Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Usaha damai tanpa plo

Israel-Libanon berunding bersama utusan Amerika, tanpa PLO, berkaitan erat dengan rencana reagan untuk menyelesaikan soal Palestina. (ln)

8 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALJU dan badai musim dingin, yang melanda sebagian besar Timur Tengah menjelang pergantian uhun, tampaknya tidak mengurangi usaha para pemimpin kawasan itu mencari perdamaian. Raja Hussein dari Yordania, terbang ke Washington mengusahakan konsesi dari Presiden Reagan. Mesir menyambut uluran tangan Irak dan Yasser Arafat untuk memulihkan hubungan setelah hampir 4 tahun Kairo terkucil dari dunia Arab. Sambil beristirahat di Mallorca, Spanyol, Kanselir Austria, Bruno Kreisky, seorang keturunan Yahudi yang dikenal bersimpati pada PLO, mengusahakan hubungan langsung antara PLO dan Israel untuk bertukar tawanan perang. Kontak itu "dengan pengetahuan pemerintah (Israel)," kata Kreisky. Tetapi, pertemuan yang paling berarti adalah yang dilakukan bergantian di Khalde, dekat Beirut, dan di Kiryat Shemona, kota perbatasan di bagian uura Israel. Untuk menyusun rencana penarikan pasukan Israel dari Libanon, pertemuan itu tampaknya menemui jalan buntu. Roti dan garam yang disuguhkan seorang rabbi Yahudi di Kiryat Shemona kepada para ketua perutusan Israel, Libanon dan Amerika Serikat sebagai kebiasaan menyambut tamu, belum berhasil mempertemukan pendapat mereka. Yang jelas ialah Libanon hanya ingin merundingkan soal penarikan mundur tentara Israel dari wilayahnya, sementara Israel menghendaki satu paket perundingan yang mencakup normalisasi hubungan kedua negara. Perutusan Libanon, yang dipimpin oleh seorang diplomat senior, Antoine Fattal, menolak membicarakan hal 'normalisasi' karena itu mengandung arti perjanjian terpisah dengan Israel yang akan merusak hubungan Libanon dengan dunia Arab. Libanon masih sangat memerlukan bantuan dunia Arab terutama untuk membangun kembali negara yang diporak-porandakan perang itu. Israel menghendaki Amerika hanya memainkan peran terbatas dalam perundingan soal Libanon, sementara pemerintahan Presiden Amin Gemayel menginginkan Amerika sebagai partner penuh, "bukan sekadar sebagai saksi." Di situ Amerika diwakili oleh Morris Draper, yang rupanya sudah aktif berusaha agar pembicaraan tetap dilanjutkan pekan ini. Konsesi dari kedua belah pihak memang ada. Dalam menolak usul Israel mengenai 'normalisasi' itu, misalnya Libanon "menyatakan kesediaannya untuk membicarakan masa depan hubungan dalam kerangka pengembangan gencatan senjata yang ditandatangani oleh Libanon dan Israel pada 1949." Libanon juga setuju merundingkan soal lain seperti pembukaan perbatasan, perdagangan dan pariwisata. Pihak Israel, yang dipimpin oleh David Kimche, juga menahan diri. Israel tidak lagi menuntut supaya perundingan harus diiakukan di Yerusalem, dan supaya ditandatangani perjanjian perdamaian. Sebelum perundingan itu, menurut berita, Presiden Gemayel sudah menyetujui suatu dokumen dari Israel. Isinya, selain hal normalisasi hubungan kedua negara, juga soal: pengaturan keamanan di daerah sampai 40 km dari perbatasan utara Israel, dan penarikan tentara Israel, Suriah dan PLO. Konon Menteri Pertahanan Israel, Ariel Sharon pergi ke Beirut menjelang Natal untuk membujuk Gemayel menandatangani dokumen itu. Dia gagal. PERTEMUAN bergantian di Khalde dan Kiryat Shemona itu dilakukan enam bulan setelah tentara Israel menyerbu dan menduduki sebagian dari wilayah Libanon bagian selatan. Sementara pembicaraan mereka berlangsung datang berita dari Kairo: "Mesir tidak akan menyertai (perundingan perdamaian Timur Tengah) kecuali Yordania dan PLO ambil bagian. Ini adalah pendirian baru." Menteri Negara urusan Luar Negeri, Dr. Butros Ghali memberikan peringatan itu dalam suatu wawancara televisi. Dr. Ghali mengatakan bahwa hubungan Mesir-Israel sekarang melalui masa "beku". Mesir menarik dubesnya dari Tel Aviv sejak Israel menyerbu Libanon. Kini, selain menghendaki mundurnya tentara Israel dari Libanon, Mesir juga meminta penyelesaian cepat atas daerah Taba yang dipersengketakannya dengan Israel. Daerah Taba yang luasnya sekitar satu kilomcter persegi, berada di dekat pelabuhan Israel, Eilat. Menurut Menlu Mesir, Kamal Hassan Ali, yang dikutip oleh harian Mesir Al Akhbar, sebagian besar negara Arab sekarang cenderung "menerima prakarsa Reagan". Usul Presiden Amerika itu mencakup otonomi bagi rakyat Palestina di Tepi Barat Sungai Yordan dan Gaza di zaman Yordania. Tapi Reagan menentang suatu negara Palestina yang merdeka ataupun pendudukan lebih lanjut oleh Israel. Dan Reagan masih menolak berunding langsung dengan PLO, sekalipun dalam rombongan Raja Hussein yang pergi ke Washington akhir Desember lalu, ada wakil Palestina, Khaled El Hassan, pengikut Yasser Arafat. Reagan dan Raja Hussein tampaknya mencapai persetujuan mengenai peran Yordania dalam rencana perdamaian Timur Tengah. Memang Raja Hussein menolak melibatkan dirinya secara terbuka untuk berunding langsung dengan Israel, tapi Reagan mengatakan perundingan langsung sudah dalam jangkauan. Mungkin karena itu pula Presiden Amin Gemayel, ketika menyambut tahun baru, meramalkan tahun 1983 ini akan menyaksikan pulihnya wewenang dan kekuasaan pemerintahnya di seluruh Libanon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus