Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Uni Emirat Arab atau UEA menunjuk raja minyak Sultan al-Jaber memimpin KTT iklim COP28 tahun ini. Penunjukan itu memicu kekhawatiran para aktivis lingkungan karena industri besar bakal dengan mudah membajak tanggapan global terhadap krisis lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sultan al-Jaber, kepala Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi yang juga menteri industri dan teknologi UEA, akan membantu membentuk agenda konferensi dan negosiasi antar pemerintah untuk membangun konsensus, kata kantornya dalam sebuah pernyataan.
UEA, pengekspor minyak utama OPEC, merupakan negara Arab kedua yang menjadi tuan rumah konferensi iklim setelah Mesir pada 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Juru kampanye dan beberapa delegasi mengkritik COP27 Mesir, dengan mengatakan produsen bahan bakar fosil telah mengurangi ambisi pengurangan emisi dan mendapat manfaat dari perlakuan simpatik dari Mesir, pengekspor gas alam dan sering menerima dana Teluk. Namun hal ini dibantah oleh Mesir.
Global Witness menyebut penunjukan Jaber sebagai "pukulan keras" untuk menyapih dunia dari bahan bakar fosil.
"Seperti KTT tahun lalu, kami semakin melihat kepentingan bahan bakar fosil mengendalikan proses dan membentuknya untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri," kata Teresa Anderson, ketua ActionAid, dalam sebuah pernyataan.
Lebih dari 600 pelobi bahan bakar fosil hadir pada pembicaraan iklim di Sharm el-Sheikh, Mesir, tahun lalu.
"Menempatkan seorang CEO minyak yang bertanggung jawab atas negosiasi COP28 jelas merupakan konflik kepentingan," kata Lisa Schipper, seorang ahli geografi lingkungan yang menjabat sebagai penulis utama laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB tahun lalu.
Namun, sebagai CEO pendiri perusahaan energi terbarukan Abu Dhabi Masdar, di mana ADNOC memiliki 24% saham, Jaber memang memiliki kredensial hijau, setelah mengawasi mandatnya untuk mengadopsi energi terbarukan di UEA.
Dia juga mengawasi percepatan strategi pertumbuhan rendah karbon ADNOC yang disetujui akhir tahun lalu.
UEA dan produsen Teluk lainnya menyerukan transisi yang realistis di mana hidrokarbon akan tetap berperan dalam keamanan energi sambil membuat komitmen untuk dekarbonisasi.
Tuntutan bagi pemerintah dan perusahaan untuk membiarkan minyak dan gas di dalam tanah semakin berkurang sejak invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu dan krisis energi Eropa.
UEA, negara pertama di kawasan yang meratifikasi Perjanjian Paris, telah berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.
Konferensi COP28 yang digelar pada 30 November-12 Desember akan menjadi inventarisasi global pertama sejak Perjanjian Paris yang penting pada 2015.
Jaber, yang menurut pernyataan tersebut akan menjadi CEO pertama yang menjabat sebagai presiden COP, mengatakan UEA akan membawa "pendekatan pragmatis, realistis, dan berorientasi solusi".
"Kami akan mengambil pendekatan inklusif yang melibatkan semua pemangku kepentingan," katanya..
Kepala kebijakan iklim Uni Eropa Frans Timmermans mengatakan dia akan bertemu Jaber minggu ini. "Sebagai Presiden mendatang, UEA memiliki peran penting dalam membentuk respons global terhadap krisis iklim," katanya di Twitter, dan menambahkan "kita perlu mempercepat".
REUTERS