Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Minggu lalu, Jerusalem Media and Communication Center mengadakan polling terhadap warga Israel di Yerusalem Timur. Hampir semua responden dibayangi ketakutan bahwa cepat atau lambat akan terjadi pertumpahan darah di kawasan itu. Mereka ngeri dengan pengalaman tahun 1980-an dan 1990-an, saat pejuang intifada, anak-anak, wanita Palestina, dan tentara Israel baku hantam. "Saya takut kekerasan akan terjadi bila pertemuan berakhir dengan deadlock," kata Shimon Yitzhak, warga Israel, seperti diwawancarai USA Today.
Pada 1967, wilayah Arab di Yerusalem timur dianeksasi oleh Israel. Masyarakat Islam yang tinggal di wilayah itu kini tinggal sekitar 200 ribu orang. Dan dari 430 ribu warga Yahudi, sekitar 160 ribu orang berada di Yerusalem timur. Mereka yang tinggal di Yerusalem itu, seperti Shimon Yitzhak, khawatir dengan situasi yang akan terjadi. Para tetua rabbi wilayah Yerusalem Timur sampai mengirim surat kepada Ehud Barak atas trauma kecemasan itu.
Pihak Palestina ingin menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara. Pada 13 September nanti, Arafat berjanji akan memproklamasikan negara Palestina sebagai konsekuensi deadline Perjanjian Oslo 1993. Ia ingin bersikap tegas dalam membagi Yerusalem Barat dan Timur secara fisik. Tetapi skenario yang ditawarkan Amerika dan disetujui oleh Ehud Barak di Camp David adalah, Israel tetap memiliki Yerusalem sepenuhnya, tapi Israel akan membagi kekuasaan dengan Palestina. Barak menawarkan semacam pemerintahan kota praja di Yerusalem Timur sehingga akan ada wilayah-wilayah administratif tertentu yang dikuasai Palestina yang mengizinkan Palestina mengibarkan benderanya. Ini termasuk tempat suci Islam seperti Masjidil Agsha, yang akan dibebaskan dari pemeriksaan Israelsuatu zona demiliterisasi.
Menurut pakar dari Yerusalem, Prof. Moshe Amiravseperti dikutip Jerusalem Postkedaulatan itu bisa diartikan dari pembagian fungsi. Di Yerusalem Timur nanti, Palestina bisa berdaulat penuh seputar masalah sipil dan agama. Ini berarti Israel menjadi pihak yang bertanggung jawab atas keamanan di areal itu. Bagi pihak Israel, tawaran demikian adalah win-win solution. Di situ juga dimungkinkan masyarakat Arab memiliki kewarganegaraan ganda. Tapi, dengan tawaran ini, artinya Arafat hanya mengegolkan kedaulatan rakyat Palestina di Yerusalem Timur, bukan kedaulatan tanahnya. Kedaulatan Palestina akan menjadi semacam kedaulatan simbolis.
Jelas ini akan ditolak oleh masyarakat Palestina. Sekarang saja sudah berkembang sentimen perasaan di kalangan garis keras pejuang Palestina bahwa Arafat terlalu banyak memberi konsesi pada negosiasi dengan berkompromi. Joseph Habash, sepupu George Habashpembajak pesawat di tahun 1970-anmengatakan, "Camp David berakhir mengecewakan. Itu hanya perjanjian di atas kertas. Selanjutnya revolusi jalan terus." Kelompok garis keras Hamas juga percaya bahwa satu-satunya cara mengambil lagi Yerusalem Timur adalah dengan perang.
Sejauh ini, sikap Arafat adalah tanah Palestina di Yerusalem Timur harus bersih dari tentara Israel. Arafat menginginkan agar Barak bisa bersikap seperti Ben Gurionseorang politisi Israel di tahun 1948yang menerima pendirian Israel tanpa Yerusalem. "Pendirian kami tegas, Israel harus mengembalikan seluruh Yerusalem Timur, sebaliknya kami mengakui kedaulatan Israel sepenuhnya atas Yerusalem Barat," tutur Hasan Abdel Rahman, juru bicara Arafat di Washington. Hasan berpegang pada ucapan Menteri Luar Negeri AS James Baker pada tahun 1991, yang mendeklarasikan bahwa aneksasi Yerusalem adalah tindakan ilegal. Karena itu, Arafat mengharapkan Albright atau Clinton belum mengubah pendapatnya itu.
Baik Arafat maupun Barak akan menghadapi ancaman pendongkelan dari posisinya jika mereka kembali dengan hasil yang berlawanan dengan harapan faksi-faksi keras negaranya. "Mungkin saya akan bertemu Anda lagi bukan sebagai perdana menteri," kata Barak kepada Arafat saat pertemuan itu. Keputusannya membagi Yerusalem, walaupun bukan kedaulatan penuh, mengakibatkan sayap radikal Israel marah. "Jika saya pulang tanpa tanah Yerusalem Timur seutuhnya, mereka akan membunuh sayadan Anda melanjutkan perundingan dengan Ketua Hamas Sheik Ahmad Yassin," jawab Arafat. Adakah kedaulatan Yerusalem Timur sepenuhnya dapat dimiliki rakyat Palestina atau hanya secara simbolis seperti solusi AS?
Seno Joko Suyono (dari berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo