Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sekarang tembak di tempat

Kelompok gerakan pembebasan macan tamil eelam, ltte mengamuk & kerusuhan berkobar. tentara india yang di tempatkan di sri lanka dikerahkan, dengan instruksi langsung dari india, untuk membantu sri lanka.

17 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Sekarang tembak di tempat
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DI Trincomale, kabut turun bersama bau mesiu. Di bekas kota pelabuhan terpenting di Sri Lanka itu, kelompok militan Tamil meledakkan ranjau darat Jumat pekan lalu. Seorang serdadu pemerintah tewas, dua lainnya terluka. Dan ini hanya satu bagian dari serangkaian baku tembak antara ekstremis Tamil dan pribumi Sinhala. Perjanjian gencatan senjata, yang ditandatangani pihak India dan Sri Lanka 29 Juli lalu, praktis kehilangan wibawa. Dalam persetujuan tersebut, Gerakan Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE), memang tak diikutsertakan. Rasa tersinggung pun tumbuh, lalu berubah jadi amarah besar, ketika mereka mendengar bahwa 13 dari 17 anggota Macan yang disekap pemerintah melakukan bunuh diri Senin pekan lalu, dengan menelan kapsul sianida. Maka, Selasa malamnya, terjadi banjir darah. Laporan dari Kolombo menyebutkan, sebuah kereta dari arah Batticaloa yang tengah menuju ibu kota dihadang para Macan. Penumpang keturunan Sinhala lantas diberondong dengan senapan. Sebelum itu, di Distrik Batticaloa, tak kurang dari 59 orang Sinhala mereka hajar. Pencegatan bis juga terjadi, lalu beberapa desa berpenduduk Sinhala tak luput dari sasaran. Dan kerusuhan berubah jadi arena pelampiasan dendam. Jumlah korban yang jatuh mencapai 200 orang. Maka, Kamis malam pekan lalu, pasukan India mulai bergerak. Di samping dua Tamil yang tewas ada 400 orang dari mereka yang ditangkap termasuk Velupillai Prabhakaran, pentolan Macan Tamil tapi ini belum terkonfirmasikan. Entah bagaimana, pasukan Sri Lanka, yang seharusnya tinggal di barak sesuai dengan perjanjian 29 Juli, justru terseret ke arena berdarah itu. Jam malam pun diberlakukan. Kepada tentara India -- seluruhnya lebih dari 15 ribu personel -- instruksi baru dari New Delhi, yang turun Rabu, memang jelas. Setegas kedatangan Jenderal Depinder Singh, komandan militer tertinggi di India selatan, untuk memimpin operasi. "Segala langkah apa pun, kalau memang perlu, bisa dilaksanakan," kata seorang juru bicara militer. Dan itu bisa berarti, "Tembak di tempat, jika seseorang tertangkap tangan melakukan tindak kekerasan." Seruan itu tidak mengacu langsung pada gerilyawan Tamil, tak lama karena pemerintah India harus menimbang kepentingan Tamil Nadu, satu wilayah di selatan, yang bisa rawan. Keesokan harinya Menteri Pertahanan India K.C. Pant terbang ke Kolombo, untuk berunding lebih jauh dengan penguasa setempat. Sementara itu, pemerintahan Junius R. Jayawardene dirongrong gencar, baik di parlemen maupun di jalanan. Kalangan oposisi seperti punya peluang untuk menyerang. Dalam sidang parlemen, para wakil yang membawa suara pemerintah meninggalkan ruangan, menghindari desakan oposisi yang mau berdebat tentang seluk beluk kerusuhan. Tak cukup itu, di kantor Persatuan Buruh, organ partai yang berkuasa, Jumat pagi sebuah bom meledak. Tiga orang tewas, 10 terluka. Tuduhan segera dijatuhkan kepada Front Pembebasan Rakyat, kelompok keras yang membela pribumi Sinhala. Dalam penilaian Front ini, pemerintah Jayawardene terlalu lunak menghadapi ekstremis Tamil. Keadaan cukup eksplosif hingga Presiden Jayawardene membatalkan keberangkatannya ke Kanada, untuk sidang Masyarakat Persemakmuran di sana. Tak mungkin ia meninggalkan rakyatnya yang, kata seorang diplomat di Kolombo, "Sudah mulai putus asa." Yang tampaknya juga harus ditunda adalah tawaran PM Ranasinghe Premadasa, berkaitan dengan fasilitas bebas pajak bagi investor asing yang akan menamam modal di kawasan EPZ (Export Processing Zones). Inflasi memang belum parah (7%), tapi pertumbuhan ekonomi harus dipacu, suatu hal yang rupanya muskil dalam kemelut berdarah yang tampaknya belum akan segera berakhir itu. M.C., kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus