SEORANG bertopeng tiba-tiba menodongkan sepucuk pistol di pelipis seorang penumpang, lalu berteriak. "Pesawat ini dibajak!" Ketika itulah sebuah granat menggelinding di lantai. Lalu mereka mengikat tangan para penumpang pria, sebelum memerintahkan semua penumpang pindah ke tempat duduk belakang. Di atas Laut Arab, di tempat yang dikenal sulit untuk mengadakan hubungan radio dengan mana pun, Boeing 747 milik Kuwait Airways dengan nomor penerbangan KU422 berganti kapten. Sedianya pesawat lepas dari Bangkok langsung menuju Kuwait. Tapi di Selasa pukul 3 pagi waktu Muangthai pekan lalu, di ketinggian 30.000 kaki di atas permukaan laut, pesawat dengan 112 penumpang itu (termasuk 15 awak pesawat) diperintahkan si orang bertopeng menuju Mashhad, di Iran. Sekitar pukul 03.00 GMT atau 10.00 WIB, pembajak mulai mengontak menara kontrol Mashhad. Semula permintaan jalur mendarat ditolak. Tapi karena pilot menyatakan pesawat kehabisan bahan bakar, para petugas pelabuhan udara Mashhad menyerah. Sekitar 40 menit kemudian izin mendarat diberikan. Sejak saat itu, dunia pun ikut geger. Ketika seorang penumpang berkebangsaan Yordania yang mengaku punya penyakit lantung dilepas tanpa syarat, yang terjadi di dalam pesawat mulal bisa diduga-duga. Menurut orang Yordania itu, ada sekitar 6 orang bersenjata granat dan pistol menguasai penumpang (sandera lain yang dibebaskan kemudian mengatakan ada 7 pembajak). Segera penguasa di Teheran mengirimkan deputi perdana menteri di bidang masalah politik, Ali Reza Moayyeri, ke pelabuhan udara di dekat perbatasan Uni Soviet itu. Sementara itu, satuan-satuan pasukan elite Iran diperintahkan siap mengepung pesawat tersebut. Tepat pukul 15.00 GMT atau pukul 10 malam WIB, Selasa pekan lalu itu, tuntutan pembajak resmi diumumkan. Yakni pemerintah Kuwait harus membebaskan 17 orang Syiah Irak yang ditahan karena melakukan serentetan pengeboman di bulan Desember 1983 di Kuwait City. Tuntutan, kata pembajak, harus dipenuhi dalam waktu 12 jam, atau pesawat diledakkan. Pemerintah Kuwait langsung tanggap. Sebuah tim perunding segera dikirim ke Mashhad. Sementara itu, pembajak meningkatkan ancaman. Tiga saudara dekat Emir Kuwait Syeik Jabber al-Ahmed al-Sabah - Fadil Khaled al-Sabah dan pasangan suami-istri Ibtesam Khaled Anwar al-Sabah - berada dalam bahaya besar bila "tuntutan tak dipenuhi". Kuwait menjawab, "Tidak." Ke-17 teroris yang membunuh 6 orang tak bisa dibebaskan begitu saja. Sikap keras Kuwait memang perlu diperlihatkan. Negeri minyak ini tak ingindikecam Inggris yang dikenal sangat antipembajakan. Selama im perekonomian Kuwait memang tergantung Inggris: antara lain karena banyak modal Kuwait ditanam di Inggris. Maka, Kuwait mengontak kementerian luar negeri Inggris memberikan jaminan tak akan menyerah pada tuntutan pembajak. Harap diketahui, ada 22 penumpang Inggris di dalam pesawat. Diplomasi Iran dengan pembajak keesokan harinya membuahkan 24 penumpang wanita dibebaskan. Tapi Nyonya Khaled Anwar al-Sabah, masih keluarga Emirat Kuwait, tak termasuk. Pembajak juga mengizinkan Dokter Qassemi dari Iran memeriksa 6 penumpang yang sakit, 2 di antaranya wanita. Siapa pembajak itu, Dokter? Tak ada jawaban, wajah mereka dibalut topeng. Mestinya mereka termasuk golongan terpelajar, karena berbahasa Mala Inggris dengan baik. Pukul 15.00 GMT atau pukul 10 malam WIB Rabu pekan lalu adalah batas waktu tuntutan pembajak. Ternyata, tak terdengar ledakan, tak terjadi apa pun. Pesawat Kuwalt Airways masih utuh. Esok paginya, Kamis, 32 penumpang menyusul dibebaskan. Sisanya tetap di pesawat dan akan diperlakukan sebagai tahanan politik, kata pembajak. Dan batas waktu diperpanjang sampai pukul 08.30 GMT (15.30 WIB). Pembajak juga melunakkan ancaman mereka. Tak lagi akan meledakkan pesawat, hanya akan menerbangkan pesawat kembali bila tuntutan tak dipenuhi. Rupanya, kesan para sandera yang dibebaskan, bahwa para pembajak baik hati dan ramah, ada benarnya. Batas waktu yang baru pun terlewati. Kali ini tak ada reaksi dari pembajak. Tapi tepat pukul 18.30 WIB, mesiu mulai bicara: lima tembakan mendesing ke arah pasukan keamanan Iran. Lalu terdengar perintah, agar pada pukul 20.30 GMT (atau setengah lima subuh WIB pada hari Jumat) landas pacu dibersihkan, pesawat diisi bahan bakar, karena mereka hendak terbang. Kali ini pihak Iran setuju memberikan bahan bakar. Tapi pada waktu yang diminta, ternyata landasan pacu tetap diblokir. Perunding Iran minta agar pembajak lebih bersabar. Mereka dibujuk, kalau mau menunda keberangkatan, mungkin pemerintah Kuwait bisa dipengaruhi untuk memenuhi tuntutan mereka. Pembajak setuju, dan bersedia memberi waktu sampai Jumat pukul 6 pagi waktu setempat (09.30 WIB). Setelah molor lagi sekitar dua setengah jam, pembajak mulai beraksi. Pilot diperintahkan menyalakan mesin. Siap terbang? Ternyata tidak, karena pembajak berjanji bersedia menunda keberangkatan kalau tim perunding Iran bersedia memberi tahu hasil tawar-menawar dengan pemerintah Kuwait. Pihak Iran tak menjawab. Sebaik-baiknya pembajak tetap pembajak juga. Pada pukul 10 waktu setempat (13.30 WIB) seorang penumpang tiba-tiba dihajar, lalu pembajak melepaskan tiga tembakan peringatan. Seorang penumpang diseret dan dilemparkan ke tangga pesawat. Setelah itu, suasana seperti normal lagi, sampai sebuah granat dilemparkan ke luar pesawat setengah jam kemudian, meledak di landasan. Maka, Iran pun memerintahkan semua blokade di landasan pacu disingkirkan. Tepat pukul 11.15 waktu setempat (14.45 WIB) pesawat lepas landas dan menghilang ke arah barat. Setelah hampir tiga jam terbang, pada pukul 13.58 (16.58 WIB) suara pilot tiba-tiba terdengar oleh petugas menara kontrol pelabuhan udara Beirut. Dia mengiba-iba agar diizinkan mendarat. "Mereka memaksa saya mendarat. Tolong beri jawaban." ujarnya. Tapi tak sedikit pun jawaban dari menara itu. Jawaban yang baru datang sejam kemudian bukan suara manusia, tapi mortir. Dua buah tembakan mortir antipesawat udara pasukan Syria, yang berkuasa penuh terhadap pelabuhan udara Beirut, menggema. Saat itu pesawat sudah tujuh kali berputar di atas Beirut. Lalu terdengar suara terisak-isak seorang wanita di radio, memohon dengan sangat agar diizinkan mendarat. "Kalian hanya membuang-buang waktu," jawab petugas. Sekitar setengah jam kemudian, pembajak mengancam akan nekat menubrukkan pesawat ke pelabuhan udara itu. Tiba-tiba pesawat menukik menuju landasan pacuan dan wuusss . . . melesat lagi ke udara. Pesawat menghilang sampai muncul lagi dan mendarat di pelabuhan udara internasional Larnaca di Siprus 2 1/2 jam kemudian. Menjelang subuh keesokan harinya. Sabtu pekan lalu, pembajak minta bahan bakar untuk melanjutkan penerbangan. Kalau tidak, para penumpang akandibantai satu per satu. Batas waktu ditetapkan satu jam. Tapi baru beberapa menit seorang penumpang dipukul, disusul dengan permintaan pembajak bertemu dengan Menlu Siprus, George Iacovou, atau Mendagri Christodoulos Veniamin. Setelah permintaan tak diacuhkan, mereka hanya minta bertemu dengan 3 wartawan berbahasa Arah untuk mengumumkan sebuah pernyataan politik. Dan pembajak mengancam akan membunuh seorang penumpang kalau pcsawat tak diisi bahan hakar pada pukul 07.00 GMT (14.00 WIB). Patas waktu itu kemudian diundur lagi sampai tiga kali. terakhir pukul 08.30 GMT (15.30 WIB). Karena selama ini pembajak seolah hanya main gertak, seluruh dunia mungkin menduga pembajak tak akan benar-benar melaksanakan ancaman Tapi tidak. Kali ini, pada batas waktu ketiga. benar-benar ada "dor". Seorang penumpang kebangsaan Kuwait ditembak, dan dan langsung dilemparkan keluar dari pesawat. "Saya tidak main-main. Saya tidak tak punya pilihan. Seorang penumpang harus mati," ujar pembajak kepada menara kontrol. Lalu mereka minta ambulans untuk mengangkut jenazah. Sandera yang ditembak itu tangannya terikat d belakang, di kepalanya bersarang tiga butir peluru, lehernya parah. badannya penuh luka. Diperkirakan dia sudah digebuki habis-habisan 18 sampai 24 jam sebelum menemui ajal. Ia seorang perwira militer Kuwait, ternyata. Menurut Menteri Penerangan Kuwait Sheik Jaber Muhammad al-lamad, korban adalah salah satu dari tiga perwira militer Kuwait yang pulang berlibur lari Bangkok. Sementara itu, spekulasi bahwa pembajak akan memanfaatkan tiga sandera dan keluarga kerajaan sebagai tumbal mungkin tak akan ada hasilnya. Mereka tak dianggap Istimewa oleh pemerintah Kuwait. Dalam peristiwa ini, "mereka dianggap sebagai rakyat biasa." . Yang jadi pertanyaan kini, mengapa pesawat mendarat di Siprus. Di negeri yang pertahanannya tergantung Inggris ini bercokol sekitar 5.000 tentara Inggris. Dan kabarnya, begitu jatuh korban pembajakan, satuan elite Inggris SAS (Special Air Servce) yang ditempatkan di Larnaca mendadak diperintahkan siaga penuh. Siapa tahu, pendaratan di Larnaca memang taktik pilot Kuwait Airways untuk mencari pembebasan. Tapi rupanya pembajak menyadari situasi itu. Buktinya, mereka lalu memasang jaringan kabel di bagian dalam pesawat, yang kalau tersentuh sedikit saja akan langsung meledakkan serangkaian bom. Sampai hari Minggu malam pekan ini situasi boleh dibilang tenang. Malah hari itu ada pembebasan sandera lagi sebanyak 31 orang. Perundingan antara dua pejabat lembaga penerbangan sipil Siprus serta wakil kepala perwakilan PLO di Siprus, Malaz Abdo, dan pembajak tak menghasilkan banyak. Hanya seorang sandera dilepas: seorang Kuwait yang sudah uzur. Dan para pembajak tak lagi bersuara keras. "Mereka bilang semoga kami (perunding dan pemerintah Siprus) malam ini bisa tidur nyenyak," ujar juru bicara pemerintah Siprus. Perundingan buntu pada satu hal: pembajak menghendaki pesawat diisi bahan bakar tanpa imbalan apa pun. Sedangkan pemerintah Siprus menghendaki semua penumpang harus dibebaskan dulu, baru pesawat diisi. Sementara itu, di luar pesawat, di Libanon, kelompok Hizbullah Libanon, yang diduga keras berada di belakang peristiwa ini (lihat Dengan Teror Menyulut Revolusi), sehari setelah pesawat mendarat di Larnaca, mengeluarkan ancaman. Semua korban penculikan akan dibunuh kalau pemerintah Siprus nekat menyerang pesawat. Esoknya, Senin pagi pekan ini, sesuai dengan permintaan pembajak, sebuah AC baru dipasang di pesawat, menggantikan AC lama, yang kata pilot rusak. Tapi pesawat pendingin ruang dipasang, tampaknya para pembajak justru semakin panas. Sore harinya, pistol pembajak kembali meletus, korban pun bertambah seorang. Korban tak bisa dikenali, karena kepalanya berantakan. Dia dieksekusi beberapa saat setelah lewat batas waktu pukul 11.00 GMT (18.00 WIB). Entah siapa korban berikut. Yang pasti masih ada sekitar 30 orang Kuwait di pesawat. Sementara itu, para petugas keamanan Muangthai kini sibuk mencari seorang Arab bernama Bader al-Bader. Dia dicurigai karena pada hari pembajakan, 5 April, dua kali ia menunda penerbangannya. Dari Don Muang, bandara Bangkok, kemudian diketahui 4 penumpang Kuwait Airways yang dibajak memakai paspor palsu Bahrain atas nama Jomar Zaid al-Nakhla Hamad al-Jalwal, Hamdan Rashed al-Fawar, dan Ahmad Jabal al-Mansour. Mereka tiba di Bangkok dengan pesawat, di hari dan menginap di hotel yang berlainan. Diduga keras merekalah pembajak itu. Adapun soal pistol dan granat pembajak, wakil kepala kepolisian Muangthai, Mayor Jenderal Opas Rattanasin, punya teori. Kataya, para pembajak terbang dari negara lain, lalu mengambil senjata di ruang transit. Sebab, semua penumpang transit tak diperiksa lagi. Atau para petugas memang tak memeriksa bawaan penumpang. Jika tuntutannya tak dipenuhi, para pembajak akan nekat menjatuhkan pesawat ke Istana Emir Kuwait. Praginanto, Yudhi Soerjoatmodjo (London), Djafar Bushiri (Kairo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini