Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tangan Anwar Meredam Sengketa

Perseteruan dua tokoh Partai Keadilan Rakyat mencuat saat penyaringan kandidat untuk pemilihan umum Malaysia. Diredam oleh Anwar Ibrahim.

6 Mei 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tangan Anwar Meredam Sengketa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HASRAT Mohamed Azmin Ali melaju sebagai legislator dari daerah pemilihan Ampang, Negara Bagian Selangor, Malaysia, kandas. Alih-alih memilih Azmin, pucuk pemimpin Partai Keadilan Rakyat kembali menugasi calon inkumben, Zuraida Kamaruddin, untuk bertarung dalam pemilihan umum legislatif di Ampang pada 9 Mei nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bukan rahasia lagi bahwa Azmin sejak dulu ingin berkompetisi memperebutkan kursi parlemen Ampang. Namun, dalam daftar final pencalonan kandidat, nama Zuraida yang akan mewakili PKR (Partai Keadilan Rakyat) dalam pemilihan," kata bekas Ketua PKR Cabang Rembau, Badrul Hisham Shaharin, seperti diberitakan situs Malaysian Digest, Rabu pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Azmin adalah Menteri Besar Selangor dan anggota parlemen pusat dari Gombak, distrik di Selangor. Di PKR, partai oposisi terkemuka di negeri jiran, pria 53 tahun ini menjabat wakil presiden. Pada pemilihan 2008 dan 2013, Azmin merebut mayoritas suara pemilih di Gombak. Namun dalam pemilihan kali ini ia berpikir untuk pindah dari sana.

Menurut Badrul, yang pernah menjadi anggota komite eksekutif pusat PKR, Azmin tidak ingin kembali mencalonkan diri di Gombak karena banyak persoalan di sana. "Sejumlah proyek pembangunan fasilitas umum tidak berjalan," tuturnya. Selain itu, Badrul berujar, "Gombak adalah basis pendukung kuat bagi Partai Islam Se-Malaysia (PAS)." Azmin patut waswas mengingat PAS tidak lagi tergabung dalam Pakatan Harapan, aliansi partai oposisi yang dimotori PKR.

Keinginan Azmin untuk bergeser dari Gombak pupus. Sebab, di PKR, seleksi calon anggota parlemen pusat dan majelis negara bagian berada di tangan komite, yang berisi wakil-wakil presiden partai. Begitu para kandidat terpilih, "Hak prerogatif presiden (Wan Azizah Wan Ismail) dan 'ketua umum' (pemimpin de facto Anwar Ibrahim) untuk memutuskan," ucap Wakil Presiden PKR Rafizi Ramli, seperti dikutip MalaysiaKini.

Sebanyak 2.333 kandidat memeriahkan pemilihan umum legislatif Malaysia tahun ini. Mereka memperebutkan 222 kursi parlemen federal dan 505 kursi di majelis negara-negara bagian. Berbeda dengan pemilihan 2013, kontestasi tingkat nasional kali ini menyuguhkan pertempuran di antara tiga kubu utama: Barisan Nasional, Pakatan Harapan, dan Partai Islam Se-Malaysia.

Barisan Nasional, yang dimotori UMNO, masih mendukung inkumben Najib Razak sebagai kandidat perdana menteri. Sedangkan koalisi oposisi Pakatan Harapan, penantang terkuat yang bertarung di bawah bendera PKR, mengajukan duet Mahathir Mohamad-Wan Azizah Wan Ismail sebagai pasangan calon perdana menteri dan wakilnya.

Hengkangnya PAS pada 2015 telah mengubah wajah oposisi. Partai Pribumi Bersatu Malaysia, partai sempalan UMNO yang dipimpin Mahathir dan bekas wakil perdana menteri Muhyiddin Yassin, masuk memperkuat Pakatan. Barisan Wan Azizah juga mendapat suntikan tenaga dari Partai Amanah, yang beranggotakan politikus eks PAS yang ingin tetap bergabung dengan Pakatan. "Keputusan PAS untuk meninggalkan Pakatan dan menjadi poros ketiga dapat memecah dukungan oposisi," kata Ibrahim Suffian, direktur lembaga survei Merdeka Center.

Merdeka Center membuktikan kemungkinan tergerusnya dukungan Pakatan Harapan. Dalam sigi terbarunya, blok oposisi besutan Mahathir-Wan Azizah meraih 43,7 persen suara populer. Angka ini turun nyaris 8 persen dari perolehan suara pada 2013. Adapun Barisan Nasional mendapat 40,3 persen dan PAS 16 persen. Dengan sistem pemilihan winner-takes-all, "Barisan Nasional akan tetap berkuasa jika pemilihan digelar kemarin," ujar Ibrahim, seperti diberitakan Reuters, Rabu pekan lalu.

Masalahnya, Wan Azizah harus membereskan perselisihan di partainya. Dia dan Azmin Ali dikabarkan sempat berseteru tentang pemilihan calon legislator karena masing-masing ingin mendorong kandidat unggulan mereka.

Azmin memilih tidak menanggapi desas-desus itu. "Proses (seleksi calon) di PKR sangat transparan. Saya tidak mengajukan daftar apa pun," katanya, seperti dikutip New Straits Times.

Ketua Jaringan Melayu Malaysia Azwanddin Hamzah, yang juga bekas kader PKR, mengatakan perseteruan Wan Azizah dengan Azmin dipicu oleh keinginan kuat perempuan 65 tahun itu untuk menjaga posisinya sebagai pemimpin partai. "Ia menyelamatkan kepemimpinannya dengan 'mengendalikan' Azmin yang menyusun strategi untuk memperkuat posisinya di PKR. Krisis ini terjadi karena satu orang berusaha menjatuhkan yang lain," ujarnya kepada Utusan Online.

Ketegangan antara Wan Azizah dan Azmin Ali sempat terekam dalam acara PKR di Seberang Jaya, Penang, beberapa hari sebelumnya. Saat itu keduanya duduk di barisan depan tapi dengan sebuah kursi kosong yang memisahkan mereka. Raut wajah Wan Azizah dan Azmin tampak cemberut. Potret kedua petinggi PKR yang saling diam itu sempat menyebar di berbagai pemberitaan.

Tanpa kehadiran langsung Anwar Ibrahim, yang ditahan karena kasus sodomi dan akan bebas Juni mendatang, pertengkaran di antara faksi-faksi dalam tubuh PKR acap tak terkendali. Namun Anwar tidak sepenuhnya kehilangan kontrol untuk mendamaikan kubu-kubu yang bertikai di lingkup internal PKR. Selama ini ia masih kerap mengambil keputusan vital partai dari balik jeruji bui.

Anwar, misalnya, berusaha meredam tensi tinggi antara istrinya dan Azmin. Senin dua pekan lalu, Anwar dipindahkan sementara dari Penjara Sungai Buloh ke Rumah Sakit Rehabilitasi Cheras untuk menjalani perawatan cedera bahu kanan. Saat itulah Azmin menemui Anwar pada pukul 13.00 untuk menyerahkan daftar nama kandidat pilihannya. Kepada Azmin, Anwar mengatakan ingin mempelajari lebih dulu daftar itu. Azmin pun pergi ke sebuah acara di Kuala Selangor dan kembali ke Cheras empat jam kemudian.

Seorang pengurus PKR yang mengetahui pertemuan itu mengatakan pembicaraan Anwar dan Azmin berlangsung cukup tegang. Anwar memveto beberapa keputusan yang dibuat oleh Wan Azizah. Namun Anwar juga menolak beberapa calon yang diajukan Azmin. "Korban utama dalam daftar Azmin adalah Gan Pei Nei, calon inkumben dari Rawang," tulis The Star. Anwar juga mencoret dua nama orang dekat Azmin, Khalid Jaafar dan Mohd Razlan Jalaluddin.

Bagi PKR, Selangor ibarat benteng kekuatan. Partai besutan Anwar ini menguasai negara bagian terpadat dan terkaya di Malaysia itu sejak 2008. "Saya pikir peluang kami cukup bagus. Kami telah menunjukkan bahwa kami dapat mengelola negara bagian ini dengan lebih baik daripada pemerintahan sebelumnya," kata Wan Azizah kepada Channel News Asia.

Wan Azizah mengotak-atik pos sejumlah kandidat PKR di Selangor. Ia, misalnya, menempatkan mantan Ketua Bersih, Maria Chin Abdullah, di Petaling Jaya, lalu menggeser pentolan Partai DAP, Tony Pua, ke Damansara. Wan Azizah memilih pindah dari Permatang Pauh di Penang ke Pandan, Selangor, yang pernah dikuasai wakil presiden populer PKR, Rafizi Ramli. Rafizi didiskualifikasi setelah ia dihukum penjara karena melanggar undang-undang perbankan.

Di Pandan, tugas Wan Azizah tak mudah. Ia berhadapan dengan kader Barisan Nasional, Leong Kok Wee; Mohamed Sukri Omar dari PAS; Jenice Lee dari Partai Rakyat Malaysia; dan calon independen Khairul Azam Abdul Aziz. "Dalam pemilihan terakhir, banyak suara untuk Rafizi datang dari massa PAS yang kini tidak lagi bersama Pakatan," ujar pendukung PKR, Adli Zakuan.

Mahardika Satria Hadi | Reuters, Malaysian Digest, Free Malaysia Today

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Mahardika Satria Hadi

Mahardika Satria Hadi

Menjadi wartawan Tempo sejak 2010. Kini redaktur untuk rubrik wawancara dan pokok tokoh di majalah Tempo. Sebelumnya, redaktur di Desk Internasional dan pernah meliput pertempuran antara tentara Filipina dan militan pro-ISIS di Marawi, Mindanao. Lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus