Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Umat Kristen di ibu kota Suriah, Damaskus, merayakan Misa Malam Natal pertama sejak Presien Bashar Al Assad terguling pada Selasa. Mereka mengadakan doa bersama di sejumlah gereja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir Reuters, hal ini merupakan ujian awal terhadap janji penguasa Islam baru untuk melindungi hak-hak agama minoritas di negara tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ibadah tersebut diadakan di tengah keamanan yang ketat karena kekhawatiran akan kekerasan terhadap situs-situs Kristen, dengan beberapa mobil pickup milik kelompok Islam yang berkuasa, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) diparkir di sekitar gereja.
Gereja Katolik Melkite Yunani di kota tua Damaskus dipenuhi jemaat di malam hari, dengan para jemaat menerima hadiah di pintu masuk gereja.
Paduan suara gereja berjalan mengelilingi halaman gereja sambil melantunkan nyanyian pujian. Para pramuka dari gereja membunyikan lonceng untuk menandai dimulainya misa.
Dalam pidatonya, Patriark Katolik Melkit Yunani Youssef Absi berdoa untuk pemulihan "perdamaian, persatuan, koeksistensi, dan dialog" di Suriah, seraya menekankan bahwa bekerja sama akan membuat hal itu lebih mudah dicapai.
"Sama seperti kita merayakan kelahiran Yesus Kristus, itu akan menjadi kelahiran Suriah baru. Semoga akan ada kelahiran baru, kehidupan baru setelah jatuhnya rezim ini."
"Kami mengharapkan keamanan dan stabilitas lagi," kata Jawal Abu Jeraf, salah satu anggota pramuka gereja, kepada Anadolu.
"Kami berharap pemerintahan baru mempersiapkan sebuah konstitusi yang mencakup semua elemen di Suriah dan memberikan keamanan dan stabilitas," ujar Jeraf.
Dia berharap bahwa "pemerintahan baru akan membawa Suriah ke tempat yang jauh lebih baik daripada sebelumnya."
Warga berada dekat dekorasi pohon Natal di Damaskus, setelah Bashar al-Assad digulingkan, di Damaskus, Suriah, 19 Desember 2024. REUTERS/Ammar Awad
Affaf Aqqa, yang turut serta dalam ibadah Natal, mengatakan bahwa Natal berarti "cahaya, harapan, awal kehidupan baru, lahirnya perdamaian dan ketulusan."
"Kami berharap apa yang terjadi di masa lalu akan tetap menjadi masa lalu. Kami tidak ingin balas dendam. Mari kita semua hidup bersama dalam damai."
Menjelang akhir misa, sekelompok anggota pasukan keamanan dari pemerintahan baru Suriah mengunjungi gereja sebagai bagian dari perayaan Natal.
Beberapa jam sebelum kebaktian, ratusan pengunjuk rasa di Damaskus berkumpul untuk mengecam insiden pembakaran pohon Natal di pedesaan utara provinsi Hama di Suriah tengah-barat.
Sambil membawa salib kayu, mereka meneriakkan “Kami adalah prajuritmu, Yesus”, “Dengan darah dan jiwa, kami berkorban demi Yesus,” dan “Rakyat Suriah adalah satu.”
Pembakaran pohon Natal adalah salah satu dari beberapa insiden yang menargetkan umat Kristen sejak jatuhnya rezim.
Pada 18 Desember, orang-orang bersenjata tak dikenal melepaskan tembakan ke sebuah gereja Ortodoks Yunani di Kota Hama, memasuki kompleks tersebut. Mereka berusaha menghancurkan sebuah salib, serta menghancurkan batu nisan di sebuah pemakaman, kata gereja tersebut dalam sebuah pernyataan.
Dalam insiden terpisah, wartawan Reuters melihat beberapa mobil SUV melaju melalui Bab Touma, sebuah lingkungan yang mayoritas penduduknya beragama Kristen di Damaskus, menyanyikan lagu-lagu jihad dari pengeras suara mereka.
Penguasa de facto Ahmed al-Sharaa telah mengatakan kepada umat Kristen Suriah dan kelompok minoritas lain bahwa mereka akan aman di Suriah yang dipimpin oleh HTS, mantan afiliasi al Qaeda.
Meskipun dirinya mantan pemimpin kelompok Islam Sunni, yang memandang umat Kristen sebagai kafir, Sharaa dengan cepat menanggalkan seragam jihadnya dan beralih ke pakaian bisnis dalam penampilannya baru-baru ini.
Dia telah mengatakan kepada para pejabat Barat yang berkunjung bahwa HTS tidak akan membalas dendam terhadap rezim Assad, yang tokoh-tokoh seniornya sebagian besar berasal dari sekte Islam Alawit, atau kelompok agama minoritas lainnya. Namun banyak orang Kristen Suriah yang belum yakin.