Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SANDIAGA Salahuddin Uno punya tugas baru per Februari lalu, yakni menjadi Ketua Tim Pemenangan Pemilihan Presiden 2019 Partai Gerindra. Sandiaga, 48 tahun, ditunjuk langsung oleh Prabowo Subianto, ketua umum partai tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu awalnya menolak dengan alasan waktunya habis untuk mengurus Ibu Kota. Namun ia luluh saat Prabowo hanya memintanya menyusun strategi pemenangan dan berkampanye di hari libur. "Kalau mulai mengganggu pekerjaan, saya akan mundur," ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sandi-demikian ia akrab disapa-mengawali tugasnya dengan membujuk sang Ketua Umum. "Pak Prabowo bilang, 'Sudahlah, gue udah tua'," kata Sandi, tertawa. Sandi mengatakan hasil penelitian yang dilakukan partainya menyatakan cuma Prabowo yang dapat menyaingi Presiden Joko Widodo dalam pemilihan presiden 2019. Prabowo pun menyatakan siap maju lagi sebagai calon presiden-pertarungan ulang pemilihan presiden 2014-dalam Rapat Koordinasi Nasional Partai Gerindra di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 11 April lalu.
Setelah deklarasi itu, Sandi menemui sejumlah tokoh yang berpotensi menjadi pasangan Prabowo, dari Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan; Gubernur Jawa Barat yang juga politikus Partai Keadilan Sejahtera, Ahmad Heryawan; hingga mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo. Sandi juga menemui Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy, yang mengusung Joko Widodo pada pemilihan presiden 2019. "Saya bilang, janganlah kita menutup opsi yang ada," ujarnya.
Kamis dua pekan lalu, Sandiaga menerima wartawan Tempo Reza Maulana, Angelina Anjar, Chitra Paramaesti, dan Budiarti Utami Putri untuk wawancara khusus di Jakarta. Petang itu, ia baru menghabiskan nasi kebuli dan nasi goreng kambing setelah buka puasa sunah. Sebelum memulai wawancara, ia melepas lencana Korps Pegawai Republik Indonesia dan tanda namanya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta yang seharian itu menempel di kemejanya. "Karena kita ngomongin pilpres," ucapnya.
Apa yang membuat Prabowo Subianto memutuskan maju sebagai calon presiden?
Beliau tidak memutuskan maju, tapi menerima mandat. Sebetulnya Pak Prabowo tidak punya ambisi lagi. Beliau mengatakan, "Udahlah, gue udah tua, yang muda-muda aja." Tapi kemudian saya menunjukkan data dari focus group discussion (FGD) yang rutin kami buat bahwa nama yang keluar hanya dua, Pak Prabowo dan Pak Jokowi. Jadi kita harus menghormati aspirasi masyarakat yang menginginkan Pak Prabowo menawarkan suatu pemikiran agar pembangunan ke depan lebih baik.
Mengapa dia keberatan?
Menurut beliau, dalam lima tahun terakhir, kinerja Gerindra bagus. Pak Prabowo bilang akan ada tokoh-tokoh lain yang mampu. Beliau pun selalu mengatakan Gerindra adalah oposisi rasa partai pemerintah. Pak Prabowo tidak pernah menginstruksikan untuk jegal ini atau jegal itu. Kami mendukung kegiatan pemerintah, seperti tax amnesty. Jadi Pak Prabowo itu kesatria. Kalah, ya, kalah. Sakit memang. Tapi dia menerima.
Siapa tokoh muda yang dimaksudkan Prabowo?
Tidak menyebut nama. Tapi beliau selalu bilang, "It's your time. Tahun ini, saya 67 tahun. Sudah di pengujung." Saya jawab saja bahwa Donald Trump (Presiden Amerika Serikat) sudah 71 tahun. Bahkan Mahathir Mohamad (mantan Perdana Menteri Malaysia) yang sudah 92 tahun mau maju lagi.
Apa yang menjadi titik balik sehingga Prabowo mau maju?
Saat saya menunjukkan hasil awal FGD kami itu, dua-tiga minggu sebelum deklarasi. Saya bilang, "Jenderal, enggak ada tokoh lagi. Ini sudah tiga bulan menjelang (pendaftaran calon presiden dan wakil presiden di Komisi Pemilihan Umum). Kita pun harus konsolidasi." Beliau hanya mengatakan, "Ya udahlah, nanti." Sebetulnya kami deg-degan karena tidak tahu apakah beliau akan menerima mandat itu atau tidak. Sempat pula pemikirannya berubah karena ada pendekatan dari pemerintah.
Bagaimana dengan tawaran dari Ketua Umum PPP Romahurmuziy agar Prabowo menjadi calon wakil presiden Jokowi?
Dia mengatakan dalam koalisinya hanya dia yang bisa menerima opsi Pak Jokowi berpasangan dengan Pak Prabowo. Ada beberapa partai yang dengan tegas menolak. Dalam hati saya, "Ya iyalah menolak. Kalau gabung kan selesai. It's a unity government." Saya bilang, "Kalau kita gabung, emang ada garansi bahwa enggak ada lagi orang lain yang akan maju?" Kami melihat opsi itu sudah sulit. Selain itu, orang akan berpikir, "Jangan-jangan, begitu kami masuk, partai-partai lain malah loncat ke luar."
Ada politikus yang menilai pasangan Jokowi-Prabowo tidak akan terkalahkan.…
Anything can happen in politics.
Benarkah Anda meminta kepada Romahurmuziy agar tidak buru-buru menutup peluang duet Jokowi-Prabowo?
Saya bilang, janganlah kita menutup opsi yang ada. Opsi itu harus terus terbuka, opsi komunikasi, opsi melihat potensi. Bukan untuk menang-menangan, tapi untuk Indonesia yang lebih baik. Ini kan hanya kontestasi. Kita semua teman.
Bagaimana reaksi Anda setelah Prabowo menerima mandat sebagai calon presiden?
Kami semua lega. Tadinya, setelah pulang kerja, saya mau kembali lagi ke Hambalang karena beliau belum memberikan pernyataan (setelah hadir dalam pembukaan rapat koordinasi nasional, Sandi kembali ke kantornya). Tapi, sekitar pukul 20.00, Pak Muzani (Sekretaris Jenderal Gerindra) menelepon, "Chief, beliau terima, sujud syukur semuanya." Ya sudah, saya tidak perlu kembali ke sana. Saat prosesi arak-arakan, saya tidak di sana.
Siapa yang mengusulkan Prabowo diarak bertelanjang dada?
Tidak tahu. Mungkin itu euforia karena dari pagi sangat tegang. Biasanya pidato beliau lama. Saat itu cuma sebentar. Jangan-jangan Pak Prabowo tidak berkenan. Pak Amien Rais (Ketua Dewan Kehormatan PAN), Pak Zul (Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan), dan Pak Sohibul Iman (Presiden PKS) yang hadir dalam rakornas pun saling bertanya, diterima atau tidak.
Apa saran Anda kepada Prabowo?
Saya mengatakan kader merasa Pak Prabowo tokoh yang bisa membawa Indonesia lebih baik. Tapi beliau enggak ge-er. Karena Gerindra tidak bisa mencalonkan capres sendiri, saya diminta berdiskusi dengan mitra koalisi. Saya pun berkeliling mengunjungi tokoh-tokoh bangsa serta para ulama. Rata-rata tidak secara spesifik meminta Pak Prabowo maju. Tapi mereka ingin pemerintah diganti karena ekonomi tidak bergerak dan hidup semakin susah.
FGD Gerindra menyinggung soal peluang Prabowo dalam pemilihan presiden 2019?
Ini permintaan masyarakat. Kita harus menghormati aspirasi masyarakat yang menginginkan Pak Prabowo menawarkan sesuatu agar pembangunan bisa lebih baik, khususnya bidang ekonomi. Masyarakat juga menginginkan pemerintahan yang lebih bersih. Ini data yang terkonfirmasi dan tervalidasi. Begitu saya ke lapangan juga merasakan ekonomi tidak bergerak, pekerjaan sulit didapat, harga bahan pokok naik. Kader hingga ke ranting mengatakan hal yang sama. Big data juga mengatakan yang sama.
Faktanya, hampir semua lembaga survei mengunggulkan Jokowi.
Survei lagi, survei lagi. Survei adalah alat untuk mengubah persepsi dan opini publik. Di pemilihan Gubernur DKI 2017, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno paling bontot terus di survei. Tapi saya punya data internal yang tidak akan pernah saya rilis. Saya kasih tahu, ini (April) adalah bulan pertama di mana lebih banyak masyarakat Indonesia yang menginginkan pemerintahan baru. Ini titik persimpangan.
Pertama kali sejak 2014?
Kami pantau tiap bulan sejak 2016. Kami melihat undecided voter banyak sekali dan isu ekonomi menjadi perhatian besar. Kami juga surprised isu korupsi baru terpetakan. Pemilihan kepala daerah menghasilkan demokrasi yang korup, yang dipertontonkan dengan frekuensi yang gila-gilaan. Komisi Pemberantasan Korupsi mengatakan 90 persen pemilihan kepala daerah pakai duit. Saya mengalami sendiri. Kalau seperti ini terus, jumlahnya makin lama makin gede dan rakyat makin tidak percaya kepada pemerintah. Para tokoh bangsa harus duduk bersama.
Apakah Anda termasuk yang 90 persen?
Saya terbuka, semuanya diaudit. Sebelum kampanye pun saya perlihatkan saya dapat duit dari mana saja. Sekitar 95 persen dari saya. Saya menjual saham. Itu saya laporkan kepada KPK dan Otoritas Jasa Keuangan. Tapi berapa banyak sih pengusaha sukses yang mau terjun ke politik? Berapa banyak yang mau mengorbankan uang ratusan miliar untuk mengabdi? Tidak banyak. Kalau ini diteruskan, kita akan menemukan pengulangan-pengulangan, bahkan dalam skala yang jauh lebih besar. Inilah "kebocoran" yang sering disebutkan Pak Prabowo. Kalau dalam prosesnya saja sudah curang, dia akan menggunakan jabatannya untuk membayar kembali yang sudah keluar.
Ada nama calon presiden lain di FGD Gerindra?
Kalau dilebarkan sedikit, nama yang keluar Anies Baswedan. Gimana enggak keluar, saya kampanye di Jawa Tengah saja dipanggil Anies. Saya bilang, "Lho, saya Sandi." Dijawabnya, "Iya, Anies Sandi." Ha-ha-ha....
Anda lebih menginginkan Anies tetap di DKI atau maju dalam pemilihan presiden dan wakil presiden?
Secara pribadi, semestinya Pak Anies berfokus di sini. Kami kan dipilih buat lima tahun. Tapi saya bicara secara bias karena posisi saya di DKI.
Bagaimana jika masyarakat menginginkan Anies maju?
Biar Pak Prabowo dan mitra koalisi berbicara.
Jika Anies maju, bukankah keinginan Anda awalnya menjadi Gubernur DKI Jakarta akan terwujud?
Saya memang mencalonkan diri sebagai DKI 1. Tapi, realitasnya, saya menjadi DKI 2. Saya kerja saja. Nanti lihat bagaimana.
Apakah data Anda juga menyebut Gatot Nurmantyo?
Kalau dilebarkan lagi, ada. Tapi kan Pak Gatot baru. Jadi mandat kami serahkan kepada Pak Prabowo.
Apa alasan Prabowo menunjuk Anda sebagai ketua tim pemenangan?
Menurut beliau, saya punya pengalaman menyusun strategi. Sebenarnya, saat pilpres 2014, saya tidak menyusun strategi. Saya berada di ujung sekali untuk berbicara kepada publik sebagai juru bicara. Tapi, pada 2015, hasil pilkada kami bagus. Di tahun 2017 pun bagus. Apalagi saya Wakil Gubernur DKI Jakarta, sehingga dinilai sebagai orang yang paling mengerti secara menyeluruh. Saat ini beliau menugasi saya bersafari. Saya sudah bilang kepada Pak Prabowo, kalau pagi saya kerja. Pekerjaan juga menumpuk. Dia bilang, "Tidak apa-apa, hanya strategi, kok. Dan kalau kampanye cuma Minggu." Akhirnya saya mengatakan akan melakukannya sebisa saya. Tapi, kalau ini mulai mengganggu pekerjaan, saya akan mundur dari tim.
Anda sering berdiskusi dengan Prabowo?
Tidak terlalu sering. Mungkin seminggu dua kali. Kami sama-sama tidak punya waktu. Kalau ketemu, ya hanya sebentar, mengobrol sekitar 30 menit di Kertanegara (Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, lokasi rumah Prabowo).
Bagaimana membagi waktu antara wakil gubernur dan ketua tim pemenangan?
Saya tidak bekerja sebagai ketua tim day-to-day. Malam saja. Hanya menyusun strategi, sebagai lawan berpikir Pak Prabowo. Dari situ, saya mendelegasikannya kepada beberapa anggota tim yang lebih politis, seperti Pak Muzani, Pak Edhy Prabowo (Wakil Ketua Umum Gerindra), Pak Fadli Zon (Wakil Ketua Umum Gerindra), atau Pak Taufik (Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerindra DKI Jakarta).
Apa strategi Anda untuk menaikkan citra Prabowo?
Saya tidak bisa share secara detail. Intinya, tingkat pengenalan Pak Prabowo cukup tinggi. Terkait dengan isu ekonomi, menurut hasil FGD kami, Pak Prabowo juga lebih dipercaya daripada Pak Jokowi. Pengetahuan beliau mengenai ekonomi makro luas. Komitmen Pak Prabowo terhadap Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 pun nendang bagi masyarakat, bahwa orang ini peduli terhadap negaranya. Menariknya, dalam FGD, ada yang bilang, "Pak Jokowi kan udah lima tahun. Kasih deh kesempatan buat Pak Prabowo. Kasihan, udah tiga kali (maju sebagai capres pada 2004, 2009, dan 2014)."
Pemilih mana yang mengatakan itu?
Swing voters, 40 persen pemilih yang berada di tengah.
Menurut Anda, citra negatif apa yang melekat pada Prabowo?
Pak Prabowo dianggap tidak merakyat.
Mengapa?
Karena berlatar belakang militer, Pak Prabowo dikenal sebagai sosok yang tegas dan kuat, sehingga terasa berjarak. Tapi Pak Jokowi yang dekat, menyatu, dan tidak berjarak dengan masyarakat malah dianggap lembek, tidak tegas, dan tidak berwibawa. Padahal, kalau kita lihat, Pak Jokowi tegas. Pak Prabowo pun, kalau kita lihat, merakyat. Jadi itu hanya persepsi.
Studi Gerindra menyinggung isu pelanggaran hak asasi manusia yang kerap dituduhkan kepada Prabowo?
Tiga puluh persen masyarakat yang tidak mendukung akan selalu ingat. Tapi yang 40 persen sudah lupa. We move on very quickly. Bagi saya, politik jangan sampai digunakan untuk memecah belah. Pak Prabowo pun menyampaikan ini saatnya rekonsiliasi. Pak Jokowi teman kita juga. Kita harus membantunya sebagai presiden. Tapi kita harus memastikan masyarakat punya opsi yang lebih baik pada 2019 agar pembangunan berjalan lebih cepat dengan pemerintahan yang bersih dan berfokus di bidang ekonomi.
Ekonomi yang seperti apa?
Ekonomi kerakyatan. Ekonomi yang memberikan kesempatan kepada pengusaha-pengusaha kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kami akan menyusun konsepnya, termasuk ekstrapolasi OK OCE (One Kecamatan, One Center of Entrepreneurship, program yang Sandiaga gagas di DKI Jakarta). Sekitar 67 persen masyarakat Indonesia tahu OK OCE. Pak Prabowo bilang, "Kenapa tidak diekstrapolasi ke luar?" Saya jawab bahwa saya ingin berfokus di Jakarta dulu. Tapi kalau target tahun ini, 40 ribu orang, terlampaui, mungkin kita bisa bicara secara nasional.
Dengan berfokus ke isu ekonomi, apakah artinya calon wakil Prabowo akan berlatar belakang ekonomi?
Beruntung, Pak Prabowo punya latar belakang ekonomi yang bagus. Beliau menjadi pebisnis sudah hampir 20 tahun. Justru sekarang Pak Prabowo lebih pebisnis daripada saya. Pak Prabowo sudah bertransformasi, dari tentara menjadi ekonom. Dia pun anak seorang begawan ekonomi. Jadi cawapresnya tidak harus tokoh ekonomi.
Apakah Prabowo mengungkapkan kriteria calon wakil yang diinginkan?
Tidak. Beliau bilang bisa bekerja dengan siapa saja. Yang penting bisa diterima oleh mitra koalisi. Tapi jangan ngomongin cawapres dululah. Kami ingin menampung dulu isu apa saja yang disoroti masyarakat. Dalam dua tahun terakhir, mereka merasa hidupnya semakin susah. Mereka tidak punya optimisme untuk dua-tiga tahun ke depan.
Anda juga ditunjuk sebagai Ketua Tim Penjaringan Calon Wakil Presiden Prabowo?
Tidak. Saya hanya dimintai pendapat oleh mitra koalisi mengenai calon yang mereka ajukan. Misalnya, PKS punya sembilan calon, "Pak Prabowo nyaman dengan yang mana, sih?" Sebenarnya Pak Prabowo ikut saja dengan mitra koalisi.
Partai mana saja yang sudah pasti berkoalisi dengan Gerindra pada 2019? Selasa lalu (1 Mei 2018), Anda lari bersama Zulkifli Hasan, apakah mendiskusikan koalisi?
Kami membuka semua komunikasi politik. Semoga ada kesamaan pandangan untuk menangkap aspirasi rakyat. Percepat pembangunan dengan pemerintah yang bersih yang berfokus pada ekonomi yang berkeadilan.
Anda sudah bertemu dengan siapa saja?
Pekan lalu, saya bertemu dengan Pak Aher (Ahmad Heryawan). Pekan sebelumnya bertemu dengan Pak Zul. Pekan sebelumnya lagi bertemu dengan calon lain dari PKS. Setiap hari dengan Anies. Kalau Anies, saya tidak perlulah. Dengan Pak Gatot juga saya bertemu berkali-kali. Dengan Pak Rizal Ramli pun kami bicara. Termasuk beberapa yang minta tidak dibuka, partai-partai pemerintah.
PPP?
PPP sudah diumumkan sendiri oleh Pak Romi (Romahurmuziy). Tapi ada partai-partai lain yang minta tidak diumumkan. Mereka ingin tahu apa pandangan Pak Prabowo, pasti maju atau tidak atau jangan-jangan mandat calon presiden diberikan kepada orang lain. Saya mengatakan bahwa Pak Prabowo hanya memikirkan bangsa dan negara. Kalau memikirkan diri sendiri, beliau tidak mau sama sekali. Dia bilang, "Saya lebih baik mengurus kuda di Hambalang." Ha-ha-ha....
Bagaimana hubungan Prabowo dengan Alumni 212?
Bagus. Kami berkomunikasi dengan semua pihak. Rutin bertemu seminggu sekali.
SANDIAGA SALAHUDDIN UNO
Tempat dan tanggal lahir:
- Pekanbaru, 28 Juni 1969
Pendidikan:
- Magister Administrasi Bisnis George Washington University, Amerika Serikat (1992)
- Sarjana Administrasi Bisnis Wichita State University, Amerika Serikat (1990)
Karier:
- Wakil Gubernur DKI Jakarta (2017-2022)
- Presiden Direktur PT Saratoga Investama Sedaya (2004-2015)
- Co-founder PT Recapital Advisors (1997-2007)
- Executive Vice President NTI Resources Limited Kanada (1995-1998)
Organisasi:
- Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (2005-2008)
- Ketua Komite Tetap Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kamar Dagang dan Industri Indonesia (2004-2010)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo