
Carter ternyata menolak untuk meminta maaf atas apa yang telah
dilakukan AS selama ini di Iran. Dalam jumpa pers Jumat pekan
lalu, Carter mengatakan bahwa yang bisa dilakukannya sekedar
menyatakan penyesalan atas kesalah-pahaman yang berlangsung
selama ini antara AS dan Teheran. Begitupun dia ingin berusaha
menormalkan kembali hubungan kedua negara itu. Soalnya, kata
Carter, adalah tidak tepat untuk membuat analisa mengenai
sejarah Iran selama 35 tahun dan memisahkannya dengan beberapa
aspek tertentu dari sejarah sebelumnya, baik itu untuk beberapa
dekade atau beberapa hari.
Cuma terlepas dari beberapa perbedaan itu, Carter sudah merestui
usaha Sekjen PBB Kurt Waldheim untuk membentuk suatu komisi PBB
bagi pemeriksaan kejahatan Syah. Hal ini jelas dimaksudkan guna
pembebasan para sandera itu. Sumber di PBB mengatakan bahwa para
anggota komisi PBB itu terdiri dari Mohamed Bedjaoul, wakil
Aljazair di PBB, Abu Sayeed Choudhury, bekas Presiden
Bangladesh, Louis Edmond Pettiti, pengacara di Paris, Adib
Daoudi, penasihat luar negeri Presiden Suriah dan Andres
Aquilar, bekas Dubes Venezuela di Washington.
Tapi kelompok mahasiswa Iran yang menyandera itu tetap masih
belum percaya bahwa adanya persetujuan Khomeini mengenai
penglepasan para sandera itu. "Kalau Imam telah menyetujui
rencana itu, tentu dia memberitahukan kami," kata juru bicara
mahasiswa. "Kami hanya percaya kalau Imam sendiri yang
mengumumkannya." Padahal dalam waktu yang bersamaan Ayatullah
Mohammed Behesti, sekretaris Dewan Revolusi Iran, menyatakan
bahwa dewan berharap agar masalah sandera ini bisa diselesaikan
segera. Sebagai ancerancer disebutnya Maret, sebelum pemilihan
anggota parlemen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini