Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dengan teror menyulut revolusi

Kelompok hizbullah libanon diduga sebagai pelaku pembajakan pesawat terbang boeing 747 kuwait airways ku 422. kelompok inilah yang paling radikal di antara kekuatan syiah di timur tengah.

16 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPAKAH para pembunuh itu? Hingga mereka menembak mati seorang perwira keamanan Kuwait dan melemparkannya ke luar pesawat, para pembajak itu tetap menyembunyikan identitasnya. Seorang sandera yang dilepaskan, Laela Hesham, wanita Palestina yang bekerja di maskapai penerbangan Kuwait di Kairo, menciri mereka sebagai orang-orang Libanon. Mereka memang berbahasa Arab formal, tapi dialeknya kentara benar dialek Arab Libanon, kata Laela kepada koresponden TEMPO di Kairo. Lalu bila mereka menuntut pembebasan 17 "tahanan politik" di Kuwait, mestilah mereka musuh Kuwait. Dan itulah Syiah. Di Libanon kini, kelompok bersenjata Syiah terbagi dua. Amal Syiah yang terbentuknya didukung oleh Bapak Spiritual Syiah Musa al-Sadr, pada 1975, dan sejak 1980 dipimpin oleh Nabih Berri, yang nasionalis dan sekuler. Syiah yang lain adalah Hizbullah Libanon yang didirikan Syeikh Muhammad Husain Fadlallah pada 1982, yang bermarkas di Beirut Barat. Sebenarnya, sebelum Hizbullah berdiri, lahir gerakan Amal Islami yang dipimpin oleh Husain Musawi. Amal Islami boleh dikata sempalan Amal Syiah, karena guru sekolah dari Lembah Bekaa itu, Husain Musawi, tak sependapat dengan Berri, yang bersedia mengadakan gencatan senjata dengan pihak Kristen di Libanon. Sikap ini persis sama dengan sikap Hizbullah Libanon. Maka, mereka pun berdiri di satu kubu. Bila sementara itu Berri bersedia berkompromi dengan pihak Phalangis, Kristen Libanon, itu mencerminkan sikapnya yang kurang radikal. Rasanya, tak mungkin kini Amal Syiah melakukan kekerasan. Bagi Berri kini, agaknya perdamaian di Libanon adalah segalanya. Kuat dugaan, seperti juga ditulis oleh tabloid Arab Saudi Okaz, bahwa para pembajak Boeing 747 Kuwait adalah orang-orang dari kubu Hizbullah (Partai Allah' Libanon. Yang mereka minta agar dibebas kan, 17 "tahanan politik" di Kuwait mereka sebut-sebut "sebagian meleka adalah teman-teman kami" - adalah kelompok Al-Dawa, atau lengkapnya Al-Dawa Al-Islami, kelompok oposisi keagamaan di Irah yang dilarang. Di zaman Fadlallah masih d Najef, Irak--pusat gerakan Syiah sebelun lahir Republik Islam Iran - Al-Dawa deka dengan tokoh itu. Sangat masuk akal bil kini Fadlallah berdiri di belakang pembajakan. Satu hal lagi memperkuat tudingan terha dap Hizbullah. Kamis pekan lalu, 37 orang Hizbullah diam-diam berangkat ke Teheran dengan paspor palsu. Kabarnya, keberangkatan mereka untuk menggantikan para pembajak yang sudah letih. Sialnya, ketika mereka tiba di Teheran, pesawat sudah terbang menuju Beirut (tapi tak mendapat izin mendarat, akhirnya mendarat di Larnaca, Siprus). Hizbullah Libanon memang tumbuh semakin radikal. "Revolusi Islam harus sukses di Libanon," itulah semboyan Partai Allah ini. Untuk itu, mereka siap bertempur melawan siapa pun, dan terus gencar berkampanye agar Islam Libanon bersatu untuk menggusur orang Kristen dari pemerintahan - yang sejak kemerdekaan Libanon pada 1943 selalu menguasai kursi presiden. Yang jelas, sejak kubu Syiah pecah, kekerasan dan teror di Timur Tengah umumnya, dan Libanon khususnya, sebagian besar dikaitkan dengan aksi Hizbullah. Munculnya pasukan bunuh diri, semacam kamikaze Jepang di Perang Dunia II, sebulan setelah gencatan senjata September 1983 menambah warna teror di Timur Tengah semakm hitam. Aksi pertama pasukan bunuh diri berlangsung di tahun itu juga Sebuah truk penuh bom diserudukkan ke barak marinir AS dan kontingen pasukan perdamaian Prancis di Beirut. Tentu, sang sopir jadi berkepingkeping, tewas bersama 258 marinir AS dan 57 serdadu Prancis. Waktu itu Fadlallah langsung menyangkal tuduhan bahwa dialah yang memberikan komando serangan bunuh diri tersebut. Tapi belum lama ini kepada majalah Middle East Insight, dia tak secara tegas menyangkal. Katanya, tentang truk berbom itu, "Serangan bunuh diri adalah bentuk lain perjuangan. " Setelah Beirut, giliran Kuwait City, ibu kota Kuwait. Menjelan perinatan hari Maulud, sebuah truk bermuatan bom tiba-tiba nyelonong ke kedutaan besar AS, dan meruntuhkan sebuah bangunan bertingkat tiga, tak jauh dari gedung induk. Tak sampai setengah jam kemudian, serangan serupa menghajar kedutaan besar Prancis, di kota itu juga. Tak hanya itu Tampaknya, Kuwait City terpilih jadi ajang berkiprahnya teroris. Hari itu kota ini bagaikan dalam suasana perang. Selain dua truk berbom, masih ada lima buah bom waktu ditaruh di berbagai tempat, yang meledak berurutan dengan selang waktu sekitar satu setengah jam. Hanya satu yang tak meledak, yaitu yang dipasang di depan kantor imigrasi. Lainnya, di instalasi petrokimia, di bawah menara kontrol bandar udara internasional Kuwait, di kantor Kementerian Tenaga Listrik dan Air, dan di kompleks perumahan warga AS - bom menggelegar menewaskan 4 orang dan melukai 61 yang lain. Semua korban orang Kuwait, tak ada warga asing. Dari sepotong ujung jari yang ditemukan dalam reruntuhan gedung di kedubes AS dinas intelijen AS, CIA, menemukan identitas pemiliknya, dan ternyata dia dari kelompok Al-Dawa. Dua pekan kemudian, 17 pelaku pengeboman diringkus pemerintah Kuwait. Dan benar, mereka orang Irak anggota Al-Dawa Al-Islami. Hanya satu orang yang bukan orang Irak, yaitu Elias Fuad Saib, orang Kristen Libanon yang bertindak sebagai teknikus peledakan. Mereka inilah yang oleh para pembajak dimintakan pembebasan. Setelah itu menyusul sejumlah gerakan teror guna membebaskan ke-17 Al-Dawa yang ditahan di Kuwait. Pada 5 Desember 1984, sebuah pesawat penumpang Kuwait dibajak dan dipaksa mendarat di Teheran. Para pembajak menuntut agar 17 pelaku rentetan pengeboman di Kuwait tahun sebelumnya dibebaskan. Gagal. Seminggu kemudian, para pembajak yang diduga berasal dari kelompok Hizbullah itu menyerah pada pemerintah Iran. Lima bulan berikutnya, sasaran langsung ditujukan pada Emir Kuwait Sheik Jaber al-Ahmed al-Sabah. Caranya, sebuah mobil berisi bom yang dikendalikan dari jarak jauh diparkir di pinggir jalan, yang diperkirakan akan dilalui oleh sang emir. Gagal lagi. Ledakan bom itu ternyata tak sanggup menghancurkan sedan sang emir yang berlapis baja dan dilengkapi kaca tahan peluru. Diduga, inilah gaya teroris membalas dendam. Upaya membebaskan para peledakan bom di Kuwait terus dilakukan. Sebuah pesawat penumpang AS Trans World Airlines, yang dibajak dari pelabuhan udara Athena di Yunani, dipaksa mendarat di Beirut. Tuntutan para pembajak, ya itu tadi, pembebasan 17 rekannya dari penjara Kuwait. Untuk kali ini Nabih Berri campur tangan. Ia jadi juru penengah. Dan ia berhasil, kendati dua penumpang - keduanya warga AS - tewas ditembus peluru pembajak. Sebagai ganti tuntutan pembajak atas pembebasan 17 teroris dari penjara Kuwait, 300 tawanan Syiah di Israel dibebaskan. Sementara banyak pihak, antara lain Israel dan AS, memuji-muji Nabih Berri - kendati keberhasilannya tak lepas dari dukungan Presiden Syria Hafez al-Assad - Iran, Hizbullah Libanon, dan Amal Islami tetap dingin. Tak mengherankan bila dari rentetan semua itu, dalam pembajakan Boeing 747 Kuwait kini pun tudingan orang tertuju pada Hizbullah. Lebih dari kelompok Syiah Libanon yang lain, Hizbullah memang dituduh sebagai pengikut Ayatullah Khomeini. Ketika kelompok ini baru lahir, tokoh-tokohnya Subhi Tufaili, Abbas Musawi Ibrahim Amin, dan Hasan Nasr Allah - diisukan sebaga,anak-anak binaan Khomeim yang ditugasi melancarkan revolusi Islam di Libanon. Isu itu makin hangat ketika Khomeini mengirimkan seribu anggota Pasdaran (Pengawal Revolusi Iran) ke Libanon, tak lama setelah Hizbullah berdiri. Misi pengiriman ini membantu Hizbullah melawan Israel, yang pada 1978 dan Juni 1982 mengadakan invasi ke Beirut dengan dalih, membantu milisi Kristen melawan orang Pestina dan kelompok Syiah. Tapi tak ditemukan bukti keterlibatan Pasdaran dalam pertempuran melawan Israel. Bisa jadi, mereka hanya dipaki untuk.melatih milisi Hizbullah. Bagaimanapun, sejak saat itu Hizbullah makin garang. Bahkan dalam waktu kurang dari dua tahun, pengaruhnya mulai menohok Beirut. Padahal, sebelumnya pengaruh Hizbullah hanya terasa di daerah pedesaan Libanon Selatan. Nabih Berri tentu kecut melihat perkembangan tak terduga itu, apalagi dia Juga menyadari makin banyak anggotanya yang masuk Hizbullah. Sebaliknya, milisi Hizbullah makin berani mengejek dan memaki Amal Syiah di muka umum sebagai antek Amerika. Maka, pada pertenahan 1984 konflik politik kedua seteru itu pecah jadi perang sungguhan di jalanan. Memang, perang itu tak sempat berkobar lebih dahsyat, lantaran Nabih Berri langsung mengajak Fadlallah berdamai dan berunding untuk bersekutu kembali. Perang memang terhenti, tapi persekutuan tak terwujud. Nabih Berri, yang sekuler itu, sampai sekarang menolak rencana pendirian negara Islam. Itulah dasar permusuhan Fadlallah dan Musavi dengan Nabih Berri, tokoh yang perlente. Ia tak hanya bersedia menerima presiden Kristen, tapi juga mengirim seluruh keluarganya untuk bermukim di AS. Sebagai seorang nasionalis ia tak menghendaki kehadiran pasukan PLO di Libanon. Itu akan lebih merusuhkan Libanon, katanya suatu saat. Bila Husain Musavi dan Fadlallah semakin sengit terhadap Berri, karena tersebut terakhir itu tak keberatan siapa pun yang memerintah Libanon. Baginya yang penting perdamaian di Libanon terwujud. Memang, sejauh ini pernyataan eksklusi dari pihak Hizbullah Libanon belum terdengar. Boleh jadi, akan ada kelompok sempalan lain yang mengaku merekalah yang bertanggung jawab atas pembajakan itu. Seandainya begitu, kelompok ini kemungkinan besar berada di bawah naungan Hizbullah. Setidaknya, mereka berada di kubu Partai Allah Libanon itu. Sebab, sejauh ini kekuatan pro-Iran berada di bawal pengaruh Dewan Tertinggi Bevolus Islam Irak, yang dlpimpin oleh Mu hammad Bager al-Hakim - yang disebut-sebut sebagai Khomeininy Irak. Yang jelas, sebagaimana bunyi tun tutan, para pembajak itu, sahabat sahabat Al-Dawa Al-Islami, yang tak takut menubrukkan truk berisi penuh bom untuk menghancurkan musuh Kata mereka, itulah syahid. Prg., (Jakarta) & Dja'far Bushiri (Kairo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus