SUATU hari di musim panas 1979 -dua bulan menjelang mahasiswa
militan Iran menduduki gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat di
Teheran. Seorang pria asing, yang keluar dari Hotel
Intercontinental, terlihat menyusuri Jalan Amir Abad, di jantung
ibukota Iran. Ia seperti mencari seseorang. Tapi tak ada yang
peduli kehadirannya.
Jika paspor dan kartu kredit laki-laki asing itu diperiksa, tak
bakal ada yang mencurigai dari dirinya. Nama: William A.
Foster. Pekerjaan: bisnis--perwakilan biro konsultan Carver
Associates (CA) untuk Eropa.
Ternyata paspor dan kartu kredit Foster itu cuma tanda pengenal
untuk masuk Iran saja. Direktur CA, Don Meads, di kantor pusat
di Philadelphia, mengenalnya sebagai Guy W. Rutherford, agen
Central Intelligence Agency (CIA), yang perlu disamarkan dengan
predikat usahawan. Tapi andaikata pihak berwajib menanyakan soal
Foster ke kantor pusat CIA, Meads tidak akan membantah identitas
itu.
Skenario Foster memang sengaja dibikin oleh markas besar CIA di
Langley, Virginia, untuk menyamarkan dirinya. Ia, hampir 20
tahun bcrtugas di Timur Tengah, mendapat tugas mendampingi
dinas rahasia AS di Teheran guna merekrut Abolhassan Bani Sadr,
waktu itu baru dikenal sebagai staf ahli Ayatullah Khomeini,
untuk menjadi orang CIA di Iran.
Di pojok Jalan Amir Abad, siang itu, Foster dijemput Paquin,
nama aslinya Thomas Ahern, boss CIA di Teheran. Hasil
pembicaraan mereka: Bani Sadr akan diangkat sebagai konsultan CA
untuk Iran dengan gaji US$ 5.000 per bulan. Paquin menjamin
bahwa Bani Sadr tak bakal menolak tawaran itu. Markas besar CIA
diberitahu lewat kawat dengan kode: SDLure-I.
Rahasia CIA ini terbongkar ketika salinan dokumen SDLure-I
ditemukan oleh mahasiswa militan yang menduduki gedung Kedutaan
Besar AS, November 1979. Dokumen yang kemudian diterbitkan oleh
pemerintah Iran ini pekan lalu menjadi pembicaraan hangat di AS
-- hampir semua suratkabar membeberkannya.
Berhasilkah CIA? "No," kata bekas Presiden Bani Sadr--kini hidup
dalam pengasingan di Paris. Dokumen CIA yang disita dari
Kedutaan Besar AS di Teheran juga tidak menunjukkan indikasi
bahwa dinas rahasia itu telah membayar Bani Sadr. Tapi kelompok
militan di Iran mengatakan Bani Sadr sudah setuju untuk menerima
gaji US$ 1.000 dari CIA menjelang kejatuhannya, Juni 1981.
Yang tidak dibantah Bani Sadr, ketika diwawancarai di Paris,
adalah pertemuannya dengan Foster--sekitar tiga kali. Tiap
pertemuan memakan tempo 30 menit. Pembicaraan berkisar mengenai
keinginan lioster melakukan bisnis di Iran serta mengharapkan
Bani Sadr mau jadi konsulun CA. "Saya betul-betul tidak ingat
tentang tawaran US$ 5. 000 itu," kata Bani Sadr.
Pertemuannya dengan Foster, menurut Bani Sadr, adalah atas
desakan temannya (namanya tidak disebutkan). Agen CIA itu
dinyatakan sebagai orang top Amerika yang membawa pesan penting
untuk Khomeini. Bani Sadr semulamenyangka orang itu utusan
Presiden Jimmy Carter. Saya tidak menduga agen CIA," katanya.
Bani Sadr mengaku pertemuannya dengan Foster tidak berkesan sama
sekali. "Di mata saya, ia tampak bodoh," katanya. Bani Sadr
menambahkan, setelah beberapa kali berbincang-bincang, Foster
dimintanya untuk tidak menemuinya lagi. Foster, sekarang telah
pensiun, menolak mengomentari keterangan Bani Sadr.
Bani Sadr agak salah menilai Foster. Ia adalah salah seorang
agen terbaik CIA - hampir 20 tahun ditempatkan di Timur Tengah.
Fasih berbahasa Arab dan dikenal punya hubungan dekat dengan
banyak tokoh penting di kalangan negara Arab. Belakangan
terungkap nama aslinya juga Rutherford sebagaimana dikenal di
CIA. Ia adalah, menurut akta kelahirannya, Vernon A. Cassin.
Tentang kegagalan Foster membina Bani Sadr soal lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini