JUMAT siang yang terik itu, kipas angin besar di langit-langit kantor Kolonel Rabuka berputar pelan saat pelantikan 19 anggota dewan eksekutif. Mengambil tempat di bekas kediaman gubernur jenderal, pelantikan dilakukan oleh Rabuka, sementara para anggota -- yang mengenakan busana tradisional Fiji -- secara khidmat mengangkat sumpah (18 orang secara Kristen dan seorang Islam). Tiga hari sebelumnya, sang kolonel resmi memproklamasikan Fiji sebagai republik. Perubahan bentuk pemerintahan ini merupakan klimaks dari serangkaian pembangkangan Rabuka terhadap Ratu Inggris Elizabeth II, kepala negara Fiji yang lama. Selain menobatkan diri sebagai pejabat sementara presiden Fiji, Rabuka juga memegang pos kementerian dalam negeri. Sedang mayoritas anggota dewan eksekutif, yang akan berfungsi sebagai menteri, jatuh pada para pemimpin gerakan militan Nasionalis "Takue". Satu-satunya warga keturunan India yang diangkat Rabuka, Ny. Irene Jai Narayan menolak dilantik. Wanita yang ditunjuk menangani urusan keturunan India ini keberatan, karena ia tidak dihubungi sebelumnya. Kepada Reuters Ny. Narayan menyatakan akan menentukan sikap setelah berembuk dengan pemimpin Partai Aliansi, bekas PM Ratu Sir Kamisese Mara. Dalam upaya mengatasi kemelut politik yang melanda Fiji, Mara Kamis pekan lalu mendadak berangkat ke London. Ia diutus untuk mencegah agar Fiji tidak dikeluarkan dari Masyarakat Persemakmuran, tapi misinya diduga gagal. Bukan saja karena Ratu Elizabeth tak mengakui Rabuka, tapi juga karena Baginda menolak bertemu Mara. Sang Ratu bertolak ke Vancouver, menghadiri sidang Persemakmuran yang berlangsung pekan ini. Kepergian Mara ke London, selain didukung Gubernur Jenderal Ratu Sir Penaia Ganilau, juga direstui Rabuka. Tampaknya, kolonel itu ngeri kalau Fiji benar-benar didepak dari Masyarakat Persemakmuran. Bantuan yang diterima Fiji dari organisasi negara-negara bekas koloni Inggris itu cukup besar. Selandia Baru misalnya, yang menyetop bantuan US$ 3,7 juta. Inggris juga akan menghentlkan bantuan US$ 6,5 juta. Selama ini jika negara anggota berubah statusnya menjadi republik, maka ia harus mendaftar ulang, memohon keanggotaan baru. Tapi mengingat aksi Rabuka -- yang condong menjadikan keturunan India sebagai warga kelas dua di Fiji -- dinilai bersifat rasialis, tampaknya harapan tipis. Kasus serupa pernah terjadi atas Afrika Selatan yang akhirnya rontok dari Persemakmuran, 1961. Sementara itu, Rabuka Sabtu lalu menawarkan jabatan presiden pertama Fiji kepada Mara. "Jika beliau menolak, apa boleh buat Fiji tak akan mempunyai presiden untuk sementara waktu," kata Rabuka. Seperti sudah diramalkan, eksodus orang-orang India mulai terjadi. Mereka membanjiri kantor imgirasi dan sejumlah perwakilan bank asing di Suva, ibu kota Fiji. Diperkirakan 300.000 warga India bakal hengkang dari Fiji. Dampak eksodus India yang mendominasi perekonomian Fiji kini mulai terasa. Cadangan devisa Fiji anjlok separuhnya dari US$ 200 juta. Selain itu Rabuka mendevaluasi mata uang Fiji, yang kedua tahun ini sejak kudeta pertama Mei silam. Berita terakhir menyebutkan bahwa Kerajaan Tonga, tetangga terdekat Fiji di Pasifik Selatan, telah mengakui republik ciptaan Rabuka. Ini adalah pengakuan pertama dan datang dari sebuah negara yang tidak punya hubungan diplomatik dengan Fiji. Farida Sendjaja, laporan kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini