Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengkritik kerja sama militer trilateral antara Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan karena hanya meningkatkan ketegangan di kawasan. Pyongyang pun berjanji akan melakukan tindakan perlawanan, termasuk mengembangkan kekuatan nuklir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kim mengatakan pengerahan seluruh aset strategis nuklir, latihan perang dan kerja sama militer dengan Jepang dan Korea Selatan bisa menciptakan ketidakseimbangan di kawasan dan meningkatkan tantangan besar terhadap keamanan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Korea Utara tidak menginginkan ketegangan di kawasan, namun jelas akan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk memastikan kestabilan militer di kawasan,” kata Kim, seperti diwartakan kantor berita KCNA, Minggu, 9 Februari 2025.
Sebelumnya pada Jumat, 7 Februari 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump rapat dengan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, untuk membahas hubungan dengan Korea Utara karena kedua negara waswas dengan program nuklir Pyongyang. Menanggapi hal ini, Kim mengatakan mengembangkan kekuatan nuklir adalah kebijakan Korea Utara yang tak tergoyahkan.
“Militer dan warga Korea Utara akan selalu mendorong kedaulatan negara, keamanan dan integritas wilayah sesuai dengan semangat kemitraan strategis antara Korea Utara dan Rusia,” kata Kim merujuk pada perang Ukraina.
Pada bulan lalu, Korea Selatan mengutarakan kecurigaan terhadap Pyongyang yang sedang mempersiapkan pengiriman lebih banyak tentara ke Rusia. Diperkirakan sekitar 11 ribu tentara Korea Utara sudah dikirim ke Rusia untuk bertempur dalam perang Ukraina yang sudah berkecamuk selama tiga tahun.
Sebelumnya pada 12 Januari 2025, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) mengkonfirmasi Ukraina telah menangkap dua tentara Korea Utara yang terluka di Rusia, setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan mereka sedang diinterogasi. Kyiv pada Sabtu tidak menunjukkan bukti langsung bahwa orang-orang yang ditangkap adalah tentara Korea Utara dan tidak dapat secara independen memverifikasi kewarganegaraan mereka. Namun, konfirmasi Korea Selatan menambah bobot pada pengakuan Kyiv, sementara baik Rusia maupun Korea Utara belum mau berkomentar perihal ini.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Jurnalis Investigasi Global Kecam Pemotongan Dana USAID
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini