Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Teka-teki si macan tutul

Buku komplotan dan kematian lin biao (menteri pertahanan cina), terbit di new york. buku tersebut mengungkapkan bahwa pembunuhan terhadap lin biao memang direncanakan, karena ia akan mengadakan kudeta. (ln)

14 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU malam di musim gugur yang sejuk di tahun 1971, di barat Kota Beijing, Menteri Pertahanan RRC Lin Biao beserta istri dan dua orang rekan diberondong tembakan. Mereka baru saja habis menikmati makan malam di sebuah villa, dan meninggalkan tempat itu dengan sedan limousine ketika maut menyambar tak terduga. Itulah akhir riwayat Lin, tokoh militer cemerlang, teman seperjuangan paling dekat, bahkan disebut-sebut calon pengganti, Ketua Mao. Bagaimana peristiwa itu bisa terjadi? Buku Komplotan dan Kematian Lin Biao yang terbit di New York, Senin lalu, mengungkapkan pembunuhan tersebut memang direncanakan. Informasi ini membantah keterangan resmi yang disiarkan sebelumnya: Lin meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang. Kedua peristiwa terjadi pada hari yang sama, 12 September 1971, tapi kecelakaan versi pemerintah itu diragukan kalangan tertentu kebenarannya. Dan kini keraguan itu, setelah disambut dengan info dari buku yang bahan tertulisnya diselundupkan dari daratan Cina tersebut, makin berdasar. Jubir dari Alfred A. Knopf, penerbit buku itu, mengatakan pengarangnya adalah Yao Mingle -- sebuah nama samaran. Dengan ini terjawablah, untuk sementara, desas-desus seputar kematian Lin Biao. Dalam kurun paling gelap dari sejarah Cina kontemporer masalah kematian Lin memang menimbulkan banyak spekulasi. Kuat dugaan jenderal yang besar jasanya itu dibunuh Mao sebagai tindakan balasan terhadap usaha perebutan kekuasaan yang dilancarkannya beberapa pekan sebelumnya. Apakah Lin memang merencanakan kudeta? Yao Mingle membenarkannya dengan mengajukan bukti, misalnya, tentang provokasi militer yang didalangi Lin di perbatasan Cina-Soviet. Usaha ini merupakan batu penguji kekuatan bagi Lin sebelum melangkah ke rencana utama: pembunuhan atas diri Mao Zedong. Tapi usaha Lin keburu tercium dan lalu dihabisi -- menurut keterangan resmi yang dikeluarkan sembilan bulan kemudian disebutkan bagaimana ia berusaha melarikan diri ke Uni Soviet beserta istri dan komplotannya. Usaha pelarian tersebut, menurut sumber resmi, waktu itu, gagal karena pesawatnya kehabisan bahan bakar dan jatuh di Mongolia. Para editor penerbit Alfred A. Knopf yakin sumber tertulis yang mereka peroleh benar-benar asli -- otentik. Tapi Ross Terril, seorang ahli Cina yang pernah menulis biografi Mao, khawatir beberapa catatan harian yang dikutip oleh buku tersebut tidak otentik. Beberapa pemuda Cina, katanya, bisa saja mengolah cerita-cerita yang mereka dengar dan menuangkannya ke dalam bentuk dokumentasi yang bisa menarik minat orang Barat. Andrew Nathan, ahli Cina pada Universitas Columbia, New York, juga agak ragu. Terutama karena tertutup kemungkinan untuk menguji huruf Cina asli dari naskah yang katanya otentik itu. Siapakah Lin Biao? Ia adalah putra kedua dalam keluarga seorang pemilik pabrik barang kerajinan, yang dilahirkan tahun 1908 di Provinsi Hupeh. Pada umur 18 tahun Lin belajar di Akademi Militer Whampoa dan berguru, antara lain, pada Chiang Khaishek dan Chau Enlai. Di sinilah ia mengubah namanya dari Lin Yu-yung menjadi Lin Biao (Biao artinya macan tutul). Ketika komunis ditindas Chiang Khaishek, Lin, yang ketika itu berpangkat kolonel, memimpin pasukannya mundur ke daerah pegunungan dan kemudian bermarkas di gua-gua bersama Mao Zedong. Kepada Edward Snow, dalam sebuah wawancara, Mao memuji Lin, terutama, karena ia berhasil menanamkan disiplin dalam tubuh tentara dan sekaligus memenangkan dukungan petani. Disiplin Lin, antara lain, bayarlah setiap barang yang kamu beli dari petani, dan buatlah jamban di belakang tiap rumah petani. Menurut Current Biography, terbitan 1967, Lin terkenal sebagai tokoh gerilya yang paling manusiawi. Tipe pemimpin yang jarang ditemukan. Di samping membela hak-hak sipil, dia adalah militer yang berusaha menekan angka kematian di kalangan tentara serendah mungkin. Dan selalu baik serta ramah terhadap anak buahnya. Mao juga kagum pada Lin -- yang pada tahun 1936 ditunjuknya sebagai presiden Akademi Militer Tentara Merah di Yenan. Beberapa artikel yang ditulis Lin, waktu itu, di antaranya berjudul Perjuangan dan Revolusi Perang, telah menarik banyak perhatian di Cina dan Uni Soviet. Sembilan tahun kemudian Lin secara resmi ditunjuk anggota Komite Sentral Partai Komunis Cina (PKC). Di saat permusuhan antara kelompok nasionalis dan komunis meruncing, Lin mengorganisasi pasukan di Manchuria. Bersama-sama dengan Chen Yi dan Peng Tenhuai, dia memimpin orang-orang komunis melawan kaum nasionalis yang jumlahnya dua kali lebih besar. Tahun 1948, ia merebut Beijing dan sesudah itu dengan mudah menguasai seluruh daratan Cina. Hingga Chiang Khai-shek terpaksa melarikan diri ke Formosa -- sekarang populer dengan nama: Taiwan. Nama Lin semakin harum ketika menggerakkan 200.000 tentara Cina untuk memaksa mundur Divisi ke-7 AS kembali ke wilayah Korea Selatan -- di belakang garis lintang 38ø. Enam tahun kemudian Lin diangkat jadi menteri pertahanan. Besar kemungkinan mulai saat itulah ia memasang orang-orangnya di kalangan pemerintahan. Tapi di Barat nama Lin baru populer tahun 1965. Ketika ia melontarkan teori revolusi dengan gagasan mengepung kota, sesudah memenangkan revolusi di daerah pedesaan. Dalam peristilahan Lin: dunia Barat yang maju adalah kota, dan Asia, Afrika, serta Amerika Latin adalah pedesaan. Edward Snow berkomentar tentang Lin: "Spartan, sederhana, jarang dipotret (mungkin karena lama tidak muncul di depan publik) dan hidupnya sepenuhnya diabdikan pada tugas." Lin, menurut Snow, tidak pernah berambisi menggantikan Mao. Chen Yi, sahabatnya, juga menegaskan bahwa Lin termasuk sejumlah kecil orang yang tidak akan pernah menentang Mao. Kalau demikian apa dosanya? Entahlah. Kata analis Cina Simon Leys, Lin dihukum bukan karena mengkhianati Mao, tapi lantaran terlalu mengabdi kepada pemimpin itu. Tapi, menurut Yao Mingle, Lin disingkirkan karena berencana berbuat makar terhadap Mao. Mana yang benar? Teka-teki itu masih tetap tak akan terjawab -- juga sesudah terbitnya buku dari Yao Mingle.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus