BENARKAH Tibet merupakan bagian tak terpisahkan dari RRC, seperti yang selalu diklaim Cina? Dan benarkah bahwa kenyataan itu didukung sejarah? Jika dikaji lebih cermat, klaim RRC jelas tak kuat. Tibet lebih merupakan korban dari posisi yang tak menguntungkan: letak geografisnya sangat penting untuk sekuriti Cina. Baik dari segi etnis maupun kultural, tak ada pertalian antara Cina dan Tibet. Pengaruh kebudayaan Cina di sana tak terasa. Bahkan dalam perkembangan Budhisme, Tibet mengambil jalan yang berlawanan dengan Cina (lihat Agama). Terletak di dataran tinggi, Tibet berbatasan dengan India, Pakistan, Burma, Nepal, Sikkim, dan Bhutan. Dengan menguasai Tibet akan mudah bagi Cina untuk mengecek kemungkinan serangan dari India ataupun dari Uni Soviet lewat Mongolia. Sebelum adanya campur tangan Cina, Tibet merupakan negara yang berdaulat. Persentuhannya dengan Cina terjadi pada pertengahan abad VII, ketika seorang rajanya, Songtsen Gampo, menikahi putri Cina yang bernama Wen Cheng. Menjelang abad VIII, kerajaan Tibet meluas sampai Kashmir, sebagian Cina, Sikkim, Bhutan, Nepal, dan Burma. Kekaisaran Tang di Cina berkeberatan atas ekspansi ini. Tapi tentara Tibet menyerangnya (763), malah hampir menghancurkan ibu kota Tang. Pada tahun 1720, Kaisar Kangxi dari dinasti Qing menyerang Tibet, hingga negeri di atap dunia itu menjadi salah satu negara takluk yang ada di bawah Cina. Penguasaan Cina atas Tibet terputus ketika Cina sendiri menjadi jajahan bangsa-bangsa Barat. Malah ketika Republik Cina berdiri, 1911, Tibet dikuasai Inggris. RRC mengklaim Tibet pada tahun 1951 dengan mengirimkan tentara ke sana. Tapi statusnya waktu itu masih "bebas", karena Dalai Lama masih diakui sebagai pemimpin negara dan agama. Pemberontakan besar terjadi pada 1959, dan ditindas dengan kejam. Petani diharuskan menanam gandum -- tidak cocok untuk iklim dan tanah di sana -- hingga terjadi wabah kelaparan. Sebanyak 1,2 juta jiwa tewas di kamp-kamp, lebih dari 6.000 kuil Buddha dihancurkan. Dalai Lama dengan pengikutnya mengungsi ke India. Tangan besi Cina melonggar akhir 1970-an, ketika RRC memperkenalkan liberalisasi politik dan ekonomi. Bahkan Hu Yao-bang merintis perundingan dengan Dalai Lama, hanya saja gagal. Sementara itu, warga Cina -- dengan iming-iming gaji tiga kali lebih besar -- dikirim ke Tibet, hingga jumlahnya kini lebih besar dari penduduk asli (7,5 juta : 6 juta). Harus diakui, orang Tibet kini menjadi warga kelas dua di negerinya sendiri. Bahwa Tibet mudah dikuasai kekuatan asing juga terpulang pada kondisi dan situasi di sana. Dalai Lama dan Panchen Lama selalu bertentangan. Menurut kepercayaan sana, Dalai adalah penjelmaan Avalokitecvara, tingkat yang tah mungkin lagi menitis, sedangkan Panchen hanya penjelmaan Amithaba yang lebih rendah. Dengan menyingkirnya Dalai ke India, Cina mengangkat Panchen sebagai bonekanya. A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini