Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Korea Selatan menderita kekurangan dokter anak, sebagian akibat dari tingkat kelahiran terendah di dunia. Seperti dilansir Reuters Kamis 6 Juli 2023, hal ini membuat rumah sakit tidak dapat mengisi pos dokter anak dan meningkatkan risiko kesehatan anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah klinik anak dan rumah sakit di ibu kota turun 12,5 persen selama lima tahun hingga 2022, menjadi hanya 456.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama periode yang sama, jumlah klinik psikiatri meningkat 76,8 persen, sementara pusat anestesiologi mengalami peningkatan 41,2 persen, menurut Seoul Institute, sebuah wadah pemikir administrasi publik.
Akar masalahnya adalah tingkat kelahiran yang turun menjadi 0,78 pada 2022 - itu adalah jumlah rata-rata bayi yang diharapkan per wanita. Hal ini dikombinasikan dengan kegagalan sistem asuransi untuk beradaptasi dengannya, membuat pediatrik atau kedokteran anak kekurangan sumber daya, kata tujuh dokter anak kepada Reuters.
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korsel mengakui "keterbatasan" dalam sistem dan mengatakan langkah-langkah sedang diterapkan untuk mengatasinya.
Menurut data kementerian, rumah sakit hanya mampu mengamankan layanan 16,3 persen dokter anak pada paruh pertama tahun ini, turun dari 97,4 persen pada 2013.
Bagi orang tua, kekurangan bisa berarti lama menunggu pengobatan untuk anak yang sakit.
Suatu pagi baru-baru ini, ruang tunggu di sebuah rumah sakit di pinggiran Seoul dipenuhi dengan lusinan anak, banyak yang menggunakan infus.
"Kami harus menunggu dua minggu," kata Lee Bo-mi, seorang ibu berusia 35 tahun dengan seorang anak laki-laki berusia 3 tahun yang sakit, di Rumah Sakit Anak Sehat. "Saya sangat takut. Rasanya seperti langit runtuh."
Dr Song Dae-jin di Rumah Sakit Guro Universitas Korea mengatakan dia khawatir kekurangan staf dapat segera melumpuhkan kemampuan timnya untuk memberikan perawatan darurat.
"Kalau begini terus, kami tidak akan bisa bertahan setahun," kata Song. "Ini bukan masalah besar jika penyakit ringan tidak terlihat selama satu atau dua hari, tetapi konsekuensi dari tidak melihat penyakit serius atau pasien darurat pada waktu yang tepat dapat menghancurkan."
Seorang anak laki-laki berusia lima tahun dengan infeksi pernafasan meninggal pada Mei setelah gagal menemukan ranjang rumah sakit, yang memicu kemarahan publik.
"Pasien meninggal saat terpental di beberapa ruang gawat darurat, meninggal bukan karena penyakit serius, itu parodi," kata Dr Choi Yong-jae, wakil presiden Asosiasi Rumah Sakit Anak Korea.
"SAYA KHAWATIR"
Dokter mengatakan masalah biaya rendah khusus untuk pediatri karena sistem asuransi belum direvisi. Ketika lebih banyak bayi tumbuh dewasa, dokter anak dapat mempertahankan model volume tinggi dengan harga rendah, tetapi itu tidak berlaku sekarang.
"Di luar negeri, pemerintah membayar cukup untuk memelihara rumah sakit bahkan jika Anda melihat 20 pasien sehari," kata Dr Lim Hyun-taek, presiden Asosiasi Dokter Anak Korea, yang mengatakan bahwa biaya tidak dinaikkan secara signifikan selama 30 tahun.
"Tapi biayanya sekitar S$10 per perawatan di Korea, jadi klinik harus menangani sekitar 80 pasien sehari."
Sebagai perbandingan, biayanya sekitar A$335 untuk konsultasi standar awal dengan dokter anak Australia. Sementara observasi di Nationwide Children's Hospital di AS biayanya US$208 per jam, menurut situs webnya.
Kementerian kesehatan mengatakan langkah-langkah telah diperkenalkan tahun ini tentang biaya dan kompensasi asuransi untuk melengkapi "batasan". Dikatakan Kemenkes telah mengusulkan lebih banyak pusat kesehatan yang didukung negara dan persyaratan bagi rumah sakit besar untuk mempertahankan perawatan darurat pediatrik.
“Kami memahami bahwa ada pendapat dari para dokter yang mengatakan tidak cukup untuk mengatasi kesulitan di lapangan. Pemerintah berencana untuk terus menerapkan dan terus melengkapi langkah-langkah yang diumumkan tersebut,” katanya.
Data dari Health Insurance Review and Assessment Service menunjukkan dokter anak adalah dokter dengan bayaran terendah di Korea Selatan, 57 persen lebih rendah dari gaji rata-rata dokter.
Rumah Sakit Merasakan Krisis
Rumah Sakit Sowha, rumah sakit anak tertua di Korea Selatan, baru-baru ini menangguhkan perawatan Sabtu sore dan Minggu untuk pertama kalinya dalam 77 tahun karena kekurangan staf.
Beberapa rumah sakit telah mengurangi perawatan malam hari dan menutup ruang gawat darurat anak-anak.
Situasi ini sangat mengkhawatirkan sehingga beberapa pasangan mengatakan hal itu menambah keraguan mereka tentang memiliki bayi. Meskipun ada upaya pemerintah untuk membalikkan penurunan angka kelahiran dengan miliaran dolar per tahun untuk subsidi pengasuhan anak.
"Saya khawatir," kata Kim Eun-ji, seorang ibu berusia 34 tahun dari seorang bayi laki-laki, mengacu pada prospek anak kedua. "Jika jumlah rumah sakit anak berkurang dan jumlah dokter berkurang, akan sulit untuk merawat anak-anak."
"TERLALU BERESIKO"
Senada dengan itu, Lee Ju-yul, profesor administrasi kesehatan di Universitas Namseoul, mengatakan kegagalan mengalokasikan sumber daya untuk perawatan anak, merusak dampak dari jumlah "besar" yang dihabiskan untuk meningkatkan angka kelahiran.
"Kami harus mengambil sebagian anggaran agar orang tua merasa tidak ada kesulitan dengan perawatan kesehatan saat mereka melahirkan," kata Lee.
Asosiasi Pediatri Korea baru-baru ini menyelenggarakan seminar untuk ratusan anggota yang ingin beralih ke bidang baru termasuk bisnis kecantikan yang sedang booming.
REUTERS