Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Turgut emoh mundur

Kekalahan PTA dalam pemilu DPRD mencerminkan lunturnya kepercayaan rakyat turki pada kepemimpinan turgut ozal. turgut menolak mundur. abdurrezak ceylan dari DYP ditembak mati lawan politiknya dari PTA.

8 April 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENEMBAKAN itu terjadi di koridor Gedung Parlemen Turki, Ankara, Rabu pekan lalu. Ketika Abdurrezak Ceylan sedang berjalan keluar melalui koridor, tiba-tiba sebuah tembakan terdengar. Ia roboh tak sadarkan diri, dan meninggal di rumah sakit. Anggota parlemen dari Partai Langkah Kebenaran (DYP) itu. salah satu partai oposisi Turki, ditembak mati oleh lahan politiknya Idris Arikan, dari partai berkuasa. Partai Tanah Air (PTA). Pada awalnya adalah sidang parlemen yang berlangsung panas. Kedua partai itu tarik urat mengenai hasil pemilu yang dilangsungkan Ahad pekan lalu. PTA berkeras, pihaknya yang memenangkan pemilu dengan 21,9% suara. Sementara itu, DYP yang merasa memperoleh 25% suara merasa dia yang menang. Lalu terjadilah penembakan itu. "Saya menyesalkan peristiwa yang seharusnya tak terjadi ini," kata PM Turki Turgut Ozal. Penyesalan Ozal terdengar bagaikan penjelasan untuk cuci tangan. Sebab. semuanya bersumber pada dirinya. Menjelang pemilu, Ozal, yang menjadi perdana menteri sejak 1983, berjanji akan mengundurkan diri bila PTA, partainya, kalah. Tapi setelah PTA kalah total, Turgut menolak untuk mundur. Kata dia, ia masih memegang mandat dari rakyat ketika partainya memenangkan pemilu DPR Pusat, 1987. Langsung media massa menyambutnya dengan keras: "Seluruh bangsa menginginkan ia pergi. Tapi Ozal bilang tidak!". Kekalahan PTA dalam pemilu DPRD itu agaknya mencerminkan lunturnya kepercayaan rakyat Turki pada kepemimpinan Turgut. Meski ia berhasil mengangkat ekonomi Turki dengan kebijaksanaan deregulasinya pada 1983 itu, kini negeri ini mengalami inflasi yang melonjak sampai 75%. Tapi yang membuat rakyat tak mempercayainya lagi ia banyak mengangkat sanak saudaranya -- kebanyakan korup sebagai penasihat dan pembantunya. Bila percaturan politik ini sampai menjadi krisis, campur tangan militer agaknya tak terhindarkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus