Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Trompet Kemenangan Para Jagal

Partai ultranasionalis menang dalam pemilu Serbia. Kebangkitan politik penjahat perang Serbia.

29 Januari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Malam itu merupakan akhir pekan yang memabukkan bagi pendukung Partai Radikal Serbia (SRS) di tepi Ibu Kota Beograd. Setelah meraih suara terbanyak dalam coblosan pemilu parlemen pada siang hari, kelompok orang membuat hiruk-pikuk kawasan tepi Ibu Kota Beograd, Ahad 21 Januari lalu. Trompet khas kaum gipsi ditiup, mercon disulut, klakson mobil dipencet, dan setiap orang memberi hormat khas Serbia dengan tiga jari.

Berdasarkan perhitungan lembaga jajak pendapat independen CeSID, partai ultranasionalis Serbia itu menyabet 28,8 persen suara. Inilah partai yang dipimpin oleh tersangka penjahat perang Balkan, Vojislav Seselj, yang kini disekap Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Di belakang SRS menyusul dua pesaingnya partai pro-Barat, Partai Demokrat, dan partai konservatif Partai Demokrat Serbia. ”Kami menang sebagaimana kami harapkan,” ujar kandidat perdana menteri Partai Radikal, Tomislav Nikolic.

Kemenangan ini memang hanya di atas kertas, karena suara yang diraih partai ini belum cukup untuk meraih tiket membentuk kabinet. Namun, inilah pertama kali kelompok nasionalis radikal meraih suara terbanyak dalam pemilu sejak Slobodan Milosevic tersungkur dari kekuasaannya pada 2000. Sebagian rakyat Serbia tak peduli bujukan Perdana Menteri Tony Blair dan Kanselir Jerman Angela Merkel agar tak memilih Partai Radikal.

Kemenangan Partai Radikal Serbia ini dianggap sebagai kebangkitan kaum ultranasionalis. ”Partai politik pro-Barat gagal lagi mengelabui warga negara Serbia. Sekarang mereka panik,” ujar Nikolic. Ia menuduh Amerika menggunakan Mahkamah Internasional untuk mengganggu rakyat Serbia ketika Vojislav Seselj diperiksa di Den Haag. Sebanyak 30 ribu orang ultranasionalis akhir tahun lalu melampiaskan kemarahan di depan Kedutaan Amerika di Beograd.

Kebangkitan kaum nasionalis radikal Serbia sebenarnya sudah mulai terasa sejak Perdana Menteri Zoran Djindjic dari kelompok reformis pro-Barat dibunuh pada Maret 2003. Diduga, pembunuhan Djindjic buah konspirasi kelompok mafia dengan pendukung Presiden Slobodan Milosevic. Maklum, selain ikut menggulingkan Milosevic, Djindjic-lah yang mengirim Milosevic ke Mahkamah Internasional sebagai terdakwa penjahat perang.

Kursi Djindjic beralih ke Vojislav Kostunica, tokoh partai konservatif Partai Demokrat Serbia. Media Barat menilai Kostunica lebih sebagai seorang nasionalis tinimbang demokrat. Pada kampanye pemilu lalu ia rajin mengumbar retorika nasionalisme, termasuk menentang keinginan mayoritas etnis Albania di Kosovo mendirikan negara merdeka.

Bahkan, sebelum pemilu, Kostunica mengirim surat kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon. Ia menyatakan, membentuk negara untuk etnis Albania di wilayah Serbia adalah melawan keinginan rakyat Serbia. Pemerintahan Kostunica juga menggelar referendum untuk mengesahkan konstitusi baru, Oktober tahun lalu. Konstitusi ini tegas menyatakan Kosovo adalah wilayah Serbia. Hingga saat ini Kosovo masih di bawah kontrol PBB sejak 1999 dengan 16 ribu anggota pasukan NATO.

Sikap nasionalis Kostunica setali tiga uang dengan Partai Radikal Serbia, yang ngotot akan menyatakan wilayah Kosovo sebagai wilayah pendudukan jika NATO memberikan kemerdekaan kepada etnis Albania di wilayah itu. Bagi pendukung ultranasionalis semacam Marco, 22 tahun, Kosovo harus dipertahankan mati-matian. ”Celakalah jika Kosovo merdeka. Saya percaya Partai Radikal Serbia akan menghentikannya,” ujar tukang jagal di Beograd ini.

Nasionalisme rakyat Serbia semacam Marco terluka ketika negara Barat menjadi penyebab Serbia morat-marit, setelah Montenegro memisahkan diri pada Juni tahun lalu, dan kini siap menghapus Kosovo dari peta bumi Serbia. Sikap yang sama muncul pada kasus bekas jenderal Bosnia-Serbia, Ratko Mladic, tersangka kejahatan perang. Pendukung nasionalisme radikal dan Kostunica menentang penyerahan Mladic ke Mahkamah Internasional. Bagi mereka, Mladic adalah pahlawan Serbia. Uni Eropa pun siap menutup pintu untuk keanggotaan Serbia.

Jamak kalau analis menduga menguatnya politik nasionalis radikal saat ini membuka peluang koalisi kelompok moderat konservatif Partai Demokrat Serbia, yang dipimpin Kostunica, dengan Partai Radikal Serbia. Tapi, Partai Radikal menolak berkoalisi. ”Sulit bagi partai nasionalis radikal mencari partner koalisi yang lebih kanan dari mereka,” kata Slobodan Antonic, analis politik dari Universitas Beograd.

Raihul Fadjri (Guardian, BBC, CS Monitor, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus