Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ACARA televisi tersohor American Idol ternyata kalah populer dibanding penampilan Presiden Amerika Serikat George W. Bush. Pidato kenegaraan ketujuh Bush di hadapan Kongres, Selasa malam waktu setempat, atau Rabu pagi pekan silam, mampu menyedot 45,5 juta pemirsa. Sedangkan ajang lomba menyanyi yang terkenal itu hanya ditonton 32,2 juta orang. Demikian menurut laporan Nielsen Media Research. Lembaga survai ini juga menyatakan, dua pidato kenegaraan Bush pada 2007, yang hanya berselang dua minggu, lebih banyak penontonnya ketimbang pidato pada 2006.
Sayangnya, jumlah penonton tidak identik dengan popularitas tokoh yang satu ini. Menurut jajak pendapat yang dikutip The Economist, 65 persen rakyat AS menentang cara kerja Bush, bahkan 51 persen di antaranya menentang sangat keras. Penyebabnya: strategi menang di Irak yang ditandai dengan pengiriman lebih dari 20 ribu tentara AS.
Dalam pidato kenegaraan terakhir untuk 2007—ini artinya kesempatan untuk tampil di dalam pidato kenegaraan tinggal sekali lagi, tahun depan—Bush meminta Kongres memberinya kesempatan menjalankan kebijakan atas Irak. “Perang melawan teroris akan berlanjut terus hingga kita pensiun. Itulah sebabnya kita harus bekerja sama agar bangsa ini melihat keberhasilan usaha kita,” kata Bush. “Enam tahun setelah negara kita diserang teroris, saya berharap dapat menyatakan, bahaya telah berakhir. Ternyata tidak....”
Memang ada beberapa topik lain dalam pidato sepanjang 50-an menit itu, seperti penghematan bahan bakar minyak, kesehatan. Namun, tentangan pertama tertuju pada kebijakan di Irak. Hal itu terbukti dengan mayoritas anggota Senat dari Partai Demokrat, bahkan juga Republik, yang langsung menolak rencana pengiriman tambahan tentara ke Irak. Senator John Warner dari Republik, ketua komite yang berurusan dengan tentara, malah sejak semula menentang rencana Bush, yang juga dari Republik. “Masalah Irak menjadi bayangan besar yang menutupi kebijakan domestik yang ditawarkan Bush,” kata periset Partai Republik, Glen Bolger. “Situasi seperti itu membuat Presiden sulit mendapat perhatian rakyat tentang apa yang dia tawarkan soal energi dan kesehatan.”
Bush memang dalam posisi sangat sulit, karena dia harus menawarkan dagangan “yang tidak laku” kepada Kongres dan Senat yang dikuasai kaum Demokrat. Apalagi, partai berlambang keledai ini sedang menikmati “musim semi” setelah 12 tahun tidak mendapat jatah menjadi mayoritas di parlemen.
Sedangkan di dalam tubuh Republik, Bush makin kesepian. Setelah Republik kalah dalam pemilihan umum November lalu yang diikuti pemecatan Donald Rumsfeld sebagai Menteri Pertahanan, Bush makin mendapat sulit mencari pendukung yang gigih mempertahankan kebijakan menang di Irak. Bahkan para sesepuh Republik, yang sering disebut-sebut sebagai the Old Guard—salah satunya adalah George Bush senior—juga berusaha keras menjauhkan Bush dari kelompok neokonservatif, yang mereka anggap telah jauh menjerumuskan Bush ke dalam perang Irak.
Menurut jadwal, pemilu untuk memilih Presiden AS akan berlangsung pada 4 November 2008 dan benar-benar akan menjadi ajang perlombaan baru bagi para kandidat presiden, karena Bush yang sudah dua kali menjabat tidak mungkin mencalonkan diri lagi. Sedangkan Wakil Presiden Dick Cheney secara terbuka menyatakan tidak akan ikut berlomba.
Nah, para kandidat baik dari Republik maupun Demokrat kini tahu mereka harus pandai-pandai membaca peta politik dan menempatkan diri, terutama untuk menilai prospek pelaksaan kebijakan menang di Irak dalam setahun ke depan. Jika “taruhan” Bush berhasil, mimpi Demokrat ke panggung presiden mungkin akan melayang begitu saja.
Bina Bektiati (The Economist, New York Times, New Yorker)
Berpacu ke Gedung Putih
Pemilihan presiden masih setahun 10 bulan lagi. Masih ada 22 pemilihan awal dan kaukus di tiap negara bagian yang harus dilewati Partai Demokrat—juga 24 tahapan serupa bagi Partai Republik. Namun, dua partai besar itu sudah memunculkan cukup banyak kandidat. Beberapa di antaranya memiliki sikap jelas terhadap isu-isu panas di masa akhir pemerintahan Presiden George W. Bush kini—seperti kebijakan di Irak dan melawan teroris.
- Johnny Reid “John” Edwards54 tahun, Senator North Carolina
- Moto: “Hari esok dimulai sekarang.”
- Menentang penambahan pasukan di Irak dan mengaku salah saat mendukung Perang Irak pada 2002.
- Belum bersikap dalam perkawinan sesama jenis kelamin, tapi mendukung gay partnership—gay berhak menengok pasangannya di rumah sakit.
- Percaya bahwa hak untuk aborsi dilindungi undang-undang.
- Barack Hussein Obama46 tahun, Senator Illinois
- Sejak awal, pengkritik keras kebijakan atas Irak. Invasi ke Irak adalah blunder.
- Menentang hukuman mati.
- Menentang perkawinan gay, tapi mendukung persamaan hak gay.
- Bersimpati pada kelompok antiaborsi.
- Hillary Rodham Clinton 60 tahun, Senator New York
- Moto: “Saya ikut. Dan saya ikut untuk menang.”
- Tidak setuju undang-undang yang melarang perkawinan sesama jenis (homoseksual).
- Pro-choice, mendukung hak seseorang untuk meneruskan atau mengakhiri kehamilan, tapi tidak mendukung aborsi.
- Mengkritik Perang Irak, tapi tidak tegas menentang kebijakan AS di Irak.
- Mendukung aksi militer atas Afganistan.
- James S. Gilmore III58 tahun, mantan Gubernur Virginia
- Sangat keras menentang isu-isu pro-gay.
- Sangat mendukung perang tanpa atas melawan teroris. Percaya teroris menggunakan senjata pemusnah massal.
- Tidak setuju peningkatan jumlah tentara ke Irak tanpa misi jelas, tapi sepakat tidak ada batas waktu ketat keterlibatan AS di Irak.
- Kebijakan Bush di Irak mencerminkan adanya krisis kepemimpinan.
- Rudolph William Louis Giuliani III63 tahun, mantan Wali Kota New York
- Seorang Katolik Roma yang pro-choice.
- Menentang pelarangan perkawinan gay dan mendukung hak-hak gay.
- Mendukung hukuman mati bagi siapa pun yang terlibat serangan 11 September.
- John Sidney McCain III 71 tahun, Senator Arizona
- Sangat antiaborsi, dan setuju aborsi merupakan tindakan kriminal.
- Menentang perkawinan sesama jenis kelamin.
- Sangat mendukung hukuman mati.
- Setuju pengiriman tentara ke Irak dalam jumlah besar.
- Percaya perang terhadap teror adalah perang antara kebaikan dan kejahatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo